HELLO, NAMASTE, DAN ASSALAMUALAIKUM 

Friends, tadi saya sampai di rumah pukul tiga pagi,
tiduran sebentar, and get online lagi jam tujuh pagi
pas. Capek ? Well, maybe, tapi nggak berasa juga.
Rasanya ngantuk banget waktu perjalanan pulang ke
rumah but, it's ok now. Klayar kliyer not knowing what
else I should be doing in this lonely weekend (ehem).

Tadi malam saya ke farewell party yang diadakan oleh 
a couple of Indian expatriates. So, tamu-tamunya
semuanya India, dan semuanya expatriates. Dan
ternyata, I realized just now that the Indians say
HELLO to each other, dan bukan Namaste.

Bukan Namaste ? That's what I experienced myself. Saya
duduk disitu nonstop dari jam 8 malam sampai jam 2
pagi lewat, berbicara dengan siapa saja yang mau 
berbicara dengan saya. Dan, tak seorangpun yang
menyapa saya dengan Namaste. Everybody greeted me with
a Hello. So, Hello also did I say. Abis gimana lagi ?

Namaste or not, people are the same everywhere though.
Saya berbicara dengan orang Indonesia menggunakan
Bahasa Indonesia, dengan expatriates menggunakan
Bahasa Inggris. Tapi semua sama saja, semuanya manusia
biasa2 saja, dan TIDAK BERTANDUK seperti sering
digambarkan oleh orang2 agamis yang fanatik itu.
Semuanya concern terhadap keluarga, kerja, hubungan
antar pribadi, tidak ada bedanya dengan orang
Indonesia dari backgrounds apapun, dan bahkan tidak
ada bedanya dengan expatriates bule dari berbagai
bangsa yang juga biasa saya temui. Manusia dimana-mana
itu SAMA SAJA. Agama is just a clothing, cuma pakaian
saja yang bisa dilepaskan tanpa manusianya itu
kehilangan suatu apapun. 

Memang wanita India itu tidak pakai jilbab, tetapi hal
itu TIDAK menyebabkan mereka menjadi less human atau
laknatullah. Memang banyak juga yang memakai pakaian
tradisional yang namanya Sari sehingga pinggangnya itu
terbuka, dan kita bisa lihat langsung ke BEHA yang
mereka pakai. Tapi, apakah itu bikin mereka menjadi
laknatullah ? Tentu saja tidak. Anak kecil juga tahu
itu kecuali, maybe, anak kecil yang sudah dicekoki
segala pengertian HARAM/HALAL melalui para guru agama
yang tidak terdidik itu.

So, akhirnya kita akan sampai pada kesimpulan bahwa
PENDIDIKAN is important. It's important to teach our
kids bahwa manusia itu bermacam-macam, dan semuanya
itu sama saja. Dan tidaklah perlu anak2 kecil itu
ditakuti bahwa mereka yang beragama beda itu merupakan
makhluk Setan, dan mereka yang beragama sama merupakan
makhluk Allah. Dan bahkan, "makhluk Allah" disitu
masih dibedakan pula dengan diridhoi atau tidak. Kalau
sealiran, maka diridhoi. Kalau tidak sealiran, maka
tidak diridhoi.

In the end kita akhirnya akan TAHU juga bahwa diridhoi
or not is just A CONCEPT. Cuma konsep doang dari
orang2 yang berpikiran sempit. Mereka akan bilang
diridhoi kalau seagama dan sealiran pemikiran. Dan
akan bilang tidak kalau tidak seagama dan sealiran
pemikiran. Primitive thinking isn't it ?  

Saya sendiri berpendapat bahwa tetap merupakan HAM
bagi orang2 itu untuk berpendapat bahwa mereka yang
berada di luar lingkungannya "tidak diridhoi". Itu
pendapat pribadi saja. Tetapi kita juga bisa
memutuskan bahwa segala koar2 diridhoi dan tidak
diridhoi itu harus ditelusuri sampai mana asalnya.
Biasanya dari kaum agamis yang mau anda dan saya masuk
dan memeluk belief system mereka yang sempit dan
primitive itu. So, kalau anda dan saya eling dan say
NO to such a belief system, they will say not
diridhoi. 

I have no problem with that. Mulut ya mulut mereka
sendiri. Mereka teriak2 laknatullah TIDAK akan membuat
kita kekurangan suatu apapun. So, let them have their
own way as long as tidak ada sesuatupun yang dilakukan
secara fisik. Kalau sudah fisik, maka itu sudah CRIME,
kriminal, dan kita tidak bisa tolerir kriminalitas.
Kriminalitas atas nama apapun, termasuk agama, tetap
merupakan kriminalitas. 

Last but not least, the Indian expatriates memang
benar say HELLO dan bukan Namaste to each other and
me. Dan tidak ada satupun yang mengucapkan
Assalamualaikum terhadap saya which is also oke2 saja.
Allah saja TIDAK marah. Allah diam saja.

Kesimpulan: Kata Hello itu bisa menggantikan Namaste,
bisa menggantikan Assalamualaikum pula. So, saya akan
bilang Hello saja pagi ini kepada anda semua. Hello
Hello !!

+

Then suddenly, out of the blue, a Malaysian Icon named
Daisy sent me an email via japri. Here is what she
wrote:

"Hello dari saya Mas Leo! 
 
I've just read your latest. I was in India for a month
and a half, they do say Nameste to each other, and I
said Nameste to them. Perhaps expatriat Indians change
slightly abroad.
 
India is changing in a tremendous way, good hiways,
restaurants and clean facilities along the way (10
years ago there was none). But plenty of lorries
trundling the road at all times, death on the roads is
so common (there's a sign of a developing country for
you, like Malaysia..). But things seem to be so much
better, I was not followed by hundreds of begging
children, and most people are expecting positive
outcome from their hard work (and they really work
hard). But they do, really do have to do something
about their roads and about cleaning the streets. It
is so tiring to see all the dirt and all the chaos
everywhere you look (well I am referring to Delhi).  
 
HOWEVER, the food in Jaipur, Pushkar, Ajmer is
delicious regardless from primitive kitchen or the
maharajah's kitchen. India is wonderful in many ways.

As to the message about gender biased religions,
awesome is all I can say. Have a splendid weekend!"

+

Gender biased religions ? The message ? Oops, that
should be another one I wrote earlier still, it runs
like this:

"... jarang2 ada manusia di Indonesia yang mau
mengakui bahwa kitab2 yang disucikan itu sangat GENDER
BIASED. Sudah jelas isi dari kitab2 itu sangat
PATRIARKAL karena memang mereka itu ditulis di
jaman patriarkal. 50 kitab yang dirangkum dalam
Alkitab itu semuanya MEMBEDAKAN manusia berdasarkan
jenis kelaminnya. Nah, membedakan / diskriminasi
manusia berdasarkan jenis kelamin itu SARA.

Terus ada yang mungkin mau bilang kalo kitab2 itu
ditulis oleh Allah which I shall say: "Sejak kapan
Allah nulis kitab suci ???"

Yang menulis kitab2 itu adalah MANUSIA, dan bukan
Allah. Yang mengucapkan ayat2 yang akhirnya ditulis
dan dibukukan sebagai kitab suci itu MANUSIA, dan
bukan Allah. Dan Allah itu SARA karena diskriminasi
manusia berdasarkan: Suku, Agama, Ras, Asal, as well
as Jenis Kelamin dan Orientasi Seksual. Bisa dicek di
Alkitab bahwa Allah itu mempraktekkan DISKRIMINASI.

Allah itu MEMBELA keturunan Nabi Yakub (Israel) saja.
Itu apa artinya kalau bukan SARA ??? Apa artinya kalau
bukan diskriminasi ???

Allah itu "muncul" pertama kali di gurun pasir Midian
di hadapan Nabi Musa. Musa juga yang pertama kali
membukukan SYARIAT dari "Agama Allah" itu (disebut
TAURAT, yang sebenarnya terdiri dari 5 buku), yang 
diteruskan prakteknya oleh hakim2/imam2 penerus Musa
sampai pusat agama itu dikonsolidasikan di Baitullah
di Yerusalem oleh Nabi Daud. Semuanya patriarkal. Nabi
Sulaiman yang meneruskan Daud sebagai Raja Israel itu
punya koleksi harem yang konon jumlahnya ratusan.
Maybe dari kisah Sulaiman muncullah ide tentang SURGA
sebagai tempat dimana pria dilayani oleh para bidadari
yang maybe bugil all the time, hmmm hmmm hmmm...

Baitullah pertama di Yerusalem dibangun oleh Sulaiman.
Lalu hancur dalam perang. Lalu dibangun lagi. Lalu
dihancurkan lagi di tahun 70 AD (?) oleh orang Romawi
(Rum) ketika menumpas pemberontakan orang2 Yahudi.
Setelah itu orang2 Yahudi TIDAK BOLEH tinggal di
Palestina. Semuanya harus tinggal di luar Palestina
(disebut DIASPORA atau perantauan).

Ketika Nabi Muhammad MENCERITAKAN ULANG kisah2 para
nabi Yahudi (yang sekarang dibukukan dan dikenal
sebagai AL QURAN), Palestina itu masih di bawah
Romawi. As far as I know, begitu urutannya, sehingga
sebenarnya waktu itu Baitullah di Yerusalem sudah
TIDAK ADA. Sampai sekarang juga tidak ada Baitullah di
Yerusalem itu. Sejak dihancurkan oleh orang Romawi di
tahun 70 AD, Baitullah di Yerusalem tidak pernah
dibangun kembali.

Tetapi, tentu saja Yerusalem itu TETAP menjadi KIBLAT
dari para pengikut SYARIAT YAHUDI. Kiblat mereka itu
ke Yerusalem. Nabi Muhammad juga mengikuti SYARIAT
YAHUDI (sunat, kiblat, haji, haram ini dan itu,
termasuk GENDER BIAS Yahudi). Tetapi, karena Nabi
Muhammad itu tidak diakui oleh orang2 Yahudi sebagai
seorang nabi, maka kiblat-nya dipindahkan ke Mekkah.

Tapi ternyata segala Syariat Yahudi itu masih
diteruskan oleh Nabi Muhammad. Haji itu termasuk
syariat Yahudi, berupa tradisi setahun sekali
mengunjungi Baitullah di Yerusalem. Tetapi Nabi
Muhammad memindahkannya ke Mekkah.

Nah, yang orang2 itu tidak tahu adalah fakta bahwa
Islam itu MENERUSKAN TRADISI YAHUDI. Boleh bilang
hampir semuanya diambil alih dari Agama Yahudi. Bukan
hanya kisah nabi2 Yahudi saja, melainkan syariatnya
juga yang sangat GENDER BIASED."

+

That's all friends, have a nice weekend ! 

+++

[Leonardo Rimba adalah seorang praktisi Psikologi
Transpersonal. Bersama Audifax, Leo menulis buku
"Psikologi Tarot" (Pinus, Maret 2008). Diskusi dengan
Leo bisa dilakukan di Milis SI; to join just click:
<http://groups.yahoo.com/group/spiritual-indonesia>.
Anybody is welcomed to join.]










Send instant messages to your online friends http://uk.messenger.yahoo.com 

Reply via email to