===============================
  [ Seri : "Membangun bisnis Indonesia" ]  
  ===============================
  [BQ]
   
  Rahasia Bisnis Orang Jepang
  Oleh : Ann Wan Seng 
   
  Belajar dari :
  Langkah Raksasa Sang Nippon Mengusai Dunia
   
   
  07. Seni Pengolalaan Jepang
   
   
  Bangsa Jepang lebih suka mengaitkan diri mereka 
  sebagai anggota organisasi 
  dan perkumpulan tertentu jika memperkenalkan diri.
   
   
  BIASANVA, seseorang memperkenalkan diri berdasarkan identitas negara atau 
keturunannya. Bangsa Jepang lebih suka mengaitkan diri mereka sebagai anggota 
organisasi dan perkumpulan tertentu saat memperkenalkan diri. Mereka bangga 
jika dikaitkan dengan organisasi besar dan berprestasi, tempat mereka bekerja. 
Semangat inilah yang menjadi tonggak utama kekuatan organisasi perdagangan 
bangsa Jepang. Mereka bangga bila dapat mencurahkan kesetiaannya pada 
organisasi besar dan berpengaruh. Oleh karena itu, mereka selalu melakukan dan 
memberikan yang terbaik kepada organisasi tempat mereka bekerja.
   
  Bangsa Jepang memiliki semangat kebersamaan yang kuat. Semangat inilah yang 
memunculkan Jepang sebagai penguasa ekonomi dunia yang berpengaruh pada masa 
sekarang. Mereka bukan saja dapat menyaingi negara barat, melainkan juga 
berhasil bangkit dari keruntuhan dan kekalahan akibat perang dalam waktu 
singkat. Semangat kebersamaan bangsa Jepang sangat besar, sehingga segala 
keputusan yang dibuat mencerminkan sikap perkumpulan dan organisasi yang 
didukungnya. 
   
  Untuk menjaga dan mempertahankan kelangsungan perusahaannya, bangsa Jepang 
juga sanggup mengorbankan pendapat pribadi, masa istirahat, gaji, dan 
sebagainya.
   
  Sikap dan pengelolaan bangsa Jepang berbeda dengan negara Barat yang 
memberikan ruang sebesar-besarnya kepada anggota organisasi untuk berpendapat 
dan mengemukakan pandangan. Dalam organisasi Jepang, pendapat anggota dianggap 
penting dan diberi perhatian sewajarnya. Kesediaan bangsa Jepang mengorbankan 
hak itu, termasuk kehidupan pribadi, membuat organisasi mereka bergerak lancar 
tanpa banyak halangan. Halangan-halangan tersebut bisa berupa hal yang selalu 
dicetuskan para bawahan seperti tuntutan kenaikan gaji, bonus, cuti, dan lain 
sebagainya.
   
  Selain itu, kemauan orang Jepang menjadi hamba organisasinya merupakan faktor 
kesuksesan negara itu menjadi penguasa besar dalam bidang ekonomi dan industri. 
Walaupun cara pengelolaan itu melemahkan bangsa Jepang sebagai seorang 
individu, tetapi dari sisi lain, cara itu berhasil menghasilkan organisasi yang 
mantab dan kuat. Para pengusaha Jepang memainkan peran penting dalam memberikan 
perhatian lebih kepada anggota organisasi. Mereka percaya, jika keperluan 
anggota dipenuhi dengan baik, maka mereka dapat menyelesaikan banyak pekerjaan 
yang masih tertinggal. Sikap dan gaya pengelolaan seperti ini tidak dilakukan 
para eksekutif di AS yang lebih senang membedakan kebutuhan individu dan 
organisasi. Seni pengelolaan Jepang menitik beratkan kepentingan setiap 
anggotanya tanpa memandang pangkat dan kedudukan. Oleh karena itulah, para 
pekerja di Jepang selalu melakukan percakapan dalam bentuk lingkaran sehingga 
semua dapat ikut ambil bagian dan memberi pendapatnya masing-masing.
   
  Dalam sistem kepengelolaan Jepang, individu tidak penting jika jika 
dibandingkan dengan perkumpulan dan organisasi. Sikap lain bangsa Jepang yang 
patut diperhatikan adalah mereka tidak suka membuat keputusan tanpa berpikir 
terlebih dulu. Keputusan harus dibuat secara kolektif dengan pertimbangkan 
semua pendapat. Bukan berarti para eksekutif Jepang tidak memiliki kemampuan 
dan kekuasaan untuk bertindak. Mereka tidak takut mengambil risiko. Hanya saja 
mereka tidak mau mengambil keputusan dan tindakan yang merugikan organisasi.    
     
   
  Sebagai contoh, perusahaan Matsushita menanamkan semua modalnya dalam 
pengelolaan Philips, walaupun tidak memiliki sumber yang cukup untuk membuat 
kajian mendalam karena perang baru berakhir. Untuk melahirkan barisan 
pengelolaan yang berkualitas dan setia dengan sepenuh hati kepada organisasi 
tidaklah mudah, karena diperlukan modal yang banyak untuk menghasilkan 
kepengelolaan gaya Jepang. Seni kepengelolaan Jepang juga perlu dipelajari. Hal 
yang lebih penting adalah setiap organisasi di Indonesia perlu memberikan 
perhatian kepada pembangunan manusia dan nilai kemanusiaan dalam kepengelolaan 
mereka. Jika hal ini dapat dilakukan, maka organisasi tidak perlu lagi takut 
dan ragu-ragu dengan kesetiaan para pekerjanya. Tanpa elemen-elemen ini sulit 
bagi organisasi mana pun di dunia untuk menandingi organisasi di Jepang atau 
yang beroperasi di negara-negara lain. 
   
   
  [ Fakta Menarik ]
   
  • Kelebihan seni pengelolaan Jepang.
    Menitikberatkan kepada kepentingan setiap anggota
   
  • Senantiasa melakukan dialog 
   
  • Tidak membuat keputusan secara sewenang-wenang.
   
  ----
   
   
  “Kemauan bangsa Jepang menjadi
  hamba organisasinya merupakan fakor
  kesuksesan Negara itu menjadi penguasa besar
  dalam bidang ekonomi dan industri.”
   
   
  “Dalam sistim pengelolaan Jepang,
  individu tidak penting jika dibandingkan
  dengan perkumpulan dan organisasi.”
   
  ----
   
   
  [ bersambung ]
   
   
   
   
  ERDBEBEN Alarm
   
   


    
  SONETA INDONESIA <www.soneta.org>

  Retno Kintoko Hp. 0818-942644
  Aminta Plaza Lt. 10
  Jl. TB. Simatupang Kav. 10, Jakarta Selatan
  Ph. 62 21-7511402-3 
   


       
---------------------------------
Be a better pen pal. Text or chat with friends inside Yahoo! Mail. See how.

Reply via email to