======================================  
  THE WAHANA DHARMA NUSA CENTER
  [ Seri : "Membangun Ekonomi Rakyat Indonesia" ]  
  =======================================
  [Ec_Q]
   
  BANK KAUM MISKIN
  Oleh : Muhammad Yunus
  Peraih Hadiah Nobel Perdamaian 2006
  Bersama Alan Jolis
   
   
  Belajar dari : 
  Kisah Muhammad Yunus dan Grameen Bank, dalam
  Memerangi Kemiskinan
   
   
  40. Dia Tahu Mereka Akan Terkejut Sekali 
   
  Kisah Nurjahan menggambarkan banyaknya tekanan terhadap pegawai perempuan 
muda. Nurjahan baru saja lulus dari Chittagong University saat kami mulai uji 
coba Grameen. Usianya 23 tahun dan memperoleh gelar master terbaik di bidang 
sastra Bengali. Ayahnya meninggal saat ia berusia 11 tahun. Dia berasal dan 
keluarga kelas menengah konservatif dan ibunya menginginkannya menikah dan 
punya anak. Tetapi setelah menyelesaikan kuliahnya, Nurjahan membangkang. 
Dialah perempuan pertama di desanya yang memperoleh gelar master, dan dia 
bangga dengan tawaran pekerjaan dari sebuah organisasi non pemerintah (ornop). 
Dia memohon pada ibunya agar diizinkan kerja. Tetapi ibunya menolak dengan 
alasan bahwa perempuan dari keluarga baik-baik di Bangladesh tidak seharusnya 
bekerja. Kakak laki-laki Nurjahan sebenarnya mau mengizinkannya bekerja di 
ornop itu, tetapi dia kuatir dengan gunjingan warga desa lainnya. Akibatnya, 
Nurjahan berusaha menunda tanggal mulai bekerja. Ornop itu bersedia
 menunda tiga kali, tetapi akhirnya tidak bisa menunggu lebih lama lagi, dan 
Nurjahan kehilangan tawaran pekerjaan itu.
   
  Ketika Grameen menawari Nurjahan pekerjaan, ibu dan kakak laki-lakinya 
akhirnya mengalah. Nurjahan tidak memberi tahu mereka kalau dia tidak akan 
memiliki ruang dan meja di kantor. Sebaliknya, dia akan berjalan kaki sepanjang 
hari di kawasan termiskin di pedesaan yang paling miskin, berhubungan dengan 
pengemis dan perempuan melarat. Dia tahu mereka akan terkejut sekali dan 
memaksanya berhenti bekerja. Dia mulai bekerja dengan kami bulan Oktober 1977. 
Dan sepanjang keluarganya tidak tahu seperti apa Grameen itu, mereka dengan 
enggan mengizinkannya bekerja.
   
  Di hari pertamanya bekerja, saya minta Nurjahan melakukan studi kasus 
terhadap Ammajan Amina, seorang perempuan miskin warga Jobra yang tidak mampu 
memperoleh nafkah hidup. Saya lakukan ini dengan tiga alasan. Pertama, saya 
yakin cara terbaik memberi semangat pada pegawai baru adalah membiarkannya 
melihat langsung problem-problem riil kaum miskin. Saya ingin Nurjahan 
tersentuh hatinya oleh realitas kemiskinan. Kedua, saya ingin melihat bagaimana 
Nurjahan bisa mengatasinya. Tidak mudah bekerja dengan kaum miskin dan 
melakukannya dengan cara yang bisa mempengaruhi kehidupan mereka secara 
positif. Gelar master Nurjahan tidak menjamin dia memiliki motivasi diri, 
keyakinan, dan kekuatan untuk menunjukkan pada mereka cara mengatasi berbagai 
rintangan. Maukah ia menggunakan waktunya bersama fakir miskin? Maukah ia 
mempelajari bagaimana mereka menjalani hidup, bekerja, dan bertahan? Dia harus 
belajar memandang nasabahnya sebagai manusia utuh yang butuh bantuan dan 
perubahan. Dia
 harus membangun interaksi yang mudah dan tidak menakutkan dengan kaum miskin 
dan mengetahui segala hal yang terkait dengan kehidupan dan kesulitan yang 
dihadapi nasabahnya. Karenanya di hari pertamanya, saya tarik Nurjahan dan 
berkata, “Cobalah bicara dengan Ammajan Amina sendirian. Coba sentuh dia dan 
pahami kejiwaannya. Hari ini pergilah ke sana tanpa pena dan kertas untuk 
meraih kepercayaannya.”
  Nurjahan pergi ke Jobra dengan kolega saya Assaduzzaman  (“Assad” 
panggilannya). Sambil mengangguk ke arah Assad, Ammajan Amina bertanya pada 
Nurjahan, “Dia suamimu?”
  “Bukan,” jawab Nurjahan, “cuma rekan kerja.”
  “Mengapa kau mendatangi kami dengan seorang lelaki yang bukan suamimu?” tanya 
Ammajan Amina. ini sepertinya bertentangan dengan praktik purdah dan membuatnya 
curiga pada Nurjahan.
   
  Tetapi sedikit demi sedikit, dari hari ke hari, Nurjahan berhasil memperoleh 
kepercayaan Amina. Amina berbagi masa lalunya dengan Nurjahan. Dan enam anak 
Amina, empat meninggal karena kelaparan atau penyakit. Hanya dua anak perempuan 
yang masih hidup. Suaminya jauh lebih tua dan sakit-sakitan. Selama bertahun 
tahun, dia habiskan kekayaan keluarga untuk berobat. Setelah kematian suaminya, 
harta tersisa yang dimiliki Amina hanyalah rumahnya. Usianya 40 tahun, tua 
menurut ukuran Bangladesh, karena di sini —berkebalikan dengan tren umum 
dunia—tingkat harapan hidup perempuan lebih rendah dibanding laki-laki. Dia 
buta huruf dan tidak pernah memperoleh pendapatan sebelumnya. Dia berusaha 
menjual kue-kue buatannya dan rumah ke rumah, tanpa hasil. Iparnya mencoba 
memaksa dia dan anak-anaknya keluar dari rumah yang sudah ditinggalinya selama 
20 tahun, tapi dia menolak.
   
  Suatu hari Amina pulang dan mendapati ipar laki-lakinya telah menjual atap 
seng rumahnya, dan si pembeli sedang mencopotinya. Saat musim hujan tiba, Amina 
kedinginan, kelaparan, dan terlalu miskin untuk bisa membuat makanan jualannya. 
Karena tak ada atap pelindung, musim hujan merusak dinding rumahnya yang 
terbuat dari tanah liat. Untuk menjaga harga dirinya, Amina hanya mau mengemis 
di desa-desa tetangga. Suatu hari ketika pulang ke rumah, ia mendapati rumahnya 
roboh, dan mulailah ia menjerit, “Mana anakku? Mana bayiku?”
   
  Dia temukan anaknya yang lebih tua tewas tertimpa reruntuhan rumahnya.
   
  Ketika Nurjahan pertama kali bertemu dengannya pada tahun 1976, Ammajan Amina 
menggendong anak satu-satunya yang masih hidup. Dia amat sedih dan putus asa. 
Jangan harap ada rentenir, apalagi bank komersial, yang memberinya kredit. 
Tetapi dengan pinjaman Grameen dia membeli bambu untuk membuat keranjang. Amina 
tetap menjadi seorang peminjam hingga akhir hayatnya. Kini anak perempuannya 
menjadi anggota Grameen. 
   
   
   _________
   
  "Mendidik pikiran tanpa pendidikan untuk hati 
  sama dengan tidak ada edukasi" 
  (Aristotle - 386BC-322BC - Filsuf Yunani)
   
  _________
   
  "Tugas pertama seorang pemimpin 
  adalah membuat harapan selalu terbentang" 
  (Joe Batten, Penulis Buku Tough-Minded Management)
   
  _________
   
  [ bersambung ]
   
   
   
  The Flag
  Air minum COLDA - Higienis n Fresh !
  ERDBEBEN Alarm
   
   
   
  =================================================  
  THE WAHANA DHARMA NUSA CENTER
  [ Seri : "Membangun Demokrasi dan Kebangsasan  Indonesia" ]  
  =================================================
  [Democration and Nationalism Quotient – Dem_&_Nat_Q]
   
   
  DALAM RANGKA :
  MEMPERINGATI 100 TAHUN KEBANGKITAN NASIONAL 
   
   
  UBER – THOMAS CUP
   
  Hari-hari ini kita di hentakkan – dibangkitkan lagi semangat nasionalisme dan 
kebangsaan Indonesia, oleh langkah dan prestasi Tim Uber dan Tim Thomas 
Indonesia. Walaupun di sisi lain kita juga turut prihatin atas melejitnya harga 
minyak dunia, sehingga membawa ekses langsung bagi kebijakan anggaran Negara 
dan hajat hidup rakyat Indonesia.
   
  Bila kita menyaksikan permainan Tim Uber dan Tim Thomas Cup berlaga 
menghadapi lawan, kita melihat langsung, betapa semangat daya juang, pikiran, 
tenaga dan hidupnya benar-benar secara total mereka curahkan untuk menggapai 
cita-cita sebagai juara. 
   
  Akankah Uber Cup dan Thomas Cup, kembali bersanding di Tanah Air Indonesia?!
  Mereka semua akan membuktikan – di tangan merekalah prestasi itu akan terukir!
   
  Saya membayangkan, mereka telah meniti kehidupan masa muda yang penuh 
semangat vitalitas. Masa muda sebagai tonggak masa depan, telah mereka 
persembahkan dan dedikasikan bagi bangsa dan negara Indonesia. Luar biasa!
   
  Kita semua patut beryukur dan berterima kasih kepada mereka semua, seluruh 
Tim Uber Cup - Thomas Cup, pelatih, pembina, penyandang dana, lebih-lebih 
kepada para pendahulu, mantan juara, senior dan para Champiun dunia di bidang 
olah-raga perbulutangkisan di Indonesia, yang telah meletakkan dasar yang kokoh 
bagi jalan lapang para yunior – generasi penerus, untuk meniti jalan lapang 
yang telah dirintis sebagai profesional di bidangnya – silakan sebut negara2 
yang berlaga – jadi ini memang prestasi luar biasa!
   
  Maka saya sangat berharap kepada pemerintah Indonesia dan kepada siapapun 
yang peduli dan terpanggil akan kejayaan olah raga Bulu Tangkis ini. . .
   
  Jangan sia-siakan kehidupan mereka, 
  Jangan terlantarkan masa depan mereka!
   
  Karena sesungguhnya mereka ini adalah Para Pahlawan, Pejuang bagi kejayaan 
bangsa Indonesia saat ini dan masa depan. Sesungguhnya mereka ini adalah para 
penegak semangat kibaran Sang Saka Merah Putih di segala penjuru dunia.
   
  Selamat berjuang sahabat dan teman2 Tim Uber & Tim Thomas!
  Untuk meraih impianmu……bagi kejayaan bangsa Indonesia!
   
  Doa kami, selalu mengiringi langkah perjuangan, 
  tetesan darah, kucuran peluh,
  yang kadang harus ber-urai dengan air mata!
   
  Selamat berjuang Pahlawan!
   
   
  Best regard,
   
   
  Retno Kintoko 
   
  Nb.
  Buat sahabatku seorang psikolog dan motivator Rinny Soegiyoharto, 
  trimakasih atas inspirasi quotes-nya.
   
   
  The Flag
  Air minum COLDA - Higienis n Fresh !
  ERDBEBEN Alarm
   


    
  SONETA INDONESIA <www.soneta.org>

  Retno Kintoko Hp. 0818-942644
  Aminta Plaza Lt. 10
  Jl. TB. Simatupang Kav. 10, Jakarta Selatan
  Ph. 62 21-7511402-3 
   


       

Reply via email to