Jawa Pos
[ Sabtu, 07 Februari 2009 ] Misteri Pemilik Lahan Sari Club, Salah Satu Target Bom Bali I Hambar Rencana Pembangunan Museum Perdamaian Sari Club (SC) adalah salah satu sasaran Bom Bali I pada 12 Oktober 2002. Saat ini kondisinya tidak terurus. Pemkab Badung kesulitan menemukan sang pemilik. YOYO RAHARYO, Badung --- SEJAK bom di Jalan Legian meletus pada 12 Oktober 2002, tidak banyak orang memperhatikan lahan SC seluas 1.000 meter persegi. Hanya pemerintah Badung yang dibuat pusing tujuh keliling hingga sekarang. Jalan Legian, Kuta, adalah kawasan paling padat kendaraan dan pengunjung. Saat malam, kondisinya bahkan lebih padat, tak jarang macet. Ada sisi lain yang sampai sekarang menjadi misteri banyak orang terkait dengan pemilik lahan bekas diskotek SC yang hingga kini belum diketahui. Beragam cara sudah ditempuh, bahkan iming-iming bahwa lahan tersebut bakal dibeli oleh pemkab. Tapi, si empunya lahan yang begitu strategis itu tak juga terdeteksi. Bahkan, sampai ada rencana pembangunan museum perdamaian yang digembar-gemborkan sejak bupati Badung dijabat AA Oka Ratmati, upaya itu selalu berujung nihil. Sampai Cok Rat lengser dan digantikan AA Gde Agung pada 2005, lahan tersebut masih saja terbengkalai sehingga menimbulkan pemandangan yang kurang sedap di mata. Padahal, lahan bekas diskotek Padi's Club yang hampir berbarengan dibom mendiang trio bomber Amrozi cs itu sudah bisa mengeruk keuntungan dari jasa usaha yang ada kini. Di lokasi tersebut telah dibangun bar Vi Ai Pi yang pernah menghebohkan dengan tarian setengah telanjang di samping kelengkapan izin usaha yang belum lengkap. Terakhir, 6 Januari 2009, Asosiasi Museum Perdamaian Bali yang dibentuk sejumlah warga negara Australia bertatap muka dengan Bupati Gde Agung. Dipimpin sang ketua, Peter Jhonson, lahan bekas SC tersebut ditawarkan untuk dibangun Taman Perdamaian. Semua biaya pembangunan akan ditanggung oleh warga Australia. Setelah pembangunan selesai, Taman Perdamaian diharapkan tetap memberikan keuntungan tambahan bagi masyarakat Bali. Diyakini, taman tersebut bakal memperkuat hubungan masyarakat Bali dan internasional. Tepatnya, menciptakan tempat bernuansa spiritual sebagai wujud toleransi perdamaian dan perenungan bagi generasi muda di masa depan. Suatu ide yang baik, tapi ada sesuatu yang paling mengganjal, yakni siapa pemilik lahan itu. Untuk menemukannya, kemarin terpampang pengumuman di pagar bekas tempat dugem khusus bule tersebut. Pengumuman itu menyatakan akan dibangun taman dan museum di lokasi eks SC tersebut. "Pemilik lahan diharapkan menghubungi LPM Kuta, lurah, dan bendesa adat Kuta," demikian bunyi pengumuman di atas pamflet berukuran sekitar 80 x 120 centimeter tersebut. Lurah Kuta I Gede Suparta yang dikonfirmasi koran ini membenarkan bahwa pihaknya telah memasang pengumuman itu. "Ya, kami yang memasang bersama LPM dan bendesa adat," ucap Suparta. Suparta juga membenarkan bahwa pemilik lahan tersebut belum bisa ditemukan. "Sampai sekarang, belum ketemu pemiliknya. Kami sudah berusaha menemui manajemen Sari Club yang dulu telah menyewa, tetapi juga belum ketemu orangnya," ujarnya. (*/jpnn/ruk)
<<50840large.jpg>>