http://www.lampungpost.com/buras.php?id=2008090210022114

      Selasa, 2 September 2008 
     
      BURAS 
     
     
     
LNG Tangguh, Pemerintah Rikuh! 

       
      "KETUA Fraksi Partai Demokrat DPR, Sutan Bathoegana, menyatakan 
pemerintahan SBY-JK merenegosiasi kontrak LNG Tangguh dengan China bukan untuk 
mendiskredit mantan Presiden Megawati!" ujar Umar. "Kontrak LNG Tangguh 25 
tahun itu amat murah, hanya 3,38 dolar Amerika per MMBTU--kini saat harga BBM 
per barel 120 dolar AS harga LNG di pasar dunia 20 dolar AS per MMBTU. Kasus 
ini ditemukan tim pencari fakta hak angket BBM DPR! (Elshinta, 1-9) Wapres M. 
Jusuf Kalla mengetahui ini saat ke China dengan volume ekspor 3,7 juta ton per 
tahun!" (Metro TV, 1-9)

      "Dari ucapan Bathoegana tampak pemerintah jadi rikuh!" sambut Amir. 
"Tidak direnegosiasi kontrak tahun 2002 itu negara rugi puluhan triliun setiap 
tahun, direnegosiasi bisa dinilai mendiskredit mantan Presiden yang berkuasa 
waktu itu, apalagi waktunya mendekati pemilu legislatif dan presiden!"

      "Imbas itu tidak bisa dielakkan dan merupakan risiko dari keputusan yang 
diambil tanpa pertimbangan memadai, bahkan cenderung tendensius!" tegas Umar. 
"Risiko itu harus diterima secara dewasa, lebih lagi mengingat, Fraksi PDI-P 
merupakan pelopor dalam hak angket DPR untuk menyelidiki kasus BBM! Selanjutnya 
hal ini bisa menjadi pelajaran penting bagi siapa saja yang mengelola kekayaan 
alam negara untuk tidak slimpat-slimpet melakukan negosiasi tertutup!"

      "Dengan kata lain, pembentukan tim untuk renegosiasi kontrak LNG Tangguh 
tidak perlu terhenti hanya karena pemerintah rikuh!" timpal Amir. "Karena 
selisih harga sampai 16 dolar AS per MMBTU itu, jumlahnya bisa dua kali dari 
dana BLT yang dibagikan kepada 19,1 juta keluarga miskin setahun! Sehingga, 
kalau semua selisih harga itu dibagi sebagai tunjangan sosial kepada semua 
keluarga miskin penerima BLT, mayoritas keluarga miskin itu langsung keluar 
dari bawah garis kemiskinan Rp170 ribu per orang per bulan!"

      "Kalau dilihat dari satu kontrak dengan pihak asing saja bisa 
mengentaskan demikian banyak keluarga miskin, sebenarnya cukup dengan 
merenegosiasi banyak kontrak sejenis, negeri kita ini bisa makmur!" tegas Umar. 
"Artinya, kalau negara ini tidak salah urus, dengan kekayaan alam yang melimpah 
kita miliki dikelola dengan benar dan sehat, diyakini negara kita bisa lebih 
maju dan tidak lagi dijubeli keluarga miskin yang hidup serba kekurangan!"

      "Semua itu ditentukan ketika rakyat memilih pemimpin!" timpal Amir. "Jika 
rakyat memilih pemimpin yang tepat, lalu sang pemimpin menyusun barisan 
pembantunya di semua bidang yang sesuai dengan tuntutan realitas sehingga semua 
sumber alam dan semua dimensi kehidupan negara dikelola baik demi kesejahteraan 
rakyat, kisah-kisah menyedihkan seperti kontrak LNG dengan China itu tidak 
terulang! Malangnya, dalam peralihan dari Orde Baru ke Orde Reformasi, rakyat 
seperti lolos dari mulut harimau jatuh ke mulut buaya!"

      H.Bambang Eka Wijaya
     

<<bening.gif>>

<<buras.jpg>>

Reply via email to