http://hariansib.com/2008/07/27/asrama-sekolah-tinggi-theologia-diserang-massa/

Asrama Sekolah Tinggi Theologia Diserang Massa
Posted in Berita Utama by Redaksi on Juli 27th, 2008 
Jakarta (SIB)
Ratusan mahasiswa penghuni asrama Sekolah Tinggi Theologia Injili Arastamar 
(SETIA) milik Yayasan Bina Setia terpaksa dievakuasi ke kampusnya akibat 
penyerangan yang dilakukan oleh warga Kampung Pulo, Kecamatan Makassar, Jakarta 
Timur, Jumat (25/7). Akibat penyerangan ini, dua asrama mengalami kerusakan 
parah.
"Mereka menyerang asrama putra dan putri yang lokasinya memang tidak berjauhan. 
Penyerang juga sempat melemparkan bom molotov," ujar Humas SETIA, Senny Manafe 
kepada wartawan di Jakarta, Sabtu (26/7)


Penyerangan yang berlangsung sejak pukul 23.00 WIB hingga pukul 03.00 WIB 
tersebut berawal dari warga yang menuduh dua mahasiswa SETIA melakukan 
pencurian. Kemudian, oleh warga, kedua mahasiswa tersebut diinterogasi. Saat 
berlangsung interogasi oleh warga, rekan mahasiswa yang mengetahui kejadian ini 
mendatangi dan mempertanyakan warga yang menginterogasi dan menangkap kedua 
rekannya. Adu mulut antara kelompok mahasiswa dan warga tak terelakkan hingga 
akhirnya terjadi penyerangan.
Beruntung anggota Polsek Makassar yang mengetahui kejadian ini langsung datang 
ke lokasi. Sebelum keadaan bertambah buruk, petugas Polsek Kecamatan Makassar 
bergegas membawa kedua mahasiswa tersebut ke kantor polisi.
Namun kedamaian hanya berlangsung sesaat. Dengan bersenjata tajam dan tumpul, 
ratusan warga yang masih merasa kesal lantas kembali mendatangi asrama Sekolah 
Tinggi Theologia Injili Arastamar dan melakukan penyerangan.
Untuk mengatasi keributan dan tindakan anarkis warga agar tidak meluas, 
sebanyak dua pleton polisi Samapta Polda Metro Jaya, dan sejumlah anggota 
Polsek Makassar akhirnya disiagakan di sekitar lokasi. Meski ratusan polisi 
telah berjaga-jaga, namun emosi warga tak lantas mereda begitu saja. Warga 
bahkan merusak dua dari lima asrama, masing-masing sebuah asrama putra dan 
putri yang berada di areal belakang Sekolah Tinggi Theologia Injili Astamar, 
dengan cara melemparinya menggunakan batu dan molotov.


Senny Manafe, Humas Yayasan kepada wartawan mengaku keributan memang telah 
beberapa kali terjadi. Penyerangan warga kali ini menurutnya dianggap yang 
paling besar karena melakukan pengrusakan. Ditambahkannya, pihak yayasan 
sebenarnya telah berencana untuk memindahkan lokasi kampus. Belum dapat 
dipastikan berapa kerugian yang ditimbulkan dari insiden ini. Kasat Reskrim 
Polres Jakarta Timur, Kompol Royke Harilangi yang dihubungi telepon genggamnya, 
mengatakan situasi di Sekolah tinggi Theologia Injili Astamar telah bisa 
dikendalikan. Meski demikian, ratusan polisi masih ditempatkan di lokasi untuk 
berjaga-jaga akan terjadinya serangan lanjutan. Polisi juga belum melakukan 
penahanan terhadap warga, termasuk yang melakukan pengrusakan. Sedangkan kedua 
mahasiswa sementara masih diamankan di Polsek Makassar. Demikian wartawan SIB 
melaporkan dari Jakarta.


LUKA-LUKA
Detikcom lebih lanjut mengabakan, asrama mahasiswa Sekolah Tinggi Theologi 
Injili Arastamar (SETIA) dilempar bom molotov saat diserang oleh warga Kampung 
Pulo, Jakarta Timur. Sejumlah mahasiswa mengalami luka-luka.
"Mereka menyerang kedua asrama kita. Asrama putra di RT02 RW 04 dan asrama 
putri RT05 RW05. Kedua asrama tersebut rusak parah dan sempat dilempar bom 
molotov," kata Humas SETIA, Senny Manafe kepada detikcom, Sabtu (26/7).
Menurut dia, penyerangan terjadi pada Selasa 25 Juli 2008 pukul 22.00 WIB 
hingga pukul 03.00 WIB. Warga melakukan penyerangan setelah menuding mahasiswa 
SETIA, Julius Coli, mencuri.
"Banyak yang luka-luka. Ada yang kepalanya bocor, ada yang kakinya kena luka 
bakar. Kita obati sendiri karena di sekolah juga ada organisasi perawatan," 
ujar Senny.
Warga: Hanya Sekali Ledakan Bom Molotov
Pihak Sekolah Tinggi Theologi Injili Arastamar (SETIA) mengklaim dua asrama 
mahasiswa dilempari bom molotov. Tapi hal itu dibantah oleh warga yang tinggal 
dekat di dekat kampus.
"Memang sempat dengar suara bom molotov sekali, tapi terus nggak ada lagi," 
kata warga yang enggan disebutkan namanya itu di sekitar tempat tinggalnya, 
Kampung Pulo, Pinang Ranti, Jakarta Timur, Sabtu (26/7).
Aksi itu, kata dia, tidak dilanjutkan karena takut mengenai rumah warga 
sendiri. "Takut nanti malah kena warga yang lain, jadi tidak dilanjutkan," 
katanya.
Sebelumnya Humas SETIA Senny Manafe mengatakan selain melakukan pelemparan 
batu, massa juga melontarkan bom molotov ke arah asrama mahasiswa. Akibatnya 
ada mahasiswa yang mengalami luka bakar.
Humas STT: Tidak Benar Mahasiswa Kami Mencuri
Warga menuding mahasiswa Sekolah Tinggi Theologia (STT) Injili Arastamar 
mencuri. Tudingan itu dibantah mentah-mentah oleh Humas STT Injil Arastamar, 
Senny Manafe.
"Penyerangan berawal dari anak kami dituduh mencuri di rumah orang. Padahal itu 
tidak benar. Kami sudah konfirmasi ke kepolisian dan sudah dicatat dalam BAP 
itu tidak benar," kata Senny kepada detikcom di kantornya, Jalan Kampung Pulo, 
Pinang Ranti, Kecamatan Makassar, Jakarta Timur, Sabtu (26/7).
Senny menceritakan, mahasiswa STT Julius Coli dituduh mencuri saat pulang makan 
pada Jumat 24 Juli 2008 pukul 21.00 WIB. Julius makan di warung, dekat asrama 
putra.
"Jadi dia waktu pulang makan di jalan ketemu tikus. Lalu dilempar dengan 
sandalnya. Lalu sandalnya masuk ke halaman rumah warga. Dia diteriaki maling 
ketika mau mengambil sandal itu. Lalu dipukuli massa," papar Senny. Dikatakan 
dia, Julius dibawa ke rumah Ketua RW dan kepolisian. "Tidak lama kemudian, 
terjadi penyerangan-penyerangan bahkan dibarengi dengan tindakan anarkis 
menggunakan bom molotov pukul 22.00 WIB hingga 03.00 WIB," ujarnya. Senny 
meminta dugaan pencurian yang melibatkan mahasiwa diusut. "Kami minta anak kami 
yang dituduh mencuri diproses secara hukum yang benar. Kami juga minta agar 
aparat menindak orang-orang yang melakukan penyerangan. Saya yakin ada 
provokatiornya ini," kata Senny.


Polda Metro Jaya hingga Polsek Siaga
Terjadi tawuran di Jalan Kampung Pulo, Pinang Ranti, Kecamatan Makasar, Jakarta 
Timur. Tawuran antar warga dan mahasiswa kampus di daerah itu membuat jajaran 
Polda Metro Jaya hingga jajaran polsek di bawah Polres Jakarta Timur 
siaga.Menurut petugas Polsektro Kampung Makasar Aiptu Edi yang dihubungi 
detikcom, Sabtu (26/7) tawuran itu terjadi pukul 00.00 WIB dini hari. Tawuran 
terjadi antara warga Kampung Pulo dan mahasiswa Sekolah Tinggi Teologia Injili 
Arastamar yang terletak di Jalan Kampung Pulo.
"Kita belum tahu masalahnya. Semua anggota polsek, Polres (Polres Jakarta 
Timur) hingga Polda Metro disiagakan di sana sekarang," ujar Edi.
Tawuran kemarin, ujar Edi, tidak sampai menimbulkan korban. Hingga pukul 07.30 
WIB, imbuh Edi, kondisi bisa dikendalikan.
Massa Mencair, Seratusan Polisi Masih Bersiaga


Ketegangan di Pinang Ranti, Kecamatan Makasar, Jakarta Timur, mulai mereda. 
Namun demikian, seratusan polisi masih tetap disiagakan.
Pantauan detikcom, Sabtu (26/7) pukul 09.35 WIB, seratusan personel polisi itu 
masih berjaga-jaga di sekitar lokasi tawuran, tepatnya di depan Sekolah Tinggi 
Theologia Injili Arastamar, yang berada di Gang Melati.
Suasana di lokasi tersebut tidak lagi menegangkan. Sebagian besar personel 
polisi terlihat duduk-duduk santai. Beberapa perlengkapan mereka seperti tameng 
dan helm digeletakkan atau disandarkan di bahu jalan.
Ratusan warga setempat yang sebelumnya memadati lokasi tersebut mulai mencair. 
Sejumlah kendaraan juga sudah berani melintas.
Di dalam kampus Sekolah Tinggi Theologi tersebut terlihat sejumlah mahasiswa. 
Mereka terlihat berdiri dan berjalan-jalan di dalam kampus yang terdiri dari 
dua lantai. Pintu gerbang sekolah tinggi itu tertutup rapat.
Hingga saat ini, masih belum jelas latar belakang penyebab ketegangan di tempat 
tersebut.
Polisi: Tidak Ada Korban
Asrama mahasiswa Sekolah Tinggi Theologi Injili Arastamar (SETIA) diserang 
warga Kampung Pulo, Jakarta Timur. Namun tidak ada korban dalam peristiwa itu.
"Nggak ada korban," kata Kapolres Jakarta Timur Kombes Pol Hasanuddin di lokasi 
kejadian, Sabtu (26/7).
Sebelumnya pihak kampus SETIA mengklaim sejumlah mahasiswa mengalami luka-luka 
baik ringan maupun cukup berat. Para mahasiswa itu terluka setelah asrama putra 
dan putri kampus itu diserang dan dilempari bom molotov.
Menurut keterangan pihak kampus, penyerangan terjadi Selasa 25 Juli 2008 pukul 
22.00 WIB hingga pukul 03.00 WIB. Warga melakukan penyerangan setelah menuding 
mahasiswa SETIA, Julius Coli, mencuri.
Polisi Belum Tetapkan Tersangka
Polres Jakarta Timur belum menetapkan tersangka menyusul tawuran warga dengan 
mahasiwa Sekolah Tinggi Theologi Injili Arastamar (SETIA). 1 Orang yang diduga 
sebagai pencuri diperiksa.
"Yang bersangkutan belum kita tetapkan sebagai tersangka. Identitasnya juga 
masih kita dalami," kata Kapolres Jakarta Timur Kombes Pol Hasanuddin di depan 
kampus SETIA, Kampung Pulo, Pinang Ranti, Kecamatan Makassar, Jakarta Timur, 
Sabtu (26/7).
Menurut dia, kepolisian telah melakukan pendekatan baik dengan masyarakat 
maupun dengan pihak kampus SETIA. "Kita nanti akan mengadakan pertemuan lagi 
untuk membicarakan bagaimana menjaga ketenangan masyarakat," ujar dia.
Warga menuding mahasiswa SETIA mencuri. Warga pun menyerang kampus dan asrama 
putra maupun asrama putri pada Jumat 25 Juli 2008.
Warga & Mahasiswa SETIA Sepakat Cooling Down
Pertemuan perwakilan warga Kampung Pulo dengan pihak kampus Sekolah Tinggi 
Theologi Injili Arastamar (SETIA) membuahkan hasil. Warga dan mahasiswa sepakat 
menahan diri.
"Kita cooling down dulu untuk menghindari dampak buruk dari kejadian ini. Kita 
minta semua pihak untuk menahan diri," kata Camat Makasar, Eric PZ Lumbun, usai 
pertemuan di kantor camat, Kampung Pulo, Pinang Rianti, Makasar, Jakarta Timur, 
Sabtu (26/7).
Eric menegaskan tidak ada masalah SARA dalam tawuran tersebut. "Yang ada hanya 
masalah kesalahpahaman sedikit. Hanya masalah internal," ujarnya.
Sementara itu, Bayu, salah seorang perwakilan dari SETIA mengatakan, akan ada 
pembicaraan di tingkat walikota Jakarta Timur guna mendengarkan tuntutan warga 
Kampung Pulo yang keberatan atas keberadaan kampus SETIA.
"Tentunya kami tidak bisa serta merta pergi begitu saja rarus ada 
kompensasinya. Nanti juga akan dibicarakan siapa yang akan memberi kompensasi 
itu. Apakah pemerintah akan membeli aset-aset kami. Yang akan koordinir camat," 
kata Bayu.
Sedangkan perwakilan warga menolak komentar. Mereka langsung pergi meninggalkan 
kantor camat. (Jos/detikcom/o)

<<postheaderend.gif>>

Reply via email to