Refleksi: Alasan yang dikemukan sangat baik untuk dipercaya, tetapi apakah 
masalah utamanya ialah karena  perayaan Natal dan Tahun Baru dan oleh karena 
itu minyak tanah langka di Ambon dan Kupang? 

http://www.sinarharapan.co.id/berita/0712/10/sh07.html



Minyak Tanah Langka di Ambon dan Kupang


Ambon - Minyak tanah dalam dua pekan terakhir ini langka dan sulit diperoleh di 
Kota Ambon. Senin (10/12) ini, kelangkaan itu terjadi di antaranya di Batu 
Gajah, Batu Meja dan Skip, Kecamatan Sirimau, Batu Gantung, Kecamatan Nusaniwe 
dan Passo, Kecamatan Bagauala. Persediaan minyak tanah pada agen-agen Pertamina 
habis. 

Warga kesulitan mendapatkan minyak tanah untuk keperluan sehari-hari. Kalaupun 
ada, kebutuhan hidup itu sudah dijual dengan harga berkisar Rp 2.500 hingga Rp 
3.000/liter, itu pun warga harus berjalan jauh ke lokasi permukiman lainnya 
untuk mendapatkannya. "Ini mungkin strategi agar kita memakai gas untuk 
keperluan rumah tangga. Sudah seminggu ini minyak tanah susah sekali ditemui," 
ujar Yanti, seorang ibu rumah tangga yang tinggal di Batu Gajah.  Beberapa 
pangkalan minyak tanah di sepanjang Jl Pantai Mardika, Kecamatan, Bagula pun 
sudah kehabisan stok, padahal biasanya pangkalan di kawasan ini jarang 
kehabisan stok. Dari tujuh pangkalan yang ada di sekitar kawasan tersebut, 
hanya tersisa satu pangkalan yang masih memiliki stok, dan terlihat antrean 
masyarakat untuk membeli minyak tanah. Setiap orang hanya dibolehkan membeli 
paling banyak 10 liter. 

"Ini dilakukan agar stok minyak yang ada bisa dibagikan kepada semua warga yang 
mengantre," kata Hasan, pemilik pangkalan minyak tanah tersebut. 
M Sangadji, salah satu pemilik pangkalan minyak tanah lainnya di kawasan 
tersebut, mengaku sudah kehabisan stok sejak dua hari lalu. Ia mengaku menjual 
minyak tanah dengan harga Rp 2.450 per liter. Dalam seminggu biasanya Sangadji 
mendapatkan suplai minyak tanah 10 drum dari PT Makara. Setiap drum bisa 
menampung 200 liter.
Seorang pembeli lainnya, Susy yang tinggal di Desa Latuhalat, Kecamatan 
Nusaniwe, mengaku membeli minyak tanah untuk dikirim ke keluarganya di 
Kecamatan Leti Moa dan Lakor (Lemola), Kabupaten Maluku Tenggara Barat, karena 
di sana minyak tanah sulit dan mahal. "Kalau di sini per liternya Rp 2.500, di 
Letmola seharga Rp 2.500/botol," ujarnya. 

Sementara itu, Wira Penjualan Cabang Pemasaran Ambon, Pertamina Unit Pemasaran 
(UPMS) VIII, Maluku, Maluku Utara dan Papua, Agung AH Putra, saat dikonfirmasi 
secara terpisah mengakui, stok minyak tanah masih cukup tersedia hingga 20 hari 
mendatang. "Stoknya masih 14.000 kiloliter atau 14 juta liter dan cukup untuk 
memenuhi kebutuhan masyarakat di Pulau Ambon hingga 20 hari mendatang. Namun, 
jika untuk disuplai ke daerah lain di Maluku, maka hanya bisa hingga 10 hari," 
katanya.

Agung mengakui, suplai minyak tanah ke 10 agen yang ada di ibu kota Provinsi 
Maluku itu berjalan lancar setiap hari. Agen pun menyuplainya secara lancar ke 
semua pangkalan minyak tanah. Hanya saja, ia mensinyalir kelangkaan minyak 
tanah di Kota Ambon dikarenakan dikirim ke daerah lainnya di luar Ambon, 
terutama ke Kabupaten Seram Bagian Barat (SBB) dan Maluku Tengah (Malteng). 
Kelangkaan minyak tanah sedang terjadi di dua kabupaten itu.


Operasi Pasar di Kupang
PT Pertamina (Persero) Unit Pemasaran V Cabang Pemasaran Kupang akan menggelar 
operasi pasar (OP) minyak tanah tahap kedua di Kota Kupang, ibu kota Provinsi 
Nusa Tenggara Timur (NTT), pekan ini. Hal tersebut dilakukan karena masih 
terjadi kelangkaan minyak tanah di sejumlah titik di wilayah itu. Sejumlah 
warga mengaku tidak membeli dalam jumlah banyak karena stok di pangkalan memang 
tidak ada. 
(ant/ayu)
 

Reply via email to