----- Original Message -----
Subject: Fwd: [Alumni_UMP] Penebar Islam Liberal = Domba Kaum Zionis
Date: Thu, 10 Jul 2008 1:34:47
From: Ade Tisna <[EMAIL PROTECTED]>
To:  <[EMAIL PROTECTED]>
Cc:  <[EMAIL PROTECTED]>, <[EMAIL PROTECTED]>, <[EMAIL PROTECTED]>, <[EMAIL 
PROTECTED]>

---------- Forwarded message ----------
From: lastman92003 <[EMAIL PROTECTED]>
Date: Wed, 09 Jul 2008 03:49:55 -0000
Subject: [Alumni_UMP] Penebar Islam Liberal = Domba Kaum Zionis
To: [EMAIL PROTECTED]

"Peran yang dimainkan oleh orang-orang liberal, para pemimpi utopis
itu, pada akhirnya akan dimainkan ketika pemerintah kita mereka akui.
Sampai saat itu, mereka akan tetap melayani kita dengan baik. Oleh
karena itu, kita akan terus mengarahkan pemikiran-pemikiran mereka
kepada segala macam konsepsi dengan teori-teori fantastis, baru, dan
nampak progresif: yang akan sia-sia, karena kita tidak akan mengisi
kepala-kepala kosong para goyim (istilah Ibrani bagi orang non-Yahudi
atau gentile menurut istilah Latin) itu dengan kemajuan ataupun
dengan keberhasilan yang sempuma; hingga tidak satu pun dari otak
para goyim itu yang mampu memahami, bahwa di dalam kata liberal ini
tersembunyi pengertian tentang keberangkatan untuk meninggalkan
segala aspek kebenaran, karena hal itu bukanlah masalah tentang
penemuan-penemuan materi, dan karena kebenaran itu hanya satu, yang
di dalamnya sudah tidak ada lagi tempat bagi kemajuan (progress).
Kemajuan itu bagaikan sebuah gagasan yang keliru, bekerja untuk
menutupi kebenaran, sehingga tak seorang pun dapat mengetahui tentang
kebenaran itu, kecuali kita, Manusia Pilihan Tuhan, yaitu wali-wali-
Nya." (Kutipan Protokol Ke-13 dari Protocols of the Learned Elders of
Zion).

Pencipta Isme-Isme
Bila Anda pernah membaca Protocols of the Learned Elders of Zion
(Protokol Panatua Panutan Kaum Zionis), yang lazim juga disebut
Protocols of Zion, maka dengan gamblang kita akan memahami bahwa para
Panatua Panutan Zionis di abad ke-18 –yang mereka sebut Abad
Pencerahan (Enlightment Era), yang hampir secara bersamaan lahir
gagasan-gagasan tentang nasionalisme sebagai antithesis terhadap
feodalisme dan sosialisme sebagai antithesis terhadap kapitalisme
serta sekularisme sebagai antithesis theokratisme– adalah pencipta
isme-isme dunia yang saling bertentangan itu. Jadi, semua isme dunia
yang pernah kita kenal –yang sebagian di antaranya sempat dianut oleh
berbagai golongan atau partai politik di Indonesia– pada hakikatnya
lahir dari Satu Ibu Kandung yang sama.

Lalu, mengapa mereka harus menciptakan dan mempromosikan isme-isme
yang saling bertabrakan itu?

Untuk mencoba mengerti hal itu, kita harus mampu memahami sistem,
struktur, dan budaya yang mereka anut. Sistem yang mereka anut
disebut Fertile Crescent System, struktur yang mereka gunakan disebut
The Golden Triangle Structure dan budaya yang mereka pakai adalah
Conflict Culture. Artinya, konflik merupakan budaya yang terkandung
di dalam sistem dan struktur yang mereka anut dan gunakan. Tanpa
konflik, struktur yang mereka gunakan akan runtuh dan secara serta-
merta sistem yang mereka anut pun akan hancur  (catastrophic level).
Oleh karena selama puluhan abad sistem peradaban yang kita anut
mengacu pada Fertile Crescent System – yang konon didisains oleh Raja
Babylonia, Nimrod atau Namrud, 4 millennium yang lalu– maka dengan
sendirinya dunia kita selama puluhan pula tak pernah damai, alias
selalu terjerumus dari satu peperangan ke peperangan yang lain. Di
Eropa, Fertile Crescent System dikenal dengan Labyrinth/Knossos dan
di China disebut San Kuo.

Kebenaran Mutlak
Kalau kita berbicara tentang kebenaran, maka tentu saja hanya ada
satu kebenaran, yaitu Kebenaran dengan K besar (uppercase) yang
artinya Kebenaran Mutlak. Tentu saja Kebenaran dengan K besar hanya
milik Yang Satu pula, yaitu Sang Maha Pencipta..

Sebaliknya, bila kita berbicara tentang `kebenaran' dengan `k' kecil
(lowercase), kita akan menemukan banyak `kebenaran'. Nah, di sinilah
para pemikir, penabur, penganjur, dan penganut Islam Liberal bermain.
Bermain-main dengan  `kebenaran' (`k' kecil), tetapi mencoba
menghujat Kebenaran (K besar). Tentu saja hal itu bukan maqom-nya.
Artinya tidak sepadan.

Kalau ada cendekiawan yang melayani perdebatan dengan penganut Islam
Liberal, sama dengan mereka bermain gaple, permainan akal-akalan.

Bagaimana tidak? Seorang pemain gaple yang pada gebrakan awal
mengeluarkan kartu balak empat, berharap lawan-lawannya berfikir
bahwa dialah memegang banyak kartu gacoan empat. Ketika lawan-
lawannya menutup kedua pintu empat itu, ia senang sekali, karena pada
kenyataannya kartu gacoan empatnya cuma satu itu. Tentu saja
yang `main' adalah kartu lain yang bukan gacoan empat. Lawan-lawannya
kecele, karena kartu empat yang ada di tangan mereka justeru tak
pernah bisa keluar lagi, karena tak diberi kesempatan untuk muncul.

Begitu pula dengan para penganut Islam Liberal, mereka menafikan
hukum wajib menutup aurat dengan pernyataan bahwa pakaian yang
tertutup merupakan budaya Bangsa Arab. Jadi, hukum menutup aurat
bukan Kebenaran, sehingga perintah tersebut boleh-boleh saja tidak
diikuti. Apalagi sekarang ini, wanita-wanita telanjang atau setengah
telanjang atau mempertontonkan pusarnya bertebaran di mana-mana. Dan,
hal itu telah `diterima' zaman, karena tidak ada yang protes dan
banyak pula diikuti oleh kaum wanita dari perkotaan hingga ke
perdesaan. Konsekuensinya, agar Islam dan al-Qur'an tetap eksis, maka
Islam dan al-Qur'an harus mengintil-ngintil di belakang zaman. Inilah
pemahaman mengenai `kebenaran' penganut Islam Liberal, yang
sesungguhnya bukanlah Kebenaran.

Bagi mereka yang cukup mengerti tentang hukum-hukum Islam, tentu saja
akan mampu membaca `permainan gaple' tersebut. Para penganut Islam
Liberal menafikan Kebenaran Mutlak. Kata mereka, "Tidak ada itu
Kebenaran Mutlak, yang ada adalah kebenaran relatif."

Tetapi, entah karena licik atau idiot, mereka memberikan postulat
bahwa zaman ini pasti menuju kepada Kebenaran Mutlak, karenanya Islam
maupun al-Qur'an harus `mengikuti' (mengintil-ngintil) zaman.
Terbuktilah bahwa perdebatan tentang ini hanya `akal-akalan'.

Sama persis dengan `akal-akalan'-nya para Panatua Panutan Kaum
Zionis, yang menciptakan ide liberal sebagaimana yang dikutip dari
Protocols of Zion di awal tulisan ini. Mereka mengatakan, bahwa untuk
mencapai Kebenaran Mutlak harus melalui proses liberalisasi. Padahal
mereka mengetahui dengan pasti, bahwa di dalam kata liberal itu
terkandung pengertian tentang keberangkatan untuk meninggalkan
Kebenaran yang Satu.

Kemudian, mari kita tengok postulat mereka yang lain, yakni Ummat
Islam dilarang memandang dirinya sebagai masyarakat yang terpisah
dari golongan yang lain. Kata `terpisah' dalam hal ini dibuat tidak
jelas. Para penganjur Islam Liberal menganggap wanita muslim yang
mengenakan pakaian tertutup (menutup aurat) sebagai `memisahkan diri'
dari golongan yang lain, sementara yang mempertontonkan paha, pusar,
dan sebagian payudaranya, tidak dianggap `memisahkan diri' dari
golongan yang lain; dan bahkan golongan kedua ini tidak
dipermasalahkan, kalau tidak bisa dikatakan `didukung'.


PIRAMIDA ILLUMINATI YAHUDI BERATINGKAT 13
Pyramida illuminati bertingkat 13 ini sama dengan gambar pyramida
pada salah satu sisi Lambang Negara Amerika Serikat ( The Great
Seal ). Humanisme merupakan dasar bagi ajaran Illuminati-Yahudi,
sedangkan puncaknya adalah Rotschile Tribunal (Dinasti Bankir Yahudi
asal Inggris) yang kini "malang-melintang pula didunia Industri -
Asuransi - konsultan keuangan  dan perbankan di Indonesia

Sebagai konsekuensi tidak memisahkan diri dari golongan yang lain,
Ummat Islam harus menjadi bagian dari keluarga universal yang
berlandaskan humanisme, demikian pandangan para penganut Islam
Liberal. Humanisme adalah landasan ideal kaum Yahudi-Illuminati
(periksa Piramida Illuminati Bertingkat 13), sama dengan al-Qur'an
yang merupakan landasan ideal bagi Ummat Islam dari dulu hingga
sekarang dan nanti. Jadi, Ummat Islam diminta meninggalkan al-Qur'an
dan menggantinya dengan humanisme, agar bisa menjadi anggota keluarga
universal. Dengan demikian, secara induktif dapat disimpulkan, bahwa
Islam Liberal sama dengan Yahudi-Illuminati. Setidak-tidaknya,
penganut Islam Liberal adalah para goyim yang digembalakan oleh Kaum
Yahudi-Illuminati, atau Domba-domba Kaum Zionis. Betul, nggak ?

Sumber: Indonesia NEWSNET, Juni 2005



      
___________________________________________________________________________
Bergabunglah dengan orang-orang yang berwawasan, di di bidang Anda! Kunjungi 
Yahoo! Answers saat ini juga di http://id.answers.yahoo.com/

Reply via email to