Refleksi: Beberapa waktu silam di New Dehli, India, terbongkar rahasia orang 
hilang,  jumlahnya kurang lebih seratus. Para korban diduga  dibunuh dan 
bahagian tubuh seperti jantung, ginja dan hati dijual untuk ditransplantasikan 
kepada pasien  yang mampu membayar. Jangan-jangan mereka ini juga menjadi 
korban demikian.

http://www.kompas.com/kompascetak/read.php?cnt=.xml.2008.03.01.02140190&channel=2&mn=162&idx=162

Kriminal

Kasus Penculikan Anak Marak di NTT
Sabtu, 1 Maret 2008 | 02:14 WIB 

Kupang, Kompas - Kasus penculikan anak di Nusa Tenggara Timur akhir-akhir ini 
cukup marak. Selama Januari hingga awal Februari 2008 saja tercatat lima kasus, 
masing masing di Kabupaten Manggarai Barat (4 Januari 2008), Timor Tengah 
Selatan (16 Januari), Kupang (26 dan 27 Januari), dan Ende (8 Februari).

Saat ini anak yang menjadi korban penculikan memang sudah dikembalikan ke 
orangtua mereka, setelah dilepas penculiknya. Belum jelas apa motif penculikan. 
Dugaan sementara, hal itu mengarah ke pemerasan.

Meski demikian, Ketua Komisi A DPRD Nusa Tenggara Timur (NTT) Marthen Darmonsi, 
Jumat (29/2), kepada pers di Kupang menyatakan, polisi harus tanggap. "Kasus 
ini meresahkan masyarakat karena belum satu pun tersangka penculikan yang 
berhasil ditangkap. Apalagi, NTT kini juga diresahkan isu pemenggalan kepala," 
ujarnya, seraya mengatakan, masalah ini cukup mengganggu aktivitas masyarakat.

"Penculikan anak di Manggarai Barat, Ende, Kupang, dan Timor Tengah Selatan 
sepatutnya segera diselidiki secara serius. Isu yang berkembang di masyarakat, 
penculikan itu untuk mendapatkan kepala manusia sebagai barang jualan di luar 
NTT. Masih menurut isu di masyarakat, kepala manusia sangat dibutuhkan untuk 
pembangunan sejumlah proyek raksasa. Isu tersebut tidak benar, tetapi 
masyarakat sudah begitu percaya," kata Darmonsi.

Menurut pantauan Kompas, isu pemenggalan kepala anak tidak hanya disebar di 
Kota Kupang, tetapi sudah sampai ke desa-desa. Bahkan, di Timor Tengah Utara 
diisukan pula adanya sejumlah kasus pemenggalan kepala anak, yang salah satu 
tubuhnya (tanpa kepala) ditemukan di bawah kolong jembatan.

Akibatnya, sejumlah orangtua kini tidak mengizinkan anak mereka tinggal 
berpisah dengan mereka untuk sekolah di desa yang lain. (KOR)

Reply via email to