Melahirkan Profesional Muslim Oleh: Muhammad Ilham Muchtar, Lc., M.Ag. Sumber : http://www.masjidkotabogor.com/index.php/direktori/topik/44/148
"Mereka mengerjakan yang demikian itu) supaya allah memberi balasan kepada mereka (dengan balasan) yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan, dan supaya Allah menambah karunia-Nya kepada mereka. Dan Allah memberi rezeki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa batas," (QS an-Nuur:38) Profesionalisme berarti melakukan semua aktivitas kehidupan dengan senantiasa memperhatikan kualitas proses maupun hasil. Dalam Islam, profesionalisme sering disepadankan dengan istilah al-Itqan. Islam sangat menekankan agar rumahnya agar umatnya tak hanya berusaha menjaga kuantitas pekerjaannya, tapi juga kualitas profesi yang ditekuninya. Bahkan ditegaskan dalam al-Qur'an, esensi kehidupan hingga kematian seseorang tak lain adalah menilai siapa yang paling berkualitas amal perbuatannya. Allah Ta'ala berfirman, "(Dia) Yang menjadikan mati dan hidup, supaya menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya," (QS al-Mulk: 2). Fudhail ibn Iyyadh, salah seorang ulama salaf menjelaskan, yang paling baik amalnya adalah "yang paling tulus dan tepat dalam menunaikannya". Menurut Masfuk dalam bukunya Orang Jawa Miskin Orang Jawa Kaya: Cara menjadi Miliuner (2002), kesungguhan seseorang bekerja untu meraih hasil yang baik dan optimal dapat menempatkan orang itu sebagai profesional. Rasululah SAW juga pernah bersabda, "Sesungguhnya Allah menyukai seorang Muslim yang bekerja dan ia mutqin (professional) dalam pekerjaannya itu," (Muttafaq `alaih). Jadi, sikap professional pada dasarnya merupakan prinsip asasi yang harus selalu dikedepankan seorang Muslim dalam bidang pekerjaan apapun. Untuk menjadi professional, seorang Muslim harus mempertahankan dua hal: Nilai inti dan Tujuan inti. Nilai inti merupakan karakter standar yang bersifat universal dan berlaku di seluruh dunia sebagai syarat mencapai keberhasilan. Dalam istilah Islam disebut fitrah. Sebab, secara prinsip, kita yakin bahwa Allah SWT telah menganugerahkan berbagai sifat itu dalam setiap diri manusia. Hanya kadang, fitrah manusia ditutupi oleh hawa nafsunya sendiri. Sedikitnya, ada empat nilai inti yang perlu diwujudkan untuk menjadi seorang Muslim professional. Pertama, kejujuran (ash-shidq). Bersungguh-sungguh bekerja merupakan cirri khas professional. Namun apa artinya kesungguhan itu jika tidak dibarengi dengan sikap jujur. Kejujuran adalah modal sangat berharga bagi setiap manusia dalam menjalankan seluruh aktivitas kehidupannya. Profesi apapun yang ditekuninya, seyogianya sifat jujur senantiasa menghiasi dirinya. Al-Qur'an memuji orang-orang yang selalu berperilaku jujur. "Ini adalah hari yang bermanfaat bagi orang-orang yang jujur (disebabkan) kejujuran mereka. Bagi mereka surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Demikianlah karena Allah ridha kepada mereka dan mereka pun ridha kepada-Nya. Dan itulah keberuntungan yang paling besar," (QS al-Maaidah: 119). Kedua, amanah dan dapat dipercaya. Salah satu komitmen penting yang harus kita bangun dalam karir hidup kita, adalah membangun kepercayaan orang lain. Nabi Muhammad SAW berhasil menuai sukses, dalam sisi apapun, setelah beliau berhasil membangun kepercayaan orang lain terhadap dirinya. Memang, komitmen dan kesuksesan hanya akan dating jika kita memiliki kredibilitas dan dipercaya. Pepatah Arab mengatakan, "Sifat santun adalah terpuji, menjaga kepercayaan adalah harta pusaka." Dalam pandangan Islam, profesionalisme tak dapat dipisahkan dari amanah. Sebab, sifat inilah yang akan selalu membingkai profesionalitas pekerjaan kita agar tetap berada di jalurnya yang benar. Orang yang tidak amanah berarti tidak profesional dalam menjalankan tugasnya. Rasulullah SAW menjelaskan, "Apabila amanah telah disia-siakan, tunggulah saat kehancuranny," (HR Bukhari). Ketiga, keterbukaan dan transparansi (tabligh). Secara harfiah, tabligh bermakna menyampaikan sesuatu apa adanya, tanpa ditutup-tutupi. Keterbukaan penting dimiliki seorang professional, agar mekanisme amanah (akuntabilitas) dan pertanggungjawaban dapat berlangsung dengan baik. Transparansi juga erat berkait dengan kejujuran dan sifat amanah, bahkan ia merupakan refleksi dari kedua sifat tersebut. Orang yang jujur dan amanah tak akan menyembunyikan sesuatu yang selayaknya diungkap. Ia mampu mengungkap kebenaran sekalipun pahit, baik bagi dirinya maupun untuk karirnya. Keempat, cerdas dan bijaksana (fathanah). Tak dapat dipungkiri, kehidupan dunia yang lebih mengedepankan aspek formalitas daripada moralitas, seperti saat ini, intelektualitas dijadikan parameter pertama untuk mengukur kemampuan seseorang. Padahal, kecakapan intelektual buka satu-satunya tolak ukur menilai profesionalitas seseorang. Apa gunanya orang cerdas jika tak bermoral dan tidak memiliki karakter yang baik. Kecerdasannya akan disalahgunakan hanya untuk mengeruk keuntungan pribadi dan merugikan orang lain. Fathanah bukan sekedar cerdas tetapi juga visioner dan inovatif, tanggap menangkap peluang untuk maju serta menciptakan sesuatu yang tepat guna, efisien dan berdaya saing tinggi. Jelasnya, untuk menjadi professional, seorang Muslim hendaknya mempunyai empat karakter sebagaimana disebutkan diatas. Keempat sifat itu juga merupakan sifat utama pribadi Rasulullah SAW, yang juga merupakan kunci penting untuk memenangkan persaingan, khususnya di era perdagangan global. Selain dari terpenuhinya keempat nilai inti tersebut, seorang professional Muslim hendaknya juga mempertahankan tujuan inti. Tujuan inti-nya hanyalah mengabdikan diri pada Allah SWT. "Dan tidak Aku ciptakan golongan jin dan manusia selain untuk mengabdi kepada-Ku," (QS adz-Dzariyat: 56) Jika kita berhasil mempertahankan nilai inti dan tujuan inti maka kita bisa mendapatkan balasan yang terbaik dan tambahan karunia dari Allah, sebagaimana disebutkan dalam surah an-Nuur di atas.