Krisis Pangan Dikhawatirkan Ikuti Krisis Keuangan Global http://www.kompas.com/index.php/read/xml/2008/10/16/2327148/krisis.pangan.dikhawatirkan.ikuti.krisis.keuangan.global.
/ Kamis, 16 Oktober 2008 | 23:27 WIB JAKARTA, KAMUS - Krisis pangan dikhawatirkan akan mengikuti krisis ekonomi global sehingga pemerintah harus mengantisipasinya dan jangan hanya fokus menangani pasar modal dan nilai tukar. Demikian dikatakan ekonom yang juga Ketua Pusat Advokasi Tani Indonesia, Sutrisno Iwantono. "Krisis keuangan di Amerika Serikat (AS) kini telah menyeret dunia memasuki resesi, dampak bagi Indonesia kini baru terasa di pasar modal dan belum terlalu menghantam ekonomi riil. Tetapi pada tahun depan 2009 dapat dipastikan sektor riil akan mengalami kesulitan serius," katanya di Jakarta, Kamis (16/10). Sutrisno Iwantono mengatakan, ekspor Indonesia akan terpukul akibat anjloknya permintaan di negara-negara tujuan ekspor, dan investasi melorot tajam. Pemerintah, katanya, harus benar-benar konsentrasi pada ketahanan ekonomi domestik. Fokusnya adalah mempertahankan ketahanan pangan. Menurut Iwantono, kegoncangan masih akan bisa diredam jika pangan murah tersedia bagi rakyat. Jika pangan sampai tidak tersedia maka akan menimbulkan persoalan sangat serius dibidang sosial ekonomi dan politik. Apalagi tahun depan juga bertepatan dengan pelaksanaan pemilu yang tentu menyedot bagitu banyak dana secara tidak produktif, selain akan meningkatkan ketegangan sosial dan politik. "Kita prediksi tahun depan akan terjadi kelangkaan pangan dunia. Ada beberapa hal yang menyebabkan. Krisis ekonomi menyebabkan kelangkaan likuiditas di negara-negara maju. Dengan sendirinya negara-negara ini kan mengurangi bantuan bagi negara-negara sedang berkembang," katanya. Investasi, melorot Bersamaan dengan itu investasi dari negara maju ke negara berkembang juga akan merosot, tahun 2008 saja diperkirakan akan terjadi penurunan sekitar 10 persen investasi dunia, katanya. Iwantono kemudian mengutip pernyataan Dirjen FAO (Food and Agricultural Organization) Dr Jaques Diouf bahwa terdapat 36 negara yang memerlukan bantuan eksternal dalam rangka memperbaiki kegagalan panen dan kenaikan harga-harga pangan. Kegagalan panen akan mengakibatkan lebih dari 75 juta penduduk dunia terkena bencana kelaparan dan kemiskinan. Hingga akhir tahun 2008 diperkirakan ada sekitar 44 juta menjadi sekitar 1 miliar penduduk dunia kekurangan gizi. Saat ini jutaan rakyat Zimbabwe telah dilanda kelaparan dan hanya dapat makan satu kali sehari, dan akan semakin memburuk pada bulan-bulan mendatang, kata Iwantono mengutip Direktur World Food Programme Bank PBB untuk wilayah Afrika Tengah dan Timur Mustapha Darboe . Kegagalan panen akan mengakibatkan ketersediaan pangan dunia melorot. Saat ini harga-harga pangan dunia mengalami penurunan, penyebabnya adalah penurunan permintaan karena krisis ekonomi. Konsekuensi logisnya para produser akan mengurangi produksi, lagi-lagi hal ini akan menekan ketersediaan pangan tahun depan. Karena itulah akan sangat berisiko jika kebutuhan pangan Indonesia sampai tergantung pada impor. Antisipasi Berkenaan dengan itu, kata Iwantono, pemerintah semestinya jangan terlena hanya mengurusi pasar modal dan mempertahankan nilai tukar, tetapi perlu juga mengambil langkah-langkah konkret mengantisipasi ketahanan ekonomi domestik dengan memberikan perhatian khusus pada upaya mempertahankan ketahanan pangan. Pemerintah harus memastikan bahwa kelangkaan pupuk tidak akan terjadi pada awal musim tanam. Subsidi pupuk yang telah dianggarkan jangan sampai dipotong, meskipun akan terjadi revisi APBN tahun ini. Prosedur distribusi pupuk perlu diawasi secara ketat agar pupuk bersubsidi tidak jatuh ke tangan orang yang tidak berhak dan dimainkan oleh para spekulan. Selanjutnya, kredit untuk pertanian harus dilonggarkan di tengah ketatnya likuiditas sektor perbankan saat ini. Harus ada skim khusus untuk menolong para petani, UKM dan pelaku ekonomi kerakyatan. "Hanya di sektor inilah ketahanan ekonomi domestik dapat dipertahankan," katanya. Iwantono mengatakan, pelonggaran perkreditan untuk sektor kerakyatan semestinya tidak sepenuhnya diserahkan pada sektor perbankan, tetapi pemerintah harus menanggung risiko. Bank adalah entitas bisnis biasa sehingga tidak mungkin diminta menanggung beban risiko publik, sehingga beban risiko publik tetap harus ditangan pemerintah. Lembaga penjaminan kredit perlu lebih diaktifkan, terutama untuk kredit skala kecil dan menengah. Program KUR, katanya, perlu lebih didorong dengan sosialisasi yang lebih luas dan melonggarkan berbagai persyaratan teknis. Mengawali pembentukan bank pertanian, sebaiknya ada bank yang secara khusus ditugaskan untuk menangani sektor pertanian. Demikian pula halnya dengan penyediaan benih terutama padi agar tidak tergantung dari impor. Pembibitan lokal baik nonhibrida maupun hibrida harus ditangani secara khusus, disamping pembibitan oleh pemerintah, juga diberikan insentif bagi masyarakat untuk memproduksi secara swadaya. Hal yang sama dilakukan untuk komoditi jagung, kedelai, dan tebu. Apabila Indonesia gagal menyediakan bibit yang cukup bagi petani , maka dampaknya akan sangat besar. "Bersamaan ini dengan itu Bulog harus lebih aktif dalam meningkatkan stok nasional dengan melakukan berbagai kreatifitas pengadaan nasional. Para kadivre harus dipacu dan diberikan target-target tertentu, diberikan penghargaan bagi yang berhasil dan diberikan sanksi bagi yang malas-malasan. Kerja sama dengan pemerintah daerah untuk mendorong peningkatan produksi dan pengadaan stok nasional sangat urgent untuk dilakukan," katanya. WAH