MENGENAI HATI & KEPERCAYAAN
Dear Friends, seorang rekan yang saya belum pernah kenal sebelumnya, sebut saja bernama Mas X, tiba-tiba mengirimkan sebuah e-mail kepada saya, sbb: +++ "Dear Mas Leo, Terus terang semenjak saya ikut milis-milis yang terbuka, seperti Spiritual Indonesia <http://groups.yahoo.com/group/spiritual-indonesia>, pikiran dan hati saya jadi lebih terbuka. Agama Saya Islam, tapi saya kadang lebih kagum kepada kebijaksaaan orang selain Islam, kadang saya malu sendiri, karena banyak sekali tingkah orang yang mengatasnamakan Islam tapi malah memalukan Islam. Saya yakin semua manusia dan makhluk lain, selain Islam tidak sesat, karena Tuhan Maha Pengasih dan Maha Penyayang. "Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah kamu (dalam berbuat) kebaikan. Di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu." (QS:2:148) Saya juga tidak mungkin keluar dari Islam, karena pengetahuan saya untuk mendekatkan diri kepadaNya banyak dari Islam. Saya yakin semua Agama dan Kepercayaan yang ada didunia ini, yang didasari hati bersih dan kebaikan, adalah satu tujuan, meskipun dengan jalan yang berbeda-beda. Bagaimana pendapat Mas Leo dengan pendapat saya tersebut?" +++ JAWABAN SAYA: Dear Mas X, thanks for sharing with us all, hmmm hmmm hmmm... What to say ? Memang seperti itu keadaannya, segala agama-agama itu cuma Belief Systems (Sistem Kepercayaan) belaka, dan karena namanya Belief Systems, artinya ada yang membuat. Yang membuat itu siapa ? Jelas manusia. Semua agama-agama itu BUATAN MANUSIA belaka, walaupun mungkin akan ada juga sebagian orang yang menjerit-jerit dan berguling-guling sambil membentur-benturkan kepalanya ke tembok ketika membaca bahwa saya bilang SEMUA agama-agama itu buatan manusia, termasuk agama yang dianut oleh anda dan saya. Anda memiliki background agama Islam, orang lain memiliki background agama Kristen, orang lainnya lagi memiliki background agama Buddha, Hindu, dan bahkan non agama alias Atheist. Nah, apakah anda berbeda dengan orang-orang yang memiliki backgrounds agama-agama atau non agama yang berbeda-beda itu ? Tentu saja tidak. Anda bisa berpikir, berbicara, bermimpi, mengharap, jatuh cinta, bersedih, terluka, dan bangkit kembali. Semua orang itu, apapun agama atau non-agamanya juga mengalami hal-hal seperti itu. Jadi, tidak ada satupun hal KHUSUS/SPECIAL yang mengakibatkan diri anda itu lebih tinggi atau lebih rendah dari manusia lainnya hanya karena anda beragama atau tidak beragama tertentu. Saya berkorespondensi melalui Yahoo Messenger dan Email dengan ratusan manusia Indonesia selama satu tahun terakhir, dan saya menemukan bahwa semuanya itu ternyata manusia-manusia biasa saja, yang mengalami jatuh bangun, kesedihan, kegembiraan... Semua memiliki harapan, kekecewaan, dan sebagainya. Dan tidak ada itu yang namanya manusia-manusia yang dimuliakan Allah sedemikian rupa sehingga manusia-manusia lain menjadi laknatullah. No, it does NOT work like that. Agama-agama itu isinya SIMBOL belaka. Ada simbol tentang hal-hal yang "baik" dan hal-hal yang "buruk", walaupun kebaikan dan keburukan itu RELATIF juga nilainya. Kita bisa sebut bahwa diri kita yang lebih tinggi itu sebagai "Allah" atau "Tuhan" atau "God" atau "Buddha" atau "Shiwa", semuanya SAMA SAJA, semuanya SIMBOL belaka. Tetapi, simbol-simbol yang muncul di KESADARAN manusia itu munculnya dalam konteks budaya yang berbeda. Jadi, ada pernak-pernik budaya yang muncul dan diharamkan di suatu konteks budaya dan diterima dengan tangan terbuka di tempat lain, walaupun yang berbicara itu adalah Tuhan / Allah / God yang sama. Jilbab itu HALAL di Arab, misalnya, sedangkan telanjang dada bagi wanita muda itu HALAL di Bali. Sampai pertengahan abad ke-20, masih banyak wanita-wanita muda yang bertelanjang dada di Bali karena itu HALAL. Tetapi Bung Karno yang juga keturunan Bali akhirnya menyerukan agar mbok ya payudara yang ranum itu ditutup saja karena sekarang sudah banyak bahan pakaian. So, sekarang payudara terbuka sudah tidak lagi berseliweran di Bali, dan itu BUKAN karena diharamkan, melainkan karena seruan Presiden Soekarno. Tentang kefanatikan agama-agama itu, kita semua tahu bahwa semuanya dibawa oleh IGNORANCE (ketidak-tahuan). Mereka tidak tahu bahwa kesadaran (consciousness) tiap manusia itu SAMA, dimanapun itu adanya. Baik itu kesadaran yang ada di manusia-manusia di Indonesia, di Amerika Serikat, di Belanda, di Israel, di Arab, di Afrika, semuanya itu sama saja. Kita itu semua satu species, species HOMO SAPIENS. Dokter-dokter medis itu memberikan obat yang sama kepada kita kalau kita sakit fisik, dan kita sembuh. Mereka yang berkecimpung memberikan konseling kejiwaan kepada manusia-manusia itu tahu bahwa JIWA manusia itu SAMA, tetapi memang ada SIMBOL berbeda yang perlu diperhatikan. So, mereka yang beragama Islam di Indonesia akan menggunakan istilah Allah/Tuhan. Mereka yang bule dan tinggal di negara-negara Barat menggunakan istilah God. Mereka yang tinggal di India menggunakan istilah Dewa dan Dewi. Tetapi yang dikomunikasikan itu semuanya hal-hal yang biasa-biasa saja, yaitu bagaimana kita bisa hidup lebih baik, bagaimana untuk menjalankan missi dalam hidup, bagaimana untuk membantu sesama, dan sebagainya. Karena saya mengerti tentang SIMBOL-SIMBOL, akhirnya saya bisa berkomunikasi dengan mereka yang berasal dari berbagai latar-belakang. Dan tanpa lelah saya berulang-kali bilang bahwa please understand kalau agama-agama itu semuanya buatan manusia. Manusia-manusia itu dimana-mana sama saja. Bahkan saya sudah bilang bahwa Tuhan / Allah / God itu KONSEP DOANG; konsep yang dilahirkan dari kesadaran yang adanya di dalam diri manusia untuk mengkomunikasikan sesuatu yang sifatnya LEBIH TINGGI dan adanya di dalam diri manusia juga. Kita semua bisa berkomunikasi dengan Tuhan / Allah / God itu dengan menggunakan doa-doa. Bisa juga dengan meditasi. Bisa juga dengan diam saja. Kita meditasi / wirid / doa / meneng,... dan masuk ke dalam KESADARAN TINGGI yang adanya di diri kita. Dan disana kita akan merasakan Tuhan / Allah / God itu yang memang tidak terpisahkan dari Roh / Jiwa kita. Nah, metode-metode itu bisa berbeda-beda, tetapi essensi dari semuanya itu SAMA. Kita bertemu dengan diri kita sendiri yang lebih tinggi, dan dari sana kita akan memperoleh apa yang kita perlukan dalam hidup, apakah itu berupa petunjuk, pengertian, hikmat,... atau bahkan cuma comfort saja. Ada yang menggunakan istilah Nur Muhammad, ada yang menggunakan istilah Roh Kudus, ada yang menggunakan istilah Semar. Ada yang menggunakan istilah Firman. Ada yang menggunakan istilah Ndawuh, ada yang menggunakan istilah Petunjuk,... macam-macamlah, tetapi kita yang mengerti tahu bahwa secara ESSENSIAL segalanya itu merujuk kepada fenomena yang sama ketika kita manusia masuk ke dalam diri kita sendiri dan menemukan diri kita sendiri yang lebih tinggi yang kita sebut sebagai Tuhan / Allah / God. +++ Dan Mas Y, seorang rekan lainnya yang juga belum pernah bertemu saya mengirimkan satu email sbb: +++ "Hi... my name is Y. I read about u. I would like to ask u some thing.... how can a blind color man know that white and black is the best color in the world? (if he never enjoys other color beside black and white?). Same with that... how can we know that our faith in our religion is absolutely right (?) if we never learn others and their faiths as well as we did in our religion now? because if we have faith in somehing, that means we haven't prove it right yet... But if we already prove it right, we don't need faith any more. we knew it already. We don't need to faith that Himalaya exist if we already climb it, we knew it already. So if we say that we have faith in some thing, that means we haven't prove it right yet... If we faith our religion is absolutely right before we really understand others, I assumed that we are a blind color man... what do you think?" +++ JAWABAN SAYA: Dear Mas Y, thanks for your question. Anda bertanya tentang IMAN (faith). Iman itu apa ? ... Iman itu adalah PERCAYA bahwa apa yang kita percayai itu benar walaupun semua orang bilang kita itu tidak benar. Itu essensi dari IMAN dan sebenarnya TIDAK berkaitan dengan yang namanya iman dalam agama-agama. Yang namanya "iman" dalam agama-agama itu selalu berfungsi sebagai PEMAKSA, artinya orang dipaksa untuk percaya walaupun sebenarnya hati kecilnya tidak mau percaya. Tetapi orang dipercaya untuk beriman kepada agama tertentu dengan diberikan alasan tertentu. Alasanya itu biasanya demi memperoleh ganjaran berupa Surga, atau untuk menghindari masuk Neraka. Nah, segala Surga dan Neraka itu kan KONSEP DOANG. Semua agama memiliki konsep tentang "Surga dan Neraka". Jadi, kalau anda beriman kepada konsep-konsep dalam Agama A, berarti orang-orang lain yang tidak seagama dengan anda akan masuk neraka. Mereka dari Agama B, C, D,... dan sebagainya akan masuk Neraka, dan Surga itu menjadi milik anda sendiri. Secara GAMBLANG begitulah jalan pikiran orang-orang agamis yang memang terlalu lucu untuk diceritakan kembali, hmmm hmmm hmmm... Tetapi IMAN yang sebenarnya itu tidak berkaitan dengan agama. Kalau anda beriman bahwa kita semuanya itu manusia-manusia biasa-biasa saja, yang memiliki KESADARAN yang biasa-biasa saja, dan bahwa manusia dimanapun juga dan berbicara dengan bahasa apapun juga itu SEBENARNYA tidak ada bedanya dengan anda dan saya,... itupun suatu IMAN. Iman yang seperti itu adalah iman yang asli, yang tidak perlu pembuktian. Jadi, kalau orang-orang berteriak dan menghancurkan harta benda orang lain agar diakui bahwa agamanya itu adalah "Agama Allah", maka anda dan saya akan bisa tertawa saja dan menggeleng-gelengkan kepala. Kita tahu bahwa merekalah yang perlu IMAN. Iman bahwa kita semuanya manusia biasa saja, dan bahwa kita semua bisa CONNECTED dengan Tuhan / Allah / God tanpa memperhitungkan segala ajaran-ajaran agama itu yang semuanya merupakan konsep-konsep buatan manusia belaka, walaupun di-klaim jatuh dalam bentuk gelondongan dari langit. +++ Just that, tanya jawab antara saya dengan Mas X dan Mas Y yang belum pernah bertemu dengan saya. Semoga bermanfaat bagi rekan-rekan lainnya. (Leo) +++ [Leonardo Rimba adalah seorang praktisi Psikologi Transpersonal. Bersama Audifax, Leo menulis buku "Psikologi Tarot" (Pinus, Maret 2008). Diskusi dengan Leo bisa dilakukan di Milis SI; to join just click: <http://groups.yahoo.com/group/spiritual-indonesia>. Anybody is welcomed to join.] Send instant messages to your online friends http://uk.messenger.yahoo.com