Refleksi: Tua tidak apa, pokoknya ada isinya. Tetapi kalau ada isi  lantas 
dibilang sudah tua berarti ada rahasia penting yang terkandung dalam pernyataan 
sang menteri. 

http://www.suarapembaruan.com/News/2008/05/16/index.html

SUARA PEMBARUAN DAILY 
Sumur Minyak Indonesia Sudah Tua
 

Menaikkan produksi minyak mentah pada sumur yang sudah berusia 100 tahun sulit 
mencapai hasil optimal. "Menggunakan teknologi secanggih apa pun dan ahli 
sehebat mana pun, hasilnya tidak sebesar sumur muda," kata Menteri Energi dan 
Sumber Daya Mineral (ESDM), Purnomo Yusgiantoro di Jakarta, Jumat (16/5) pagi. 

Selain sumur tua, menurut Purnomo, penurunan produksi minyak mentah yang sudah 
terjadi sejak 1995 juga disebabkan oleh turunnya investasi sektor migas dan UU 
Migas yang sempat masuk Mahkamah Konstitusi. Pemodal asing enggan berinvestasi 
di negara yang tidak memberikan kepastian hukum. 

Pergantian pimpinan pemerintahan sejak 1998, lanjutnya, juga mempengaruhi iklim 
investasi. Dalam sepuluh tahun terakhir, terjadi empat kali pergantian. Setiap 
kepala pemerintahan tentu memiliki perhatian dan kebijakan tersendiri yang 
memberikan dampak berbeda-beda kepada dunia investasi. 

Faktor lain yang tidak kalah penting adalah kehadiran otonomi daerah (otda) 
sejak tahun 2001 dan demokratisasi yang berhembus sejak 1998. Migas memang 
masih menjadi wewenang pemerintah pusat, tapi pembebasan lahan lokasi 
pengeboran dan infrastruktur ditangani daerah. 

Meski demikian, Purnomo yakin, produksi minyak mentah masih bisa ditingkatkan 
hingga 1,3 juta barel per hari (bph). Produksi minyak mentah Blok Cepu akan 
meningkat menjadi 150.000-160.000 bph tahun 2010-2011. Kegiatan eksplorasi akan 
meningkat setelah pemerintah memberikan insentif fiskal Januari 2008. 

Salah satu butir penting penting Keputusan Menteri Keuangan (KMK) adalah 
pembebasan pajak impor barang modal untuk kegiatan eksplorasi yang baru akan 
dibayarkan kemudian lewat perhitungan cost recovery. 

Kendati demikian, kontribusi minyak mentah terhadap APBN sudah menurun jauh 
dibanding sepuluh tahun silam dan akan cenderung menurun pada masa mendatang. 
Kontribusi minyak mentah terhadap APBN 2008 hanya 15 persen, sedangkan 
kontribusi minyak mentah, gas bumi, batu bara, dan produk mineral lainnya 
terhadap APBN mencapai sekitar Rp 240 triliun atau 33 persen dari APBN. 
Kontribusi energi di luar minyak bumi terhadap APBN akan terus meningkat. 
"Karena itu, jangan lagi menjadikan lifting minyak sebagai salah satu asumsi 
penyusunan APBN, tapi lifting energi. Ini baru fair," ungkap Purnomo. 

Tentang kenaikan harga BBM, Purnomo menjelaskan, isu utamanya bukan lifting 
minyak mentah, melainkan lonjakan harga minyak dunia yang berdampak sangat luas 
bagi Indonesia. 

Pertama, subsidi BBM dalam APBN meningkat tajam. Ini tidak adil karena kalangan 
mampu juga ikut disubsidi. Kedua, lonjakan harga minyak menyebabkan disparitas 
harga BBM sangat tinggi dan itu memicu penyelundupan. "Masa, Indonesia 
menyubsidi orang luar negeri," ungkapnya. 

Ketiga, kenaikan harga BBM bisa mendorong efisiensi dan diversifikasi energi. 
"Selama ini, Indonesia terlalu boros dan tidak tertarik melakukan diversifikasi 
energi," tandas Purnomo. [P-12] 










--------------------------------------------------------------------------------
Last modified: 16/5/0

<<16purnom.gif>>

Kirim email ke