Coba bayangkan anda berada di sebuah kereta api listrik, yah semacam
kereta api jabotabek lah. Hanya saja di kereta listrik kita kali ini
engga ada kursinya. Yang ada cuma tiang-tiang. Cukup untuk semua
penumpang.

Sekarang bayangin (dari tadi juga udah ngebayangin yak :-) ), jalan
kereta yang terjal, naik turun engga menentu, yang bikin semua
penumpang ajlot-ajlotan (bahasa apaan sih tuh...). Ada penumpang yang
berpegangan erat pada tiang karena tidak ingin jatuh, ada yang
bersandar pada dinding kereta, ada yang hanya berdiri saja dan
berupaya menjaga keseimbangannya agar tidak jatuh (di kereta ini engga
boleh duduk selonjor di bawah, ntar kesetrum... kenapa? karena ini
imajinasi aku jadi ikutin aja..).

Sampai satu waktu kereta mengerem mendadak karena ada kambing di depan
yang agak tuli jadi dia engga denger kereta lewat. Semua penumpang
terdorong ke depan. Orang yang hanya berdiri tadi kehilangan
keseimbangan dan jatuh terjerembab. Ada juga  yang hanya membungkukkan
badannya, ada yang berjongkok, ada yang masih berdiri dan berpegangan
kuat.

Saya berharap sayalah yang berpegangan kuat dan tidak terjerembab.
Saya perlu pegangan untuk menjalani hidup ini. Bukan hanya dengan
berpegang saya tidak akan jatuh (jika saya memegangnya cukup kuat),
tapi saya merasa nyaman dengan berpegangan.

Saya engga peduli jika Tuhan itu hanyalah konsep, jika tidak ada surga
dan neraka, dan tidak ada kehidupan setelah mati. Saya engga peduli.
Saya perlu berpegangan dan Saya memilih berpegangan pada Tuhan.
Masalah kebenaran akan eksistensi Tuhan, surga, neraka, itu akan kita
(saya, kamu dan semua makhluk) ketahui setelah mati. Jika memang semua
hanya konsep, maka saya engga akan pernah menyesal karena sudah
berTuhan. Tapi jika tidak,... I'm glad I have someone to call...

Kirim email ke