Harian Fajar Bidik Cawapres Asal Indonesia Timur (15 Feb 2008, 110 x , Komentar) Mantan Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso
SETELAH resmi mendeklarasikan diri sebagai calon presiden pada pesta demokrasi Pemilihan Presiden (Pilpres) 2009 mendatang,mantan Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso kini mulai melakukan sosialisasi sekaligus pendekatan dengan sejumlah partai yang dinilainya sejalan untuk dijadikan sebagai kendaraan politik. Bagi Sutiyoso, maju sebagai kandidat presiden tergolong susah. Selain membutuhkan kendaraan politik, calon presiden juga harus memiliki jiwa kompetisi yang tinggi menyusul persaingan yang kian ketat. Apa langkah konkret yang dilakukan Sutiyoso saat ini? Partai apa yang digadang-gadang, dan siapa calon wakil presiden (Cawapres) yang diinginkannya? Berikut petikan wawancara Wartawan Harian Fajar Sultan Rakib dengan mantan Gubernur DKI Jakarta dalam perjalanan menuju Bandara Hasanuddin usai membuka Seminar Makassar 2025 bertema "Kembali ke Kota Dunia" di Hotel Clarion and Convention, Kamis 14 Februari: Apa yang melatarbelakangi Anda sehingga mau maju bertarung di Pilpres 2009? Tentu ada berbagai hal, antara lain; saya ingin melihat kesejahteraan di tengah masyarakat Indonesia, peningkatan mutu pendidikan, peningkatan mutu kesehatan, dan sebagaianya. Dan saya memiliki konsep yang jelas untuk itu. Makanya, saya berani mendeklarasikan diri untuk maju di Pilpres 2009 pada Oktober 2007 lalu. Apakah saat ini kesejahteraan itu belum ada? Konsep saya beda. Memang ada kemajuan, tapi kan jauh lebih baik jika terus ditingkatkan demi kepentingan dan kemaslahatan orang banyak. Anda tidak gentar dengan sejumlah kompetitor? Kenapa mesti takut. Saya ini orang yang sangat sadar konteks. Setelah sounding, saya yakin sudah bisa bersaing dengan figur yang saat ini disebut-sebut akan maju pada pilpres mendatang. Kalau dalam perjalanan, saya ternyata tidak bisa diterima oleh masyarakat, maka tentu saya terima itu. Yang jelas saya ingin melihat Indonesia jauh lebih damai, sejahtera, dan berpendidikan serta berakhlak. Itu beberapa tujuan dari sekian banyak tujuan saya untuk mencalonkan diri sebagai capres. Semuanya demi kepentingan masyarakat Indonesia. Anda terus melakukan sosialisasi, tapi sampai saat ini belum ada partai yang siap mencalonkan Anda? Itu biasa. Toh masih panjang perjalanan, kok. Saat ini saya masih membangun komunikasi dengan seluruh partai, termasuk mendeskripsikan apa yang menjadi komitmen saya dalam membangun Indonesia secara merata lima tahun ke depan. Upaya pendekatan kepada partai ini, tak lain untuk melakukan penyamaan persepsi dan visi. Siapa tahu dalam perjalanannya, kami bisa berkoalisi dengan partai-partai ini. Partai mana saja yang bisa Anda kendarai? Saya belum bisa sebutkan saat ini, ada waktunya. Saya berharap konstalasi politik menguntungkan saya dan saya bisa mengendarai partai politik pada Pilpres 2009 mendatang. Tapi sekali lagi, saya ini menyatakan maju untuk bertarung di pilpres 2009 tak lain untuk memberikan pelajaran politik kepada masyarakat. Jika memang masyarakat menginginkan saya, itu baik. Tapi kalau ternyata saya tidak diinginkan, saya meminta kepada masyarakat untuk memilih kandidat yang lebih baik dari saya. Kan pada prinsipnya, kami ini berjuang demi kepentingan masyarakat Indonesia. Bagaimana dengan peluang calon independen atau perseorangan? Saya tidak bisa terlalu beharap dari calon independen. Saya tidak akan lolos. Saya lebih siap melakukan koalisi dengan partai yang sudah ada, Caranya, tentu saya terus melakukan komunikasi dengan sejumlah partai yang telah ada. Saya mengakui bahwa untuk menjadi calon presiden itu membutuhkan dana yang tidak sedikit. Dan saya harus realistis di dalam menghadapi ini semua. Maksud Anda? Ini politik. Politik itu selalu dinamis. Hari ini bisa di sini, hari ini juga sudah bisa mengalami perubahan. Semuanya bergantung pada eskalasi. Saya lebih mending melakukan kolaborasi dengan partai lain dibanding memikirkan calon independen. Apakah Anda sudah mematok sebagai Capres, tak bisa berubah menjadi Cawapres? Untuk saat ini sih, masih komitmen sampai RI 1 (capres), belum berpikir sebagai calon RI 2 (cawapres). Tapi semua masih dalam tahap rencana, semuannya bisa mengalami perubahan. Tergantung konstalasi politik yang ada dan yang berkembang. Soal cawapres, siapa yang layak mendampingi Anda? Saya belum bisa bersikap. Saat ini saya masih terus mencari dan selalu terbuka menjalin komunikasi dengan siapa saja. Nanti akan saya tentukan kemungkinan pada pertengahan 2008 ini, atau paling lambat akhir 2008. Yang jelas, saya ini berasal dari komunitas di Pulau Jawa, secara otomatis untuk mendongkrak popularitas dan elektibilitas saya, maka saya akan mencari cawapres yang berasal dari luar Pulau Jawa. Di luar Jawa, lebih spesifik dari Indonesia Timur? Saya ini menginginkan cawapres yang ideal. Maksudnya bisa menguasai ekonomi dan memiliki jaringan yang luas. Kalau dari luar Pulau Jawa kan bisa juga dari wilayah Indonesia Timur. Maksud Anda JK (HM Jusuf Kalla)? Wah, kalau itu saya pikir tidak mungkin. Yang jadi persoalan, kalau Pak JK mau menjadi cawapres, saya pikir itu tidak mungkin. Bukannya terbalik, justru JK itu idealnya menjadi king maker (capres) bagi saya. Anda sudah menginventarisasi figur-figur yang layak mendampingi Anda? Tentu. Tapi saya belum bisa ungkapkan sekarang. Kita lihat saja nantil. Semua kandidat capres itu akan menentukan calon pendampingnya paling lambat akhir 2008. ([EMAIL PROTECTED]