==============================================  
THE WAHANA DHARMA NUSA CENTER [WDN_Center] 
Seri : "Membangun Ekonomi Rakyat, 
           Demokrasi dan Kebangsaan Indonesia."  
=============================================== 
[Economic, Democration and Nationalism Indonesia Quotient] 
BANK KAUM MISKIN 
Oleh : Muhammad Yunus 
Peraih Hadiah Nobel Perdamaian 2006 
Bersama Alan Jolis 
Belajar dari : 
Kisah Muhammad Yunus dan Grameen Bank, dalam 
Memerangi Kemiskinan 
DALAM RANGKA : 
MEMPERINGATI 100 TAHUN KEBANGKITAN NASIONAL    
MENYAMBUT 80 TAHUN SUMPAH PEMUDA   
DAN MENRAYAKAN HUT KEMERDEKAAN RI KE - 63    
102. Reksadana Grameen dan Grameen Securities 
Tak pelak lagi, kredit mikro tidak bisa mengatasi semua masalah masyarakat. 
Tetapi bisa membantu mendukung mereka yang jika tidak akan jatuh ke jurang. 
Saat meluaskan layanan kesehatan kami misalnya, kami sangat kuatir bagaimana 
caranya agar peminjam Grameen bisa menambah tabungan untuk pensiun. Kami tidak 
mau anggota-anggota kami menjadi bergantung pada anak-anaknya, pemerintah, 
Grameen, atau bisnis yang tidak mampu mereka jalankan lagi. Setelah 
bertahun-tahun kerja keras dalam usaha mikro mereka, kami ingin mereka 
menghabiskan tahun-tahun akhir hidupnya dalam masa pensiun yang bermartabat. 
Untuk menggantikan jaminan sosial, kami putuskan menawari mereka saham 
perusahaan-perusahaan Grameen yang berhasil, begitu pula perusahaan-perusahaan 
non-Grameen serta reksadana Grameen. Pada dasarnya, ketika sebuah perusahaan 
Grameen seperti Grameen Fisheries Foundation mencapai tingkat menguntungkan, 
kami alihkan sebagiannya ke dalam perusahaan pencari laba yang
 dimiliki bersama oleh peminjam Grameen dan masyarakat umum melalui opsi 
kepemilikan saham.* Dalam banyak kasus, saham-saham ini menghasilkan dividen 
dan juga meningkat nilainya. Apabila ada mendadak, peminjam bisa menjual 
sebagian sahamnya untuk langsung mendapat uang tunai. Sebuah entitas baru 
bernama Grameen Securities Management Company memfasilitasi transaksi-transaksi 
keuangan ini. Menariknya, perusahaan investasi Hong Kong Peregrine yang punya 
kantor cabang di Dhaka (tapi kini bangkrut) meminta kami bergabung dengan 
mereka sebagai alternatif untuk menutup operasinya di Bangladesh. Kami tidak 
mengiyakannya, tapi kami artikan minat itu sebagai sebuah bukti kuat mengenai 
potensi kekuatan organisasi investasi lokal kami. Dengan basis 2 juta keluarga 
yang semuanya terlibat dalam usaha kecil dan tertarik menginvestasikan 
tabungannya, kami memiliki pasar finansial dan layanan investasi besar yang 
belum termanfaatkan. 
  
[ bersambung ] 
  
* Alternatifnya, para peminjam bisa berpartisipasi dalam sebuah reksadana yang 
terafiliasi dengan Grameen, yang mungkin menginvestasikan sebagian asetnya di 
sebuah perusahaan sejenis. 
  
* * * * * 
“Bila Anda berpikir Anda bisa, maka Anda benar. 
Bila Anda berpikir Anda tidak bisa, Anda pun benar.” 
[Henry Ford – Pendiri Motor Ford] 
  
* * * * * 
  
The Flag 
Air minum COLDA - Higienis n Fresh ! 
ERDBEBEN Alarm 
  
Gaung Hari Proklamasi 
“Gaung peringatan Hari Proklamasi Ke-63 sampai di mana? Mulai surut atau masih 
menyisakan roh dan semangat untuk perikehidupan bersama. 
Bahkan bertambah segar memberi jiwa, semangat, dan warna kepada agenda-agenda 
besar di depan mata? Di antaranya langkah kita menyejahterakan perikehidupan 
bangsa, mengefektifkan pemberantasan korupsi, dan menggunakan hak pilih, baik 
untuk pemilu anggota legislatif maupun pemilu presiden dan wakil presiden. 
Semakin merupakan tekad kita bersama mengatasi ketertinggalan kita dari sesama 
negara Asia dalam kemajuan dan kesejahteraan. Pemberantasan korupsi sedang 
seru-serunya. Kita bersyukur langkah efektif diambil dan membawa hasil. Pada 
waktu yang sama, setiap kali kita dibuat termangu, mengetahui dan merasakan 
betapa penyakit itu telah begitu membelit tubuh dan jiwa bangsa. Ditindak yang 
satu, terbongkar yang lain, dan terasa mengherankan, seakan-akan pembongkaran 
dan penindakan itu belum mengagetkan dan menggemaskan lembaga yang anggotanya 
terkena. 
Padahal, hari-hari pemilihan umum semakin dekat. Jika dilihat dari jumlah 
partai pesertanya, tampak luar biasa pula antusiasmenya. Untuk pemilu DPR lebih 
dari 11.888 orang jumlah calonnya. Untuk pilpres masih hitung jari, masih 
memberi kesan agak malu atau segan, meskipun ada yang sudah terang-terangan 
berkampanye. Bahkan kampanye mulai menjadi suatu gejala umum, terbuka, di 
mana-mana dan dengan berbagai cara. 
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengimbau agar terutama para menteri 
pembantunya tidak melalaikan bahkan tidak mengurangi komitmen serta kinerjanya 
melaksanakan tugas pemerintahan. Namun, masuk akal jika semua yang 
berkepentingan disadari atau tidak, melakukan juga semacam kampanye secara 
implisit.” [Tajuk rencana – kompas] 
-- 
  
Sisa Feodalisme di Indonesia 
“Relasi negara dan rakyat yang dibangun atas dasar konstitusi dan demokrasi 
menghendaki adanya kesetaraan, yakni hubungan egaliter antara rakyat dan 
negara. Harapannya, tak ada lagi penindasan negara terhadap rakyat dan negara 
menjalankan apa yang menjadi hak-hak rakyat. 
Indonesia dibangun dengan fondasi konstitusional yang kuat dan semangat 
demokrasi dan nasionalisme yang kokoh. Namun, tidak bisa dimungkiri, sisa-sisa 
feodalisme masih melekat pada kultur masyarakat Indonesia. Kondisi inilah yang 
menjadikan banyak warga rela membayar puluhan juta rupiah untuk sekadar 
diterima sebagai pegawai pemerintah atau lembaga negara, demi mendapatkan 
kehormatan menyandang status pegawai negara. 
Dalam konstitusi Indonesia, kekayaan alam, baik yang ada di dalam perut Bumi 
maupun yang tumbuh di atasnya, dikuasai oleh negara, bahkan pajak pun dipungut 
untuk negara. Negara telah mendapatkan penghasilan yang begitu besar dari 
kekayaan negara Indonesia ini dan pinjaman luar negeri. Sesuai konstitusi pula, 
kekayaan alam yang dikuasai oleh negara itu digunakan sebesar-besarnya untuk 
kemakmuran rakyat. Jadi tidak ada prioritas lain kecuali untuk kemakmuran 
rakyat. 
Kemakmuran rakyat itu tidaklah diartikan, rakyat akan menerima duit seperti 
pembagian bantuan langsung tunai (BLT) sebesar Rp 300.000 yang berupa 
kompensasi atas kenaikan harga BBM tanggal 1 Mei 2008. Semestinya rakyat 
mendapatkan pembagian atas kekayaan alam Indonesia yang berlimpah itu dalam 
bentuk pelayanan negara yang baik bagi rakyatnya. 
Sayangnya, rakyat Indonesia jarang mendapatkan pelayanan yang baik, justru 
pelayanan yang berparadigma ”kalau bisa lama mengapa harus cepat” dan ”kalau 
bisa mahal kenapa harus murah”. 
Rakyat Indonesia, yang telah merelakan kekayaan alam Indonesia dikuasai oleh 
negara itu, ternyata belum merasakan pembagian hasilnya dari negara. Segala 
layanan yang dibutuhkan oleh rakyat Indonesia baru bisa diterima setelah ongkos 
layanan itu dibayar. Mulai dari akta kelahiran, kartu tanda penduduk, kartu 
keluarga, akta nikah, akta kematian, paspor, SIM, surat keterangan berkelakuan 
baik, semua ada harganya. 
Layanan yang diberikan oleh aparat negara kepada rakyat tanpa ada jaminan mutu. 
Misalnya layanan pendidikan, dijalankan dengan harga mahal, tetapi tidak 
menjamin masa depan, layanan kesehatan tidak murah dan tidak menjamin 
kesembuhan. Layanan transportasi semrawut tidak menjamin keselamatan. Layanan 
penerangan melalui PLN tidak menjamin akan menyala terus. Layanan air melalui 
PDAM tidak menjamin mengalir terus dan tidak keruh. 
Layanan apa pun yang diterima oleh rakyat Indonesia dari penguasa negara tidak 
ada yang murah. Kalau toh murah apalagi gratis, seperti layanan kesehatan bagi 
keluarga miskin, kualitasnya mengenaskan. 
Layanan negara Indonesia atas rakyatnya tidak menjamin harga yang terjangkau 
dan bebas dari kerugian dan kejengkelan. Kata abdi rakyat, abdi negara, dan 
siap melayani, hanyalah kata-kata, masih perlu makna. Itulah relasi antara 
negara Indonesia dan rakyatnya.” [Sulardi, Dosen Universitas Muhammadiyah 
Malang-Kompas] 

--- 
  
Selamat berjuang Indonesiaku  
Jalan lapang kan kau jelang, 
Jayalah Indonesia ke depan 
  
Agar kita tak malu lagi dengan anak cucu… 
  
  
Best regards, 

  
  
Retno Kintoko



 
SONETA INDONESIA <www.soneta.org>
Retno Kintoko Hp. 0818-942644
Aminta Plaza Lt. 10
Jl. TB. Simatupang Kav. 10, Jakarta Selatan
Ph. 62 21-7511402-3 
 


      

Kirim email ke