*(cerpen) Sebuah Hadiah lebaran
terindah*<http://coretanpena-erwin.blogspot.com/2008/06/cerpen-sebuah-hadiah-hadiah-lebaran.html>
Diposting
oleh Erwin Arianto di *Jumat, Juni 13,
2008*<http://coretanpena-erwin.blogspot.com/2008/06/cerpen-sebuah-hadiah-hadiah-lebaran.html>

Hari ini adalah hari terakhir bulan ramadhan, besok sudah lebaran,
Kubayangkan suara gema takbir menggema yang bisa terdengar sampai ke
seantero negeri. Suara merdu yang Terlantun indah, begitu menggetarkan dada
setiap manusia yang beriman. harusnya besok adalah waktu yang membahagiakan
bagi seluruh umat islam.

Seharusnya besok adalah hari kebahagiaan. Setelah satu bulan penuh
menunaikan ibadah puasa, akhirnya tiba jua hari kemenangan yang dinantikan.
Semua orang bersuka cita. Saling mengunjungi, saling bermaafan, saling
berucap selamat dan saling mendoakan. Taqabbalallahu minna wa minkum, semoga
Allah menerima segala amal ibadah kita. Menyambung silaturrahim dengan sanak
saudara, tetangga dan teman-teman. Dengan pakaian baru dan kue-kue lezat
terhidang di meja.

Aku teringat bagaimana aku dengan setengah memaksa meminta kepada ayah untuk
membelikan baju baru kepada ayahku, "pak.. aku mau baju baru ya lebaran ini"
ucapku kepada ayah, karena lebaran ii adalah tahun ke tiga aku rayakan tanpa
mengenakan baju baru, aku merasa di ejek teman-teman dan tetangga yang
mengenakan baju baru. walau aku tahu semenjak ayah ku di phk karena
perusahaanya bangkrut akibat kenaikan BBM, ayah kini hanya jadi penarik
Becak di persimpangan dekat pasar.

Sebenarnya bapak, sungguh menyayangi kami sekeluarga, bapak giat mencari
nafkah agar aku bisa bersekolah, tapi mungkin aku yang tidak tau bersukur
dan banyak menuntut kepada bapak untuk bisa membelikan aku dan adiku baju
baru pada idul fitri ini, sebuah keinginan wajar untuk orang yang berpunya,
tapi bagiku dan adiku itu adalah sebuah imaginasi yang terlalu mewah, ayah
selalu beralsan ini ulah pemerintah yang seenak nya sendiri, jadi kami yang
menanggung bebannya.

Aku yang masih belum mengerti urusan politik atau urusan negara yang
njelimet hanya menyimpan kepedihan karena ayah belum mampu membelikan aku
dan adikku pakaian lebaran baru, aku dan adik berusaha selalu bersabar dan
menerima, apa pun yang diberikan Allah kepada kami.

Aku hanya selalu berdoa, dan memohon kepada Allah sesuai nasihat Ayah "Iman
seorang mukmin akan tampak di saat ia menghadapi ujian. Di saat ia totalitas
dalam berdoa tapi ia belum melihat pengaruh apapun dari doanya. Ketika, ia
tetap tidak merubah keinginan dan harapannya, meski sebab-sebab untuk putus
asa semakin kuat. Itu semua dilakukan seseorang karena keyakinannya bahwa
hanya Allah saja yang paling tahu apa yang lebih maslahat untuk dirinya. Ia
yakin bahwa dengan ujian itu, Allah ingin melihat tingkatan kesabaran dan
keimanannya. Ia yakin bahwa dengan keadaan itu, Allah swt menghendaki
hatinya menjadi luruh dan pasrah kepada-Nya. Atau, boleh jadi melalui ujian
itu, Allah menghendaki dirinya untuk lebih banyak lagi berdoa sehingga ia
lebih dekat lagi dengan-Nya melalui doa-doanya."

Tiba-tiba kepedihan didada ku semakin memuncak, dan air mata ini tidak bisa
diajak kompromi mengalir pada kedua pipiku, karena aku ingin sekali memiliki
baju baru pada lebaran ini, Aku pun terlena pada kenangan lalu, di mana ayah
masih jaya sebagai buruh pada suatu pabrik plastik. Dulu setiap lebaran
rumah kami meriah, banyak makanan, baju baru dan lainya. hal itu hanya
membawa kepedihan dan penyesalan yang dalam.

"Ayah mau kemana?" tanyaku kepada ayah, "Mau narik cari rejeki." jawab ayah
singkat, "yah jangan lupa ya aku di beliin baju baru" ungkapku, ayah hanya
menjawab dengan anggukan pelan.Aku tertegun.Anggukan ayah membuatku merasa
bersalah. Ya Gusti Allah... ampuni aku yang selalu menyusahkan Ayah.

Sore itu ayah pulang dengan muka sumringah, "YAnti..." panggil ayah
kepadaku, "ada apa yah" tanyaku kepada ayah. Ini nak, alhamdulillah ayah
dapat rezeki nak, kamu bisa beli baju lebaran" kata ayah sambil menyodorkan
uang 300.000, "ini dari mana yah uangnya" tanya aku kepada ayah. "tadi becak
ayah di sewa orang untuk pindahan, Alhamdulillah orang itu baik dan memberi
ayah lebih nak" begitu lah carita ayah, dan aku pun bisa tersenyum
sumringah, karena baju yang kuimpikan bisa aku beli

Keseokan harinya kami sekeluarga naik becak ayah pergi kepasar, hal ini
adalah hal yang sangat indah, walau kami tidak mempunyai mobil seperti orang
kaya, naik becak sekeluarga adalah hal yang jarang terjadi, tapi kali ini
ayah mengantar kami kepasar untuk membelikan aku dan adiku sebuah baju baru.

Adikku memilih baju atas bawah dengan motif senada. Cocok sekali untuk dia
yang masih duduk di bangku SD. Kebanyakan anak-anak seusia adikku memang
lebih suka memakai baju stelan. Ibuku langsung mananyakan harga baju yang
kami pilih. Agak lama aku menunggu ibuku tawar-menawar harga dengan pemilik
toko. Tapi untungnya ibu berhasil membeli baju itu dengan harga yang lumayan
terjangkau. Aku sangat bahagia.

"Ibu tidak sekalian membeli baju baru?" tanyaku pada ibu. "Baju baru tidak
penting bagi ibu, Yang penting hati kita diperbarui lagi untuk dapat lebih
dekat dengan-Nya. Melihat kamu dan adikmu senang itu sudah cukup bagi ibu."
ibu menjawab lirih, sambil menasihati ku. ayah tadi tidak mengantar kami
belanja, ayah bilang dia mau narik becak dulu, nanti pulangnya di tunggu di
pangkalan becak tempat ayah mangkal di pasar itu.

setalah berputar-putar di pasar agak lama untuk menemukan baju serta
berbelanja keperluan untuk menyambut lebaran, aku, adik dan ibu menuju
pangkalan beca tempat ayah biasa mangkal, ku lihat ayah belum tiba disana,
kami pun menunggu dengan sabar, " bu itu ayah" ucapku sambil melihat
kesebrang jalan, dan ku lambaikan tangan memanggil ayah.

"ayah..." ucapku sambil setengah berteriak, ayah dengan wajah yang riang,
berusaha mengayuh becaknya dengan kencang, seakan tidak sabar menjemput
kami, "Tin...............Brak..." sebuah truk pengangkut pasir menabrak
ayah. Seketika tubuh ayah ambruk ke tanah. Penuh darah bercucuran. Adikku
manangis kencang. Orang-orang sekitar berlarian menuju tempat kejadian.
Mereka semua mengerumuni ayah.

Dan ayah di bawa ke rumah sakit, oleh sopir truk itu, aku, ibu dan adikku
menunggui aku di rumah sakit itu, Allahu akbar... Allahu akbar... Allahu
akbar... La ilaha illallah wallahu akbar... Allahu akbar walillahilhamd...
Suara takbir dan tahmid mengiringi hari itu yang bertepatan dengan malam
takbiran.

Akupun berdoa kepada Allah "Ya Allah ya tuhanku, tolong jangan kau ambil
ayah ku tercinta, aku sayang kepadanya, tiada orang yang paling baik sedunia
selain Ayah" dan dokter rumah sakit itu menghampiri ibu, "bu, kondisi bapak
alhamdulillah tidak apa-apa, hanya tangan kananya patah" mungkin besok pun
sudah bisa pulang" jelas dokter kepada ibu.

Esoknya ketika lebaran tiba aku dan adiku menjenguk ayah di rumah sakit,
baju yang baru yang niat nya kupakai untuk bersilahturahmi kepada saudara
dan tetangga, ku pakai untuk membawa ayah pulang. di depan ayah aku mencium
tangan, dan bersyukur kepada Allah bahwa lebaran ini aku masih di beri
kesempatan bersama ayah ku yang tercinta. "Ayah aku tidak terlalu butuh baju
baru, aku bersyukur ayah masih ada disisi kami" dan ku lihat ayah tersenyum
haru. kesehatan dan Keberadaan Ayah Adalah hadiah Idul Fitri ku dari Allah
yang paling berharga. dan kupun berdoa memanjat syukur yang tak terkira.

"Ya Tuhanku, berilah aku kekuatan untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu yang
telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada kedua orang tuaku, dan untuk
mengerjakan amal saleh yang Engkau ridhoi, serta memasukkan aku dengan
rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh.Kasihilah kami wahai
Yang Maha Penyayang diantara para penyayang." Amiin.

Depok 12 Juni 2008
Original by Erwin Arianto
http://coretanpena-erwin.blogspot.com/2008/06/cerpen-sebuah-hadiah-hadiah-lebaran.html

-- 
Best Regard
Erwin Arianto,SE
エルイン アリアント (内部監査事務局)
-------------------------------------
SINCERITY, SPEED,  INOVATION & INDEPENDENCY

Kirim email ke