--- In [EMAIL PROTECTED], "setyawan_abe"
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:


Tarbawi, bukan sekedar majalah pembelajaran sebagaimana namanya, namun
lebih dalam dan luas dalam pemaknaannya. Rangkaian kata dan kalimat
dengan gaya sastra khas, reflektif dan  komtemplatif, sejurus kita
diajak berdialog dengan diri dan jiwa kita sehingga tidak berkesan
menggurui. Perjalanan kedalam diri memang menjadi perjalanan terpanjang,



Sepanjang masih ada zaman, sepanjang itu permasalahan manusia ada,
menuju Tuhannya. Kenalilah dirimu maka kamu mengenali Allah'.
Sehingga tak salah jika `jargon' Tarbawi adalah Menuju
Keshalihan Pribadi dan Ummat, sehingga selalu relevan dengan kondisi
`kini' maupun `nanti'.



Khususnya ketika saya membaca Tarbawi edisi : 188 Th. 10 Syawal 1429 H
`Ramadhan di Pedalaman', yang dalam konteks rubrik tersebut
adalah pedalaman secara geografis, Kalimantan dan Riau. Bagaimana
situasi hidup dan kehidupan di daerah-daerah tersebut (budaya, perilaku
dan realita yang ada) selama Ramadhan, disana diulas sedemikian rupa.



Dan jika kondisi-kondisi tersebut kita refleksikan kedalam diri -
sebagai makna iqro' reflektif akan sunatullah -, maka ada korelasi
dengan kondisi jiwa kita. Sesekali kita menghadapi tantangan-tantangan,
ujian-ujian yang fluktuatif hatta controllable, terlebih yang
unpredictable.



Gunung-gunung nafsu hampir selalu menuntut untuk kita kendalikan,
samudera kehidupan terbentang untuk kita arungi dengan perahu imani
dengan energi sekayuh demi sekayuh ilmu, sekayuh rekaat, atau ayat demi
ayat tadabbur kita. Yang jika kita menikmatinya langkah demi langkah,
tapak demi tapak Ramadhan (lalu) kita, sedemikian itulah nikmatnya
`Zamrud Khatulistiwa' Ramadhan. Sebagaimana realita (stimulus)
yang sedemikian adanya, selanjutnya adalah bagaimana jiwa kita
memaknainya (respons). Jika ada orang bilang `Dunia adalah panggung
sandiwara' dengan berbagai lakon dan topengnya, maka dibaliknya
adalah jiwa.



Dari sekian `nama' Bulan Ramadhan, juga sebagai Bulan Tazkiyatun
Nafs, yang mana didalamnya syarat ma'nawi bagaimana sebuah
`training' pengendalian jiwa yang efektif untuk menuju pribadi
dan ummat yang sholeh atau menurut psikolog : transformation of
becoming, diajarkan dalam serangkaian `ritual' yang tertib.



Bagaimana Sayyid Qutb dengan maha karya fii dzilalil qur'an yang
disusun justru dari kamar terali besi, dan para generasi salaf maupun
khalaf dengan kesuksesan masing-masing mampu berkarya ditengah situasi
sulit menghimpit, jika mereka tidak mampu mengendalikan nafsu dan
jiwanya? Demikianlah adanya kisah mereka yang merdeka di `pedalaman
Jiwanya'.



Atau Victor Frankl misalnya, dalam tahanan camp konsentrasi Auschwitz
dengan kekejaman dan kebringasan Hitler, ia mampu mennunjukkan bahwa
jiwanya tetap merdeka, dibuktikan dengan karyanya `Logotherapy'
(Terapi makna) yang mendaraskan kekuatan batin manusia sebagai unsur
pokok kekuatan diri. Atau dalam bukunya Man's Search fror Meaning
(1924). Sang dokter jiwa tersebut menyatakan : "Orang-orang yang
memiliki kekuatan batin mampu mengasingkan diri dar kehidupan lingkungan
yang sulit".



Bertepatan dengan Ramadhan 1429 H lalu, bagi saya juga merupakan salah
satu kondisi dimana saya dalam keadaan yang tidak cukup mudah. Tuntutan
keluarga, lingkungan, tuntutan ekonomi, pada saat kondisi finansial saya
sangat kritis. Lalu kesana kemari mencari solusi, namun apa yang saya
dapatkan? Ternyata semakin saya `keluar' semakin jauh pula
solusi, dan semakin `frustasi'.



Lalu ada dua kalimat yang cukup menggugah `Kejarlah Allah, niscaya
Allah mengejarmu' `Minta tolonglah kepada Allah, karena Allah
sedekat urat lehermu'. Dan alhamdulillah satu demi satu masalah
`benang kusut' mulai tampak ujung-pangkalnya. Bukan benang merah
tapi benang putih. Disini, `dipedalaman diri' kita sama-sama
menemukan solusi. `Anugerah terindah' di Ramadhan 1429 H (lalu).



Namun yang menjadi tanda tanya besar bagi saya adalah : Akankah
berlanjut ke 11 bulan kemudian?



Dan sekarang Syawal pun telah berlalu, tentu saja pertanyaan menjadi
sedikit berubah : Akankah berlanjut ke 10 bulan berikutnya? Akankah
berlanjut?. Dan apakah Anda berminat membeli majalah `TARBAWI?".
Silakan kontak langsung saja ke distributor terdekat atau ke penerbit,
Pusat. Terima kasih



[Non-text portions of this message have been removed]

--- End forwarded message ---


Reply via email to