http://www.banjarmasinpost.co.id/index.php?option=com_content&task=view&id=5740&Itemid=180


      'Letusan' Menyakitkan dari DPR  


      Selasa, 30-10-2007 | 04:12:40  
      GUNUNG Kelud belum lagi meletus, tapi status 'awasnya' malah merembet ke 
Jakarta. Memang tak terkait bakal meletusnya gunung di Jawa Timur itu, tapi 
rencana renovasi rumah dinas anggota DPR RI di 2008.

      Kalau rencana ini sampai 'meletus', korbannya bukan hanya dari Kabupaten 
Blitar, seluruh rakyat Indonesia yang menyerahkan nasib bangsa kepada wakilnya 
di DPR RI akan menjadi korban.

      Bisa dibayangkan, untuk merenovasi 500 rumah dinas yang sekarang hanya 
berisi sebagian, Badan Urusan Rumah Tangga (BURT) DPR dikabarkan telah 
menganggarkan dana hingga Rp 350 miliar.

      Alasannya, atap rumah banyak yang bocor, tikus dan kecoa lebih banyak 
jadi penghuni tetap, cat-catnya sudah pudar. Hingga anggota dewan terhormat 
yang merasa sebagai pejabat negara tak layak tinggal di sana.

      Padahal, masih banyak rakyat yang mereka wakili saat ini menempati 
gubuk-gubuk kumuh, demi bisa bertahan dari terpaan hujau atau teriknya matahari.

      Masih hangat di ingatan, Agustus lalu untuk menertibkan penghuni liar 
yang menempati kolong tol Jembatan Tiga, Jakarta Utara, pemerintah menurunkan 
ratusan petugas guna menggusur mereka.

      Malah, Wakil Presiden Jusuf Kalla pun harus 'turun tangan' mengatasi 
mereka, dengan memberikan imbauan kepada penghuni rumah-rumah liar itu agar mau 
di pindah ke rumah susun.

      Bandingkan dengan rumah dinas hunian wakil rakyat yang sudah merasa jadi 
pejabat negara. Karena hanya atap bocor dan tikur maupun kecoa menumpang hidup, 
mereka langsung mengajukan anggaran untuk merenovasi gila-gilaan.

      Kalau saja mereka mau bercermin pada masa tugas yang tinggal dua tahun 
lagi, efisensi yang selalu digembar-gemborkan akan ternodai kalau rencana ini 
diteruskan.

      Memang, beberapa anggota DPR RI menyatakan akan menolak rencana renovasi 
ini. Alasannya, akan lebih efektif kalau kompleks perumahan yang berisi 500 
unit rumah dinas tersebut dijual, karena selama ini hanya segelintir dari 
mereka yang mau menghuninya.

      Sebagai rakyat yang menyerahkan nasib bangsa ini kepada wakil rakyat di 
DPR RI, kini memang pesimis rencana renovasi rumah dinias ini akan dibatalkan.

      Bercermin pada pembuatan grand design Gedung DPR/MPR, September silam, 
kita dikejutkan oleh besarnya anggaran yang dikabarkan mencapai Rp 40 miliar.

      Tindakan ini jelas menyakiti hati rakyat yang mereka wakili. Saat banyak 
anak-anak negeri Katulistiwa ini yang tidak bisa merasakan nikmatnya bangku 
sekolah, wakil mereka malah enak-enakan meminta fasilitas sebagai pejabat.

      Meski masing-masing anggota DPR RI membantah mereka menyetujui rencana 
renovasi ini, tapi keyakinan kita hal itu akan menggagalkan realisasinya.

      Jadi, siap-siap lah untuk terus sakit hati dengan sikap legislatif yang 
tidak mempertimbangkan perasaan rakyat, yang terus berharap suatu saat para 
wakilnya mau lebih ndeso agar mereka bisa merasakan kondisi orang-orang di luar 
Gedung DPR RI.

      Berharap, inilah satu-satunya yang bisa dilakukan rakyat Indonesia 
menyikapi rencana tersebut. Agar saat rapat antara Pimpinan, Sekretaris 
Jenderal, Ketua-Ketua Fraksi dan Ketua Badan Urusan Rumah Tangga DPR RI, tidak 
disepekati keinginan merenovasi rumah dinas tersebut.

      Meski becermin pada rencana-rencana sebelumnya, kita memang pesimis hal 
ini akan dibatalkan. Tapi paling tidak sebagai pemilik hal memilih di 2009, 
kita sudah tahu belang wakil-wakil yang sebelumnya telah kita pilih di Pemilu 
2004 lalu.

      Kini kita tinggal memilah dan memilih profil wakil rakyat yang bisa 
didukung untuk duduk di DPR RI, agar benar-benar memperjuangkan nasib 
bangsanya. Bukan dipilih untuk merasa jadi pejabat dan menuntut fasilitas.
     

Reply via email to