Kesejahteraan padamu wahai bunga duniaku, Ku kan kembali ke dalam keheningan pada sang cinta sejati, terima kasih atas senyum dan keberadaanmu beberapa waktu di kali yang kedua, memercikkan kembali endapan wangimu dalam paru paru dan pembuluh darahku. Sungguh, sang cinta sejati- yang satu, yang tak fana, yang meliputi semesta alam dan segenap makhluk -lah yang menentukan segalanya.
Nikmatilah belaian angin fana yang menerpamu, namun tancapkanlah akarmu lebih dalam, benar, dan kokoh lagi, Wahai rupa dan laku yang cantik, wahai bunga duniaku, Sungguh, tetapkan putihmu, heningkan dirimu di 1/3 akhir kesunyian, tegakkan tangkaimu, tengadahkan daunmu, luruskanlah putikmu pada satu, sang cinta sejati. Wahai semoga bukan hanya bunga duniaku saja, tetaplah impian si kumbang, menemani, saling melengkapi, hanya karena dan untuk sang cinta sejati, sampai selesainya jadwal terbangku dan mekarmu bersama tenggelamnya matahari untuk bersujud dibawah bayangan singgasanaNYA, kita meluruh dan tersungkur ke tanah, bersujud kita beralas debu bumiNYA yang suci dan menyucikan, sebelum meninggalkan ladang persemaian yang fana, wahai. Bersama kita akan memuji dan menikmati keindahan wajah sang cinta sejati, Kelak. Sungguh, DIAlah yang akhirnya menentukan segalanya, Tiada daya dan upaya selain atas pertolonganNYA. Sungguh teramat besar perlindungan dan kesayanganNYA padamu, wahai obyek kesayanganku. Semoga kesejahteraan tetap atasmu, juga rahmat sang cinta sejati padamu, wahai bungaku. (Semoga -entah apa namanya- untukmu ini ya pengemban rupa dan laku yang putih, tidak keliru dan tidak menimbulkan dosa)