http://www.indopos.co.id/index.php?act=detail_c&id=319690
Rabu, 02 Jan 2008, 2008 Dianggap Tahun Koruptor SBY Diminta lebih Serius Memberantas Korupsi JAKARTA - Tahun 2008 dalam penanggalan Tiongkok (shio) dibaca sebagai tahun tikus. Lambang hewan pengerat tersebut dalam dunia politik diartikan dengan korupsi. Kalangan anggota dewan mengatakan, dengan sejumlah indikasi penegakan hukum yang tebang pilih dan upaya adanya perlawanan dari para koruptor, tahun tikus bisa jadi adalah tahun kemenangan pemakan uang rakyat. "2008 benar-benar jadi batu ujian bagi pemerintahan SBY atas keseriusannya memberantas korupsi. Apakah tahun tikus berarti tahunnya koruptor, kita lihat saja," ujar Ketua DPP Partai Bintang Reformasi Ade Daud Nasution dalam sebuah diskusi terbatas bersama wartawan (31/12). Salah satu parameter bahwa pemerintah kurang serius dalam memberantas korupsi adalah berlarut-larutnya penyelesaian bantuan likuiditas Bank Indonesia (BLBI). Menurut Ade, kasus itu tak pernah selesai sejak pemerintahan Soeharto sehingga APBN terbebani hingga puluhan triliun rupiah setiap tahun. Akibatnya, subsidi bagi pendidikan, kesehatan, dan pengentasan kemiskinan jadi berkurang. "Kalau saja beban APBN untuk membayar bunga rekap sekitar Rp 68 triliun per tahun bisa dihilangkan, subsidi bagi rakyat miskin bisa ditambah," tandasnya. Dalam skema penyelesaian kasus BLBI, beban pembayaran bunga rekap akan terus membebani APBN hingga tahun anggaran 2030. Menjelang akhir 2007 lalu masyarakat juga dikecewakan dengan terpilihnya sejumlah pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang bermasalah. Lembaga yang dibentuk untuk menutupi kelemahan kejaksaan dan kepolisian justru dipimpin seorang jaksa. Antasari Azhar adalah mantan jaksa yang menangani kasus Tommy Soeharto. Adnan Buyung Nasution menyatakan, tidak mustahil ada anggota Komisi III DPR yang dibekingi koruptor untuk meluluskan Antasari Azhar, Chandra M. Hamzah, Haryono, M. Jasin, dan Bibit Samad Riyanto sebagai pimpinan KPK baru. Bahkan, dia mengindiksaikan adanya politik dagang sapi dalam pemilihan pimpinan KPK tersebut. Salah satu Ketua Ikatan Alumni Universitas Indonesia (Iluni) Bagus Hardianto menyatakan, pihaknya telah membangun jaringan pengawasan terhadap KPK dari seluruh senat mahasiswa fakultas hukum di Indonesia. Menurut dia, koruptor fight back harus dilawan dengan cara sistematis. "Caranya cukup mudah, seperti Eliot Nash menghabisi Al Capone," janjinya. (cak/mk)