Kajian Isra Mi'raj Coba perhatikan arti ayat ke-14 dan ke-15 dari surah An Najm (53) ini: 14. Di Sidratil Muntaha. 15. Di dekatnya ada Jannah tempat tinggal
Rasanya cocok sekali jika kita menghubungkan antara Jannah yang termaktub dalam ayat ke-15 surah 53 itu dengan Jannah dimana dulunya Adam dan Hawa pernah tinggal sebelum "diterbangkan" ke planet bumi. Bisa kita asumsikan bahwa Jannah itu letaknya ada di Muntaha dimana Rasulullah Muhammad Saw melakukan perjalanannya pada peristiwa Mi'raj. Jadi, Muntaha itu adalah nama sebuah tempat yang bisa juga sebuah planet yang berada diluar angkasa dan untuk sementara bisa kita katakan kedudukannya berada diatas orbit bumi, seperti halnya dengan kedudukan planet Mars, Jupiter, Saturnus, Uranus, Neptunus dan Pluto. Para ahli ditahun 1972 memperkirakan bahwa ada planet diluar lintasan Pluto, pada jarak kurang lebih 9.660 juta-juta kilometer. Gaya tarik gravitasi planet tersebutlah yang menyebabkan perubahan kecil pada lintasan beberapa komet. Dengan cara yang sama pula kehadiran Pluto telah diduga 15 tahun sebelum penemuannya, yaitu setelah penelaahan atas perubahan pada lintasan orbit Neptunus. Nazwar Syamsu, seorang penulis buku-buku seri Tauhid dan logika menyimpulkan, bahwa planet tersebut adalah Muntaha yang dimaksudkan oleh Qur'an sebagai tempat Mi'rajnya Nabi Muhammad Saw. Dasar alasan Nazwar Syamsu berpendapat begitu karena menurutnya, planet ke-10 tersebut letak orbitnya yang berada diatas orbit planet bumi kemudian juga jaraknya yang jauh dari matahari kita yang dicocokkannya dengan bunyi ayat ke-119 dari surah An Najm yang menyatakan bahwa Adam tidak akan kepanasan disana (yang diasumsikan sebagai panasnya sinar matahari), serta pasnya penomoran Qur'an dengan 7 lapis langit yang ada diatas kita (yang diterjemahkannya dengan 7 buah planet yang mengorbit diatas bumi). Masing-masing planet yang ada diatas orbit bumi itu ialah : Mars Jupiter Saturnus Uranus Neptunus Pluto Muntaha Dan dasar dari pemahaman beliau adalah dari ayat Qur'an yang memang banyak sekali mengungkapkan tentang adanya 7 langit atau terkadang disebut dengan tujuh jalan yang diciptakan oleh Allah Swt. Satu diantaranya adalah sbb : "Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis dan kamu sekali-kali tidak akan melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang?" (QS. 67:3) Dan yang menjadi alasan kenapa perjalanan yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW pada malam hari adalah jika orang berangkat meninggalkan bumi pada siang hari, maka dia akan mengarah kepada matahari yang menjadi pusat orbit planet-planet. Dan hal itu bukan berarti "Naik" tetapi "Turun", karena semakin dekat kepada pusat orbit atau kepusat rotasi, maka itu berarti turun, sedangkan Muhammad menyatakan beliau telah naik waktu mengalami Asraa (perjalanan) itu. Ayat 17/11 yang sedang kita analisis ini menyatakan bahwa Muhammad dari Masjidil Haraam dibumi naik ke Muntaha, yang mana untuk sementara ini kita simpulkan dulu bahwa kedudukan Muntaha itu mengorbit diatas bumi dan bukan dibawah bumi. Kalau orang naik dari bumi menuju Muntaha hendaklah dia berangkat waktu malam yaitu bergerak dengan menjauhi matahari selaku titik yang paling bawah dalam tata surya kita. Orang mengetahui bahwa semesta, galaksi, tata surya dan planet, masing-masingnya mengalami perputaran. Setiap putaran tentunya memiliki pusat putaran yang langsung menjadi pusat benda angkasa itu. Semuanya bagaikan bola atau roda yang senantiasa berputar. Maka sesuatu yang menjadi pusat putaran dikatakan paling bawah dan yang semakin jauh dari pusat putaran dinamakan semakin atas. Dalam hal ini keadaan dibumi dapat dijadikan contoh. Pusat putaran bumi dikatakan paling bawah dan yang semakin jauh dari pusat itu dikatakan semakin atas. Akibatnya, orang yang berdiri di Equador Amerika dan orang yang berdiri dipulau Sumatera, pada waktu yang sama, akan menyatakan kakinya kebawah dan kepalanya keatas, padahal kedua orang tersebut sedang mengadu telapak kaki dari balik belahan bumi, tetapi masing-masingnya ternyata benar untuk status bawah dan atas yang dipakai dipermukaan bumi ini. Demikian juga jika contoh itu dipakai untuk status tata surya dimana matahari sebagai bola api langsung bertindak jadi pusat kitaran ataupun peredaran. Karenanya matahari dikatakan paling bawah dan yang semakin jauh dari matahari dinamakan semakin atas. Venus dan Mercury berada dibawah orbit bumi karena keduanya mengorbit dalam daerah yang lebih dekat dengan matahari, jadi jika ada penduduk bumi yang pergi ke Venus, Mercury atau Matahari, maka orang tersebut turun bukan naik, karena itu Venus dan Merkurius tidak mungkin disebut sebagai langit bagi planet bumi kita, sebab yang dikatakan langit adalah sesuatu yang berada dibagian atas, tetapi benar kedua planet itu menjadi langit bagi matahari sendiri. Dalam hal ini tampaknya pendapat dari Dr. Muhammad Jamaluddin El-Fandy lebih tepat. Ia adalah seorang sarjana Islam kenamaan yang menuliskan buku Al-Qur'an tentang alam semesta (judul aslinya : On cosmic verses in the Quran) bahwa yang disebut dengan langit atau dalam bahasa Qur'an adalah Sama', ialah : Setiap sesuatu yang kita lihat tentang benda-benda yang berada diangkasa, seperti matahari, bintang dan planet sampai jauh kedalam ruang alam semesta raya, yang bersama-sama dengan bumi membentuk satu kesatuan yang kokoh dan merupakan keseluruhan alam wujud, itulah langit. Rasanya terlalu kaku untuk mengatakan bahwa Muntaha itu letaknya berada diluar orbit Pluto dan merupakan planet yang ke-10 dalam lingkungan tata surya kita atau merupakan planet ke-7 yang berada diatas orbit bumi. Hal ini akan saya uraikan lagi pada penjelasan mengenai arti "Masjidil Haraam dan Masjidil Aqsha". Saya lebih cenderung mengartikannya sebagai sebuah planet yang keadaannya tidak berbeda jauh dengan bumi tempat kita tinggal saat ini, dimana disana juga ada peredaran benda-benda langit yang mengelilingi sebuah matahari. Dan yang jelas, planet "bumi" Muntaha ini letaknya diluar galaksi Bimasakti kita. Dia bisa terletak digugusan bintang mana saja didaerah alam semesta yang sangat luas. Dan pernyataan bahwa Muntaha dan Jannah yang berkedudukan diatas bumi, itu memang benar, sesui peryataan Allah pada ayat 2:36 mengenai kata "Ihbithu" seperti yang pernah kita bahas pada waktu pengupasan masalah Adam pada artikel sebelumnya dan akan kita ulangi sedikit disini adalah benar. "Pergilah !" itu adalah kalimah perintah, dan dalam bahasa Qur'annya adalah "ih bithu" , dan arti sebenarnya adalah : "Turun dari tempat yang tinggi.", seperti dari gunung, dan karenanya ada juga penafsir yang memakai kata "Turunlah" saja. Allah menyuruh Adam dan istri untuk turun dari tempat yang tinggi, yaitu Muntaha. Dimulainya perjalanan Nabi Muhammad Saw adalah dari Masjidil Haraam, yaitu kota Mekkah Almukarromah menuju ke Masjid Al-Aqsha. Seperti yang diketahui bersama, Masjidil Haraam adalah rumah peribadatan yang pertama kali dibangun untuk manusia oleh Allah Swt yang akhirnya dasar-dasarnya ditinggikan oleh Nabi Ibrahim bersama puteranya, Nabi Ismail as., Tempat tersebut juga merupakan awal bertolaknya dakwah serta tempat berdomisilinya Rasulullah Saw. Tetapi benarkah pendapat umum yang menyatakan bahwa dari Masjidil Haraam, Mekkah AlMukarromah, Nabi Muhammad Saw pernah melakukan kunjungan ke Masjidil Aqsha yang terletak di Palestina ? Setelah diteliti beberapa pakar Islam disimpulkan bahwa Masjidil Aqsha tempat Nabi Muhammad Saw melakukan "kunjungan" itu tidak terletak di bumi. Masjid Al-Aqsha sendiri waktu itu belumlah ada, yang ada di Bait Al-Maqdis di Palestina adalah Haikal Sulaiman. Ada sebuah Hadist yang diriwayatkan oleh Bukhari yang menyatakan bahwa ketika kaum Quraisy bertanya kepada Nabi Saw perihal keadaan Bait Al-Maqdis, Beliau sempat terdiam dan bahkan bimbang, hal ini membuktikan bahwa memang Rasul tidak pernah pergi kesana malam itu, melainkan pergi ke "Masjid Al-Aqsha" yang terletak di Muntaha. "Kaum Quraisy menanyakan kepadaku tentang perjalanan Israa', aku ditanya tentang hal-hal di Bait Al-Maqdis, tidak dapat aku menerangkannya sampai-sampai aku bimbang. Tatkala kaum Quraisy mendustakanku, aku berdiri di Hijr lalu Allah Swt menggambarkan dimukaku keadaan di Bait Al-Maqdis dan tanda-tandanya hingga mampu aku menerangkannya kepada mereka seluruh keadaan. (Diriwayatkan Bukhari) Arti dari "Masjid" itu sendiri adalah tempat bersujud, dan sujud ini adalah merupakan risalah setiap Nabi dan Rasul Allah sebelum periode Muhammad Saw. masjid dalam pengertian nama bagi suatu bangunan ibadah hanya terdapat pada periode Nabi Muhammad Saw. Aqsha bukanlah nama, arti Masjidil Aqsha adalah Masjid yang jauh atau Tempat sujud yang terjauh. Masjidil Aqsha yang menjadi tempat tujuan Rasulullah Muhammad Saw adalah Tempat bersujudnya para Malaikat terhadap Adam sekaligus menjadi tempat bersujudnya Nabi Muhammad Saw kepada Allah pada saat beliau menerima perintah shalat yang letaknya sangat jauh dari bumi dan terdapat di Muntaha. Adam as., adalah khalifah manusia yang dipilih oleh Allah untuk planet bumi, sekaligus menjadi nenek moyang manusia semuanya, dan Muhammad Saw adalah Nabi Allah yang terakhir untuk manusia yang membawa rahmat bagi seluruh alam semesta. Allah telah mengawali penciptaan Adam selaku khalifah pertama manusia bumi kita ini sekaligus Nabi pertama dengan meletakkannya di dalam Jannah yang ada di Muntaha, dan menutupnya dengan pengiriman Muhammad selaku Nabi terakhir untuk kembali melihat Kampung Halaman kita di Muntaha yang Jannah ada didekatnya. Makanya saya lebih cenderung berpendapat bahwa Muntaha itu letaknya diluar galaksi kita sekarang ini, yang jaraknya jutaan tahun cahaya. Sesungguhnya angkasa raya itu sangatlah luas dan terdiri dari ribuan juta galaksi. Galaksi terdekat dengan kita adalah berjarak 170.000 tahun cahaya. Dan diperkirakan bahwa pada setiap galaksi akan terdapat sistem matahari sebagaimana yang ada pada galaksi bima sakti kita ini. Dan jika setiap galaksi memiliki sistem matahari tersebut, maka tentunya keadaan dari planet-planet yang mengitari galaksi tersebut juga tidak akab berbeda jauh dengan keadaan planet-planet yang ada dalam wilayah galaksi Bima sakti. Maka untuk kesekian kalinya, benarlah firman Allah diatas, bahwa Allah telah menjadikan banyak sekali (diwakili oleh angka 7) bumi-bumi didalam lingkungan galaksi-galaksi (7 langit) yang berada diruang angkasa. Dan dibumi-bumi tersebut juga ada kehidupan layaknya kehidupan yang kita jumpai diplanet bumi kita ini. Dan dibumi yang paling ujung atau bumi yang terjauh itulah ada Jannah dimana Nabi Adam dulunya tinggal dan kembali dikunjungi oleh Nabi Muhammad Saw pada saat Mi'rajnya ke Muntaha. "Yang telah Kami berkahi sekelilingnya": Dalam lafal Qur'annya adalah barokna haw lahu. Jadi Barkah telah diadakan disekeliling Muhammad dalam peristiwa Asraa kemasjidil Aqsha di Muntaha. Apakah Barkah atau Barokna itu? Barkah adalah penjagaan. Penjagaan atau Barkah yang melingkupi diri Muhammad Saw dalam Asraa itu, ditinjau dari segi bahasa, maka bisa kita samakan keadaannya dengan Barkah yang melingkupi bumi ini seperti tercantum pada surah 7/96. Kita ketahui bersama, disekeliling bumi terdapat pembungkus gas yang tipis dan bening yang kita sebut dengan nama Atmosfir, yang merupakan pelindung guna melindungi kehidupan terhadap kehampaan angkasa. Tanpa atmosfir, sinar matahari yang menghanguskan akan membakar semua kehidupan pada siang hari, dan pada malam hari suhu dapat turun jauh dibawah titik beku. Jadi, Barkah ini berupakan sesuatu yang melindungi diri Nabi Muhammad Saw hingga beliau tidak terbentur pada meteorit yang melayang-layang serta memiliki udara cukup untuk pernafasan selama berada di luar angkasa. Dan dapat dimungkinkan perlindungan ini berupa sejenis lapisan atmosfir seperti yang melingkupi bumi atau juga semacam sebuah pesawat ruang angkasa. kepada Nabi Muhammad Saw diperlihatkan sebagian dari tanda-tanda kebesaran Allah yang ada diluar planet bumi ini dengan memperjalankan beliau dengan penjagaan penuh (yang disebut dengan Barkah atau lafal Qur'annya "Baroqna") ke Muntaha yang terletak disalah satu galaksi terjauh dari galaksi bima sakti, tempat dimana dulunya Adam dan istrinya pernah tinggal dan menetap. Diperlihatkan kepada Nabi betapa planet bumi yang kita tempati ini terdapat didalam sebuah tata surya yang bagaikan suatu noktah kecil diantara jutaan milyar tata surya lainnya yang juga disebut oleh para ahli dengan nama solar system. Begitulah peristiwa Rasulullah Saw dalam peristiwa ardliyah, yaitu peristiwa Isra' Mi'raj ini. Ketika Nabi Saw naik kepada ufuk (tempat) yang lebih tinggi, tepatnya ketika beliau sudah berada di Muntaha, maka terjadilah perubahan pada dzatiyah beliau, seolah-olah beliau telah meninggalkan basyariahnya bertukar dengan dzatiyah malaikat yang bisa melihat segala sesuatu disana dengan sendirinya. Keadaan semacam itu juga dulunya yang pernah ada pada diri Adam dan istrinya ketika masih berada di Muntaha sebagaimana yang kita uraikan pada artikel tersebut. Suatu keadaan dimana Adam dapat melihat para malaikat, para Jin dan termasuk Iblis. Tengkiyu [EMAIL PROTECTED] <mailto:[EMAIL PROTECTED]>
<<Clear Day Bkgrd.jpg>>