Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin
Mengundang Anda Hadir pada Acara: Bedah Buku Novel “LANANG” Pemenang Lomba Novel Dewan Kesenian Jakarta 2006 Karya Yonathan Rahardjo Penerbit Pustaka Alvabet 2008 PEMBICARA UTAMA: Prof.Dr.Ignatius Bambang Sugiharto (Guru Besar Filsafat Universitas Katolik Parahyangan Bandung) PEMBANDING: Chris Poerba (Peneliti, Pemerhati Konsep Hegemoni, Penerima Selo Soemardjan Award 2004/ Riset, Juara I National Geographic Indonesia 2007/ Paper) Sahlul Fuad (Peneliti, Pemerhati Konsep Resistensi) MODERATOR: Endo Senggono (Kepala Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin) Lafalisasi Cuplikan Novel Lanang: Badri A.Q.T Senin, 30 Juni 2008 Pk.15.00 – selesai Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin Taman Ismail Marzuki Jl.Cikini Raya 73 Jakarta Pusat Konfirmasi: Endo Senggono, 08170787724 Alin SP Apriliani 0818819944, 081317969944 CUPLIKAN MAKALAH PARA PEMBICARA Ignatius Bambang Sugiharto: … Tema lain yang sangat menonjol tentu adalah ihwal bisnis dunia kesehatan dan industri obat. Novel ini mengeksplorasi dengan rinci, dan seringkali sangat teknis, kait-mengait berbagai instansi dalam jaringan penipuan yang teramat massif, termasuk permainan politik dengan pemerintah. Demikian banyak siasat dilematis ditampilkan. Bagaimana misalnya zat-zat transgenik tertentu bisa memacu produktivitas namun sekaligus menimbulkan kemungkinan penyakit. Dan itu justru disengaja, sebab kemudian perusahaan akan menjual obat penangkalnya. Semua hanya demi mata-rantai pemasaran belaka. Tak kalah menariknya adalah perpaduan antara wacana bio-teknologi dengan perspektif spiritual religius nyaris klenik. Zat yang menjadi penyebab wabah misalnya, dilukiskan sebagai semacam gas dari persilangan antara gen kebodohan dan gen kemalasan. Gas ini perilakunya bagai roh , yang mencari tubuh-tubuh yang batinnya kosong, sekaligus bisa keluar-masuk tubuh bagai energi cahaya. Atau sewaktu Lanang membuat percampuran kimiawi demi menghadirkan burung babi hutan, ternyata percampuran itu menimbulkan reaksi karena dibarengi ritual doa, dan hasilnya pun menjadi sembilan ‘biji utama’ berwarna merah muda, yaitu biji ‘kasih’, biji ‘sukacita’, dst.seperti yang termaktub dalam Kitab Suci kristiani. Ini imajinasi brilian yang teramat ganjil dan tak terduga. Namun salah satu bagian terbaik dari novel ini adalah saat melukiskan konflik-konflik keagamaan. Di sana segala bentuk kemunafikan dan kerapuhan nafsu badani ditelanjangi; baik dalam konteks Lanang, Rajikun, Putri maupun Dewi. Yang menarik adalah bahwa segala keyakinan suci dilukiskan berdampingan tanpa beban dengan perilaku-perilaku bejat. Dan itu memang fenomena-fenomena menakjubkan yang lazim terjadi di negeri ini. ... Di tangan sutradara yang piawai novel ini niscaya dapat diangkat menjadi film sci-fi terobosan yang menawan dan berbobot, mengingat belum ada film sci-fi cukup berarti yang dihasilkan oleh negeri ini. Chris Poerba ... Keseluruhan substansi Novel Lanang jelas merupakan sebuah narasi besar mengenai hegemoni korporasi asing (industri farmasi global) yang telah tertanam dalam keseharian hidup Dengan bantuan sekumpulan prostitusi intelektual Sebuah upaya dari korporasi asing dalam membuat sistem dan mekanisme ketergantungan dengan bantuan prostitusi intelektual Sahlul Fuad ... Secara kontekstual dengan kondisi bangsa ini di bidang kedokteran hewan dan peternakan, setelah membaca Novel Lanang kita dapat merasakan kaitannya dengan kondisi peneliti atau dokter/dokter hewan, atau politik kesehatan Indonesia saat ini. Dalam kasus flu burung kita menjumpai penelitian yang tidak tuntas, banyak yang tidak terdeteksi dan ahli-ahli yang asbun (asal bunyi/ asal omong), dan pemerintah yang plin-plan. Bila kita memahami hal ini, akan dapat terasakan, pesan yang disampaikan penulis betul-betul menggetarkan. Sangat mengerikan bila ternyata kualitas peneliti dan dokter hewan di Indonesia ada yang seperti Lanang, baik sebagai ilmuwan atau pribadi, yang membuat hegemoni dari berbagai pihak dapat terjadi padanya secara menggurita, termasuk dari negeri asing. Dalam konteks tema ini, bila Novel Lanang adalah sebuah fiksi, untuk menyandingkan dengan buku non fiksi kita dapat menyandingkannya dengan Buku “Saatnya Dunia Berubah! Tangan Tuhan di Balik Virus Flu Burung”, tulisan Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari yang bikin gerah World Health Organization (WHO) dan Pemerintah Amerika Serikat (AS). Dalam buku ini Fadilah berhasil menguak konspirasi AS dan badan kesehatan dunia itu dalam mengembangkan senjata biologi dari virus flu burung, Avian influenza (H5N1). Setelah virus itu menyebar dan menghantui dunia, perusahaan-perusahaan dari negara maju memproduksi vaksin lalu dijual ke pasaran dengan harga mahal di negara berkembang, termasuk Indonesia. Konspirasi tersebut, kata Fadilah, dilakukan negara adikuasa dengan cara mencari kesempatan dalam kesempitan pada penyebaran virus flu burung. Fadilah mengatakan, Pemerintah AS dan WHO berkonpirasi mengembangkan senjata biologi dari penyebaran virus avian H5N1 atau flu burung dengan memproduksi senjata biologi. ... Selama ini, semua upaya yang dilakukan pemerintah untuk mengontrol NAMRU tidak pernah dipublikasikan, sehingga rakyat Indonesia tidak tahu apa-apa. Barulah setelah Menkes menggebrak, keberadaan NAMRU terungkap ke masyarakat luas pada awal 2008. Ketika terbit akhir April 2008 dan diluncurkan Mei 2008, kabarindo.commengatakan, “Novel ini ditulis dengan gaya thriller, plot cerita novel ini sungguh menegangkan. Karakter tokoh-tokoh pun rumit dan penuh intrik. Dengan pendekatan konspirasi, karya ini menjadi bacaan kritis bagi yang tertarik pada isu-isu social, psikologi, bioteknologi, dan politik kesehatan. Anda tentu masih ingat dengan polemic Namru 2 dan isu virus Flu Burung khan? Sepertinya penulis novel masih terperangkap dengan isyu-isyu tersebut.” Benarkah Novel Lanang terperangkap isu-isu seperti kata kabarindo.com itu? Untuk kasus flu burung, kelihatannya memang iya, dan diakui pengarangnya memang terilhami kasus ini. Namun untuk kasus Namru, sudah tentu Novel Lanang mendahului terbongkarnya kasus Namru. Sebab Novel Lanang sudah menjadipeserta Lomba Novel Dewan Kesenian Jakarta tahun 2006, dan diumumkan menjadi pemenang pada awal 2007. Sedangkan tadi sudah jelas, terbongkarnya kasus Namru adalah pada awal tahun 2008. ... Tak berlebihan bila saya katakan Lanang itu semacam buku primbon untuk menguak misteri indonesia. Mungkin ini semacam ramalan Jayabaya. Lanang itu sastra. Sesastra puisi. Sepuisi indonesia. Seindonesia yang misteri. Membaca lanang memang beda dengan logika.