Refleksi: Observasi perkembangan NKRI  menunjukan gejala-gejala yang memaksa 
untuk terjadi hal demikian.   

http://www.gatra.com:80/artikel.php?id=110708


Wacana
Tahun 2015 Indonesia Jadi 17 Negara Bagian


Jakarta, 27 Desember 2007 15:36
Indonesia pada tahun 2015 diperkirakan akan dibagi menjadi sedikitnya 17 negara 
bagian. Sebagai induknya, Negara Republik Jamali, terdiri atas Jawa Madura dan 
Bali, sama seperti induk imperium kerajaan Majapahit.

"Sudah merupakan suratan Tuhan Yang Maha Kuasa, setiap 70 tahun berjalan, suatu 
kerjaan atau negara kebanyakan terjadi perpecahan. Mungkin juga termasuk di 
Indonesia," kata Direktur Utama The World Peace Committe/Komite Perdamaian 
Dunia, Djuyoto Suntani, dalam peluncuran bukunya di Jakarta, Kamis.

Lembaga Swadaya Internasional, kata Djuyoto, membuat garis kebijakan mendasar 
pada patron penciptaan tata dunia baru. Peta dunia digambar ulang. Uni Soviet 
dipecah menjadi 15 negara merdeka, Yugoslavia, dipecah menjadi enam negara 
merdeka, Kosovo dan demikian juga Cekoslowakia.

"Di Irak saat ini sedang terjadi proses pemecahan dari masing-masing suku," 
katanya.

Indonesia, kini juga sedang digarap untuk dipecah-pecah menjadi sekitar 17 
negara bagian oleh kekuatan kelompok kapitalisme dan neoliberalisme yang 
berpaham pada sekularisme.

Pokok pikiran tersebut, kata Djuyoto "Saya tuangkan pada Bab II yang juga 
memberikan jalan keluar agar Indonesia tetap menjadi Negara Kesatuan Republik 
Indonesia/NKRI".

Peluncuran buku yang dihadiri para tokoh seperti tokoh pers Djafar Assegaf, dan 
Kapolri Jenderal Sutanto yang diwakili salah satu deputinya, Djuyoto 
memaparkan, adanya konspirasi global yang berupaya memecah dan menghancurkan 
Republik Indonesia .

Upaya memecah-belah Indonesia itu dilakukan melalui strategi "Satu dolar AS 
menguasai dunia," yang diorganisasikan oleh organisasi tinggi yang tidak pernah 
muncul dipermukaan, namun praktiknya cukup jelas, yakni berbaju demokratisasi 
dan HAM .

"Jika pecahnya itu menuju kebaikan rakyat, tidak menjadi soal, tetapi pecahnya 
NKRI itu justru akan menyulitkan rakyat karena semua aset penting dan berharga, 
dikuasai investor asing di bawah kendali organisasi keuangan internasional," 
katanya.

Sementara itu, Dirjen Bina Sosial, Departemen Sosial, Prof. Dr. Gunawan 
Sumodiningrat, yang mewakili Menteri Sosial Bachtiar Chamsyah menambahkan, 
ancaman perpecahan NKRI tersebut, kini tampak nyata.

"Saya sendiri sampai saat ini merasa bingung, mengapa rakyat Indonesia dapat 
bersatu, padahal banyak perbedaan, diantara suku-suku yang ada," katanya.

Perbedaan itu dapat disatukan, lantaran adanya Pancasila, diantara sila Pertama 
adalah Ketuhanan yang Maha Esa, yang dibingkai dalam lambang Burung Garuda, 
yakni Bhineka Tunggal Eka.

"Atas nama Tuhan Yang Maha Esa, kita dapat disatukan, melalui simbol Pancasila. 
Oleh karena itu saya mendorong pemerintah sebaiknya melakukan kaji ulang untuk 
menerapkan Penataran Pedoman Penghayatan Pancasila (P4)." katanya.

Jika dulu cara penyampaiannya menggunakan model indoktrinasi , saat ini perlu 
diubah melalui diskusi dan membuka wacana luas, dengan substansi Pancasila 
masih diperlukan untuk mempererat NKRI, katanya.

Menjawab pertanyaan, ia mengatakan, pada dasarnya Indonesia ini mudah akan 
terjadi perpecahan, jika generasi penerus tidak menyadari adanya pihak asing 
yang ingin membuat Indonesia tidak kuat.

Buku berjudul "Indonesia Pecah" yang terdiri atas 172 halaman termasuk 
foto-foto itu, kata Gunawan, menarik untuk dibaca karena sedikitnya ada tujuh 
penyebab Indonesia terncam pecah, seperti, siklus sejarah tujuh abad, atau 70 
tahun.

Kemudian tidak adanya figur atau tokoh pemersatu yang berperan menjadi Bapak 
Seluruh Bangsa, pertengkaran sesama anak bangsa yang terus terjadi, upata 
stategis dari konspoirasi global, dan adanya nama Indonesia yang bukan asli 
dari Nusantara.

"Semua itu perlu diteliti lebih lanjut, apakah ada relevansinya dengan kejadian 
saat ini dimana banyak daerah ingin memisahkannya," katanya. [TMA, 

Kirim email ke