PJTKI Dituding Memanipulasi Kematian TKW di Taiwan 



Sabtu, 12 Apr 2008 | 00:01 WIB 

TEMPO Interaktif, Jakarta:Pengurus perusahaan jasa tenaga kerja (PJTKI) 
diadukan ke Polda Metro Jaya, kemarin. Perusahaan itu dituding memanipulasi 
laporan kematian seorang tenaga kerja wanita yang tewas di Taiwan, Maret lalu. 

Selain mengadukan penyalurnya, keluarga meminta penyidikan polisi atas kasus 
kematian tenaga kerja tersebut yang dinilai masih misterius.

Pengaduan bernomor 912 / K / IV / 2008 / SPK Unit I ini didasarkan kasus 
kematian TKW bernama Lamah, 26 tahun, warga desa Tanjungkerta RT 10/03 
Medankarya Batujaya Karawang. Buruh migran bertitel sarjana sosial dari Unisma 
Bekasi yang bekerja di Taiwan sejak agustus 2007 itu meninggal dengan luka 
dileher, lebam di paha belakang serta mata mendelik.

Ferdinand Marcos, keluarga sekaligus kuasa hukum korban mengatakan kisruh kabar 
kematian ini bermula dari pemberitahuan PT. Putra Indo Sejahtera yang 
mengabarkan Lamah sakit di Taiwan tanggal 20 maret 2008. Keeseokan harinya, 
Embot Binti Amang, ibu kandung Lamah, mengecek ke kantor perusahaan itu, 
dikawasan Pademangan Jakarta Utara.

"Tapi pemberitahuan perusahaan saat itu hanya mengatakan Lamah sakit di 
Taiwan," kata Marcos.

Namun tanggal 21 maret, muncul pesan singkat dari Santi, rekan sesama buruh 
migran di Taiwan yang mengatakan Lamah telah tewas tanggal 20 maret. Sontak 
Embot dan keluarga kaget dan kembali meminta kepastian dari PT. Putra tentang 
kabar itu.

"Ketika diminta keterangan itu mereka tetap mengatakan Lamah sakit dan menjamin 
keluarga dapat mengunjunginya di Taiwan, melalui surat pernyataan tanggal 22 
maret," jelas Marcos.

Tak percaya dengan kabar itu, keluarga mengecek kematian Lamah pada kamar 
dagang dan ekonomi Indonesia (KDEI) di Taiwan. Dari sana muncul kepastian bahwa 
Lamah telah tewas tanggal 20 maret 2008 dengan dugaan gantung diri.

Tetapi hingga saat ini, pihak keluarga belum mendapat kepastian baik dari 
PT.Putra maupun KDEI Taiwan mengenai pengurusan jenazah Lamah maupun kepastian 
penyebab kematiannya. Marcos menyatakan kesangsiannya bahwa penyebab kematian 
Lamah ialah gantung diri.

"Ada jerat di leher dan mata seperti dipaksa mendelik, saya mengira ada dugaan 
penganiayaan, makanya kami menuntut keterangan hasil otopsinya agar bisa 
diselidiki," tutur Marcos.

Embot dan Amat, kedua orang tua kandung Lamah mengaku sangsi jika Lamah bunuh 
diri. "Anaknya baik, dan nggak ada masalah," kata Amat.

Amat juga mengaku terakhir kali Lamah menghubunginya tanggal 25 januari 2008. 
Lewat telepon secara diam-diam, Lamah mengaku belum digaji sejak bulan oktober. 
Ketika pergi, ia dijanjikan bergaji 15 ribu nt Dollar atau setara Rp. 5 juta 
per bulan.

"Selain belum digaji, ia mengaku dilarang shalat dan kerap dianiaya. Makanya 
saya yakin ia mati disiksa," tutur Amat.

Sementara itu, Frendy Hutapea, kuasa hukum PT. Putra Indo Sejahtera mengatakan 
pihaknya siap menghadapi tuntutan keluarga korban. Mengenai dugaan manipulasi 
kabar kematian, Frendy mengatakan pihaknya memang mengetahui kematian Lamah 
tanggal 24 maret 2008.

"Waktu tanggal 20 kami belum mendapat kepastian kabar itu karena pihak yang 
berwenang belum memberi kepastian," ujar Frendy ketika dihubungi Tempo, 
kemarin. 

Mengenai tudingan penganiayaan, Frendy mengatakan tak bisa memberi kepastian 
mengenai hal itu karena belum ada hasil otopsi dari pihak yang berwenang.Fery 
Firm

Kirim email ke