Pandangan Hidup Bangsa Indonesia

sumber, http://mubarok-institute.blogspot.com

Keragaman budaya bangsa Indonesia diungkapkan dengan kalimat Bhinneka
Tunggal Ika yang mengandung arti, meskipun bangsa Indonesia itu
terdiri dari berbagai suku bangsa, budaya dan bahasa, tetapi pada
hakikatnya bangsa Indonesia itu satu sebagai bangsa. Secara
konsepsional, keragaman budaya itu merupakan asset bangsa, oleh karena
itu perbedaan tidak harus dipersoalkan, sepanjang perbedaan itu dalam
kerangka persatuan. Pancasila sering disebut sebagai pandangan hidup
bangsa Indonesia. Artinya nilai-nilai dari sila-sila Pancasila memang
digali dari khazanah kebudayaan bangsa. Dari itu maka setiap pandangan
hidup warga bangsa dijamin eksistensinya. Setiap warga negara dijamin
oleh Undang-Undang untuk menjalankan agamanya sesuai dengan keyakinan
dan kepercayaannya. Dalam perjalanan bangsa, pandangan Komunismepun
pernah diakomodir dalam poros Nasakom. Hanya karena kesalahan PKI yang
menggunakan kekerasan dalam peristiwa G.30.S lah yang menyebabkan
faham komunis terlarang secara konstitusional di Indonesia.

Data sejarah bangsa menunjukkan bahwa aspirasi Islam sebagai way of
life tak pernah berhenti terlibat dalam pergumulan ideologis, termasuk
dalam proses perumusan UUD 45, dan kesemuanya berjalan sangat wajar
karena mayoritas penduduk Indonesia menganut agama Islam. Oleh karena
itu tak bisa dipungkiri bahwa di dalam Pancasila sebagai pandangan
hidup bangsa sebenarnya terkandung butir-butir pandangan hidup Islam.

Berbicara mengenai Islam sebagai pandangan hidup dapat terungkap jika
kita dapat memahami masalah HIDUP yang pada garis besarnya meliputi
tiga permasalahan, yaitu (a) pandangan hidup, (b) Pola Hidup, dan (c)
Etika hidup.

Pandangan Hidup
Ummat manusia sepanjang sejarahnya mencatat banyak ragam pandangan
hidup, baik yang dikenal sebagai filsafat maupun yang dikenal sebagai
ajaran leluhur, maupun yang dikenal sebagai agama/ajaran Tuhan. Dalam
Islam, pandangan hidup itu disebut aqidah (suatu keyakinan yang
mengikat batin manusia). Karena mengikat batin maka aqidah menjadi
pegangan hidup. Aqidah Islam memperkenalkan kepada manusia tentang
Tuhan, tentang alam raya dan tentang makhluk manusia, dimana setiap
individu termasuk di dalamnya.

Semua manusia secara naluriah mengenal dirinya dan alam sekitarnya
sampai kepada alam raya. Secara naluriah manusia juga mengenal Tuhan
(sekalipun dalam berbagai macam persepsi) dan pengenalannya itu saat
menjadi keyakinan, memberikan pandangan hidup tertentu yang
dijadikannya pegangan hidup bagi dirinya. Pandangan hidup yang
diajarkan Islam menjelaskan kepada manusia bahwa ke-HIDUP-an itu
adalah sesuatu yang amat mulia dan amat berharga. Hidup yang
dianugerahkan Allah kepada manusia merupakan modal dasar untuk
memenuhi fungsinya dan menentukan harkat dan martabatnya sendiri.

Oleh karena itu pesan-pesan al Qur'an dan hadis Rasulullah sendiri
memberikan banyak peringatan kepada manusia supaya menggunakan modal
dasar tersebut secermat mungkin dan jangan sekali-kali
menyia-nyiakannya, karena ia sangat terbatas, baik waktunya maupun
ruangnya. Lebih jauh lagi dijelaskan tentang adanya dua jenis
ke-HIDUP-an, yaitu kehidupan manusia di bumi yang sangat terbatas
ruang dan waktunya, dan karena keterbatasannya itu ia tidak bersifat
kekal abadi, namun sifatnya nyata sehingga setiap orang mudah
mengenalnya dan merasakannya.

Pada dasarnya kehidupan ini menyenangkan bagi manusia, karena bumi dan
alam sekitarnya sudah dipersiapkan sedemikian rupa oleh Allah untuk
mendukung kehidupan manusia. Ciri kesenangan inilah kemudian
mendominasi pandangan hidup kebanyakan orang sehingga menjadikan
"kesenangan" itu sebagai identifikasi dari kehidupan itu sendiri.
Pandangan yang demikian itu direkam dalam surah al Hadid; di mana
digambarkan bahwa yang dianggap kehidupan yang sesungguhnya ialah;
permainan, senda gurau, kemegahan, perlombaan memperkaya diri, dan
memperbanyak keturunan/pendukung (Q/57:20). Hal ini lebih diperjelas
dalam surat Ali `Imran dimana digambarkan bahwa manusia menjadi
tertarik mencintai segala yang menggiurkan, diantaranya;
wanita-wanita, putera-puteri, emas dan perak yang bertumpuk-tumpuk,
kendaraan pilihan, ternak dan sawah ladang. Semua itu adalah
kenyataan-kenyataan yang sudah sangat dikenal oleh semua manusia, dan
sebagian mereka sempat merasakan nikmatnya.

Pada dasarnya hal itu semua tidak pada tempatnya untuk dibenci atau
diremehkan, karena kesemuanya itu adalah sebahagiaan dari nikmat Allah
yang dipersiapkan untuk mendukung kehidupan manusia. Namun
pemanfaatannya harus sesuai dengan petunjuk penggunaannya, dan ini
terkait dengan pola hidup.

Selanjutnya jenis kehidupan lain yang diperkenalkan Islam adalah
kehidupan di alam akhirat yang mutunya lebih tinggi, karena tidak
terbatas dan bersifat kekal abadi. Segala kenikmatan yang ada di dalam
kehidupan akhirat adalah lebih sempurna. Kedua jenis kehidupan
tersebut itu bukan berdiri sendiri-sendiri, tetapi yang kedua
merupakan kelanjutan dan penyempurnaan dari yang pertama. Alam akhirat
merupakan tempat dan saat perhitungan akhir, dan penentuan nilai tetap
bagi setiap manusia yang pernah menjalani kehidupan di alam dunia.
Alam akhirat bukan lagi tempat dan waktu bekerja dan berbuat, tetapi
hanyalah tempat dan saat menerima hasil akhir kerja dan perbuatan yang
telah dilakukan sebelumnya, yaitu selama kita hidup di bumi ini.
Dengan demikian, nyatalah bahwa kehidupan sebelumnya itu (yakni di
dunia) sangat penting artinya. Kesempatan bekerja dan berbuat hanyalah
didapatkan dalam kehidupan di alam dunia ini saja. Jadi benar-benarlah
bahwa kehidupan di alam dunia ini merupakan modal dasar bagi manusia.

sumber, http://mubarok-institute.blogspot.com


Salam Cinta,
agussyafii

Sekiranya berkenan mohon kirimkan komentar anda melalui
[EMAIL PROTECTED] atau http://mubarok-institute.blogspot.com



Kirim email ke