Lalu Kau sembulkan bulatan ribuan-jutaan kilowatt lampu
sorotalamMu, sepanjang masa timur-barat. Gugahkan hidup renikrenik
perkasa hingga raksasaraksasa digdaya.

Dari selimut dan tidur panjangnya.



Dan sesekali, sesaat setelah Kauhujan rintikbumikan jutaan ton gumpalan
es dari KetinggianMu. Kau goreskan kuas pada kavasbiru langitMu, dengan
gradasi dan kombinasi warnawarni pelangi, serasi.



SubhanAllah wal Hamdulillah, Anugerah terindah dari sunatullah KuasaMu.





…Pernahkah ada yang menalami suatu kondisi dimana `tidak tahu
hendak berbuat apa' atau `sedih entah mengapa' atau mungkin
`tiba-tiba bahagia datang begitu saja'. Dan jika kita diberi
kesempatan untuk mengekspresikannya dengan hanya satu kata, pilihan
Anda?



Atau mungkin semisal dengan kondisi ketika kita mengguyur tubuh kita
dengan, `byurrr' satu gayung air setelah kita seharian menuras
keringat berolahraga, kemudian mandi. Atau tadi, pas adzan maghib
berkumandang, setalah seharian berpuasa kemudian seteguk air putih,
sebiji kurma melepas haus dahaga. Lalu, `Allahumma laka sumtu wa
bika amantu wa'ala rizkika aftortu birohmatika yaa arhamar
rohimiin'. Serasa lengkap sudah.



Syukur adalahinduk dari manapun segala pikiran positif berasal, ketika
kita bersyukur maka hilang sudah segala benih-benih pikiran negatif.



Ada temen saya bilang, "syukur itu kayak nasi goreng. Ada yang biasa
saja, itu yang dikaretin satu. Ada yang spesial pake telor, nah yang ini
karetnya dua". Juga ada syukur basa-basi.



Tapi ada juga lho yang bergizi, lebih mak nyus lagi mendalam, kemudian
keluarlah tetes-tetes air mata. Bukan, bukan airmata tangis duka cita
dan penderitaan. Melainkan airmata sukacita dan kebahagiaan. Bukan
airmata kesengsaraan tapi karena `Anugerah terindah' sebagai
awal menuju hari baru, menuju episode baru, menuju hidup baru.



Bersyukur apakah perlu membandingkan?. Ketika seorang teman membeli
mobil baru, ketika seorang `musuh' naik pangkat, ketika seorang
teman membangun rumah baru, atau ketika seorang sahabat dengan atau
tanpa selamat satu per satu pergi dalam sekelebat. Masihkah kita bisa
bersyukur?



Atau kita baru bisa bersyukur ketika melihat oranglain lebih menderita
dari kita? Bukankah itu sama artinya bersyukur diatas penderitaan
sesamanya?



Iri, dengki, dendam, kebosanan, ketakutan, dll adalah simbol-simbol
penderitaan.

Bukankah bohlam tidak memiliki fungsi sebagaimana maksud penciptaannya
jika tidak tersambung pada sumber listrik? Sekian luas samudra,
bagaimana ia menjadi asin dengan sendirinya? Maa Kholaqta Hadza Bathila,
Tiada yang sia-sia pada ciptaanNya.

Atau ketika kita mencoba me-list satu per satu harta benda yang kita
miliki, HP, kendaraan, pakaian, perhiasan. Itukah yang dul pernah kita
impi-impikan, yang kita kejar-kejar? Dan sekarang semua ada dalam
genggaman, bukan?



Saatnya melihat `diri dari luar `diri'. Keluar angkasa, dan
kita bisa melihat kita dari sana. Inilah saat yang tepat untuk memaknai
bersyukur. ` Bersyukur kepadaNya, Semoga Allah menambah nikmat
kita'. Aamiin.



Dengan nikmat bersahabat, dan rasa terima kasih dan syukur saya
haturkan. Terima kasihku kepada semua ^_^. Selamat menajalankan ibadah
puasa

Assalamu'alaikum

Arif

Reply via email to