http://www.lampungpost.com/buras.php?id=2007101803125813

      Kamis, 18 Oktober 2007 
     
      BURAS 
     
     
     
Fokus Atasi Kemiskinan! 

       
      H.Bambang Eka Wijaya:

      "PADA Hari Penanggulangan Kemiskinan Sedunia--17 Oktober 2007--mantan 
Ketua Umum Muhammadiyah Syafii Maarif berkata, di balik move politik 
silaturahmi Lebaran kalangan elite, jauh lebih penting agar elite fokus 
mengatasi kemiskinan, kebodohan, dan gurita korupsi yang mencekam!" ujar Umar. 
"Ia ingatkan, saat ini apatisme sudah semakin menguat!" (MI, 17-10)

      "Kemiskinan bagi elite cenderung hanya soal angka-angka, diperdebatkan, 
disangkal, lalu diacungi anggaran yang dingin dan sepi dari gelora semangat 
kebangkitan kaum miskin!" sambut Amir. "Padahal, isyarat Millenium Development 
Goals (MDGs)--pembangunan manusia milenium ketiga--dan parameter NGO berupa 
participatory poverty assesment selaras sunatullah, 'tidak akan bangkit suatu 
kaum jika kaum itu sendiri tidak berusaha bangkit'! Artinya, cuma program yang 
mampu membuat kaum miskin gairah berpartisipasi dan bekerja keras memberdayakan 
dirinya untuk mentas dari kemiskinanlah, yang punya peluang!"

      "Itu bukan model program bagi-bagi permen yang sekali kulum langsung 
habis seperti dilakukan penguasa sekarang!" tukas Umar. "Pembagian permen agar 
kaum miskin sebagai kekuatan politik yang besar tidak rewel (atau bisa 
dirangkul jadi pendukung) itu sejak empat dekade lalu telah ditentang dengan 
paedagogy of the oppressed yang mendidik massa untuk kritis dan bangkit melawan 
penguasa korup yang menindas dengan tidak memberi akses kaum miskin ke 
sumber-sumber ekonomi, sosial dan budaya! Bagi-bagi permen itu untuk membungkam 
massa miskin dari ketidakadilan distribusi sumber-sumber yang pengelolaannya 
justru diserahkan kepada raksasa multinasional!"

      "Hal itu juga menyimpang dari wasiat para Bapak Pendiri Republik, agar 
sumber-sumber kekayaan alam dikelola oleh negara untuk sebesar-besarnya 
kemakmuran rakyat! Faktanya, negeri yang dianugerahi berlimpah minyak dan hasil 
tambang ini malah impor BBM dan rakyat antre minyak tanah!" timpal Amir. 
"Semangat gotong royong sebagai modal sosial dan modal budaya (participatory) 
di kalangan warga miskin untuk mentas dari kemiskinan jadi tak ada yang bisa 
dikerjakan, karena kekayaan alam berkah warisan leluhurnya habis digotong 
raksasa multinasional ke luar negeri bersama ampas dan keraknya!"

      "Padahal, jika ampas dan keraknya saja pun tersisa untuk rakyat, 
kemiskinan negeri ini tak sedalam sekarang!" entak Umar. "Rakyat Papua 
ditembaki jika coba mengambil ampas buangan dari tambang emas asing di sana! 
Ampas buangan saja tak boleh disentuh anak negeri pewaris tujuh gunung emas 
Papua!"

      "Intinya, untuk fokus mengatasi kemiskinan perlu langkah besar 
renegosiasi bagi hasil pengelolaan kekayaan alam dengan raksasa-raksasa 
multinasional seperti di Amerika Latin, yang terbukti bisa diterima mitra 
asing!" tegas Amir. "Lalu, buka akses kaum miskin ke sumber-sumber penghasilan 
yang mungkin, dengan pemerintah sebagai fasilitator dalam arti luas hingga 
tersulut gairah mereka untuk memberdayakan dirinya! Model itu yang ideal! 
Sedang bagi-bagi permen, bukan cuma sekulum habis, malah belum diterima sudah 
diijonkan! Itu pengalaman BLT!
     

<<bening.gif>>

<<buras.jpg>>

Reply via email to