=================================================  
THE WAHANA DHARMA NUSA CENTER [WDN_Center] 
Seri : "Membangun spirit, demokrasi, konservasi sumber daya, 
           nasionalisme, kebangsaan dan pruralisme Indonesia."  
================================================= 
[Spiritualism, Nationalism, Resources, Democration & Pruralism Indonesia 
Quotient] 
Menyambut Pesta Demokrasi 5 Tahunan - PEMILU 2009.  
"Belajar menyelamatkan sumberdaya negara untuk kebaikan rakyat Indonesia." 
  
Indonesia dan Politik Waktu 
Jumat, 13 Februari 2009 | 00:21 WIB 
Oleh Geger Riyanto 
Dalam teori relativitas, waktu berbeda bagi setiap manusia. Dan dalam politik 
sebagai seni mengelola kehidupan banyak warga, waktu yang berbeda bagi setiap 
manusia itu harus dihadapkan, didialogkan, hingga dipertarungkan untuk 
menghasilkan titik temu. 
Hari ini, tiap-tiap kelompok politik di negeri ini sedang mempertarungkan 
konsepsi waktunya. Di manakah kita pada masa lalu? Di manakah posisi kita pada 
hari ini? Ke mana kita harus melangkah? Tiap-tiap kelompok mengajukan klaim 
kepada rakyat adalah zamannya yang membawa Indonesia bergerak maju seperti 
jarum jam. Mari kita simak pertarungan itu. 
Dalam pikiran pihak penguasa, kita sedang berada tahun 5 D (atau 5 PD). Bagi 
mereka, lima tahun ini bermakna kemajuan Indonesia yang perlahan namun pasti. 
Dan mereka terus menyampaikan pesan ini dengan bukti dan klaim aneka terobosan 
perekonomian dalam sejarah, hingga belakangan ramai menyampaikan kebijakan 
menurunkan BBM tiga kali. 
Kemudian, sebuah partai yang jamnya berhenti maju sejak 2004 — sebutlah, tahun 
1 D — mengklaim sejak saat itu jarum jam Indonesia terus bergerak mundur. 
Sembako semakin mahal dan rakyat kian terjerat hidupnya. Mereka berjanji, bila 
rakyat merestui mereka memerintah, tahun 2009 jam Indonesia akan kembali 
bergerak maju, meneruskan zaman mereka yang pernah dimulai tahun 2001 dan 
sempat terhenti pada tahun ketiga. 
Ada pula petarung yang implisit mengklaim tahun pertama Indonesia dimulai pada 
1966. Samar-samar, mereka menuturkan, Indonesia bergerak maju, stabil, besar 
menjadi macan Asia sejak saat itu. Lantas, gerakan itu terhenti tahun 1998 
dengan ditinggalkannya modus perekonomian yang melindungi rakyat seraya 
luruhnya orde besar yang menjaga mereka. Bagi mereka, kini Indonesia telah 
masuk tahun 11 zaman kekacauan dan membutuhkan pemimpin besar serupa yang lalu. 
Penguasa lalu mengajak rakyat untuk realistis. Bagi mereka, jam perubahan 
Indonesia harus bergerak dengan perlahan dan konstan sebagaimana konsepsi waktu 
mereka. Jangan terbuai mimpi revolusi, perubahan instan yang ditawarkan para 
kompetitor yang tidak realistis itu, ujarnya. Indonesia sedang bergerak 
perlahan namun pasti menuju arah yang lebih baik, menurut mereka. 
Para kompetitor membalas, benarkah Indonesia sedang melangkah ke arah lebih 
baik atau hanya delusi? Pertarungan memperebutkan waktu terus berlanjut. 
Didefinisikan 
Namun, bagi kita yang di luar pertarungan itu, aneka konsepsi waktu yang 
diajukan sama sekali absurd. Dengan sengaja mereka mengaburkan batasan antara 
kinerja mereka sendiri dan gerakan zaman yang merupakan akibat pergerakan 
ekonomi dan politik dunia. 
Seperti saat pergerakan zaman menurunnya harga minyak dunia seakan pemerintah 
berjuang menurunkan BBM untuk mengangkat kehidupan rakyat. Dan seperti saat 
harga pangan dunia melesat naik karena ledakan kebutuhan dunia, petarung yang 
merupakan penguasa sebelumnya hanya mengingat-ingat harga pangan pada zamannya, 
bukan kebijakan pertanian yang pernah diletakkannya. 
Namun, kita yang terus menggali kedangkalan klaim kelompok-kelompok politik itu 
akan segera menjumpai bahwa akar semuanya adalah sebuah kenyataan yang ironis: 
setiap zaman politik yang selama ini kita alami didefinisikan oleh kekuatan 
besar dari luar ”sana”. 
Kehilangan waktu 
Empat puluh dua tahun lalu, Richard Nixon sebagai Presiden AS dengan jelas 
mendefinisikan Indonesia: dengan 100 juta penduduk beserta jajaran pulau 
sepanjang 300 mil yang mengandung sumber daya alam paling kaya di kawasannya, 
Indonesia merupakan hadiah terbaik di Asia Tenggara. Indonesia adalah sebuah 
hadiah bagi kekuatan-kekuatan besar itu. 
Stabilitas di masa lalu, perekonomian yang bertumbuh dahulu dan kini serta 
peristiwa-peristiwa lainnya yang membawa insentif dalam sejarah merupakan 
sedikit yang diberikan dunia dari keuntungan besar yang didapatkannya dengan 
memanfaatkan Indonesia. Lalu, konsepsi waktu yang ditawarkan tiap-tiap kelompok 
politik kepada rakyat hanyalah sepotong potret beku ke mana dunia membawa 
Indonesia pada masa mereka. 
Itulah persoalannya. Di antara begitu banyak kehilangan yang dialami Indonesia 
sebagai negara, sebuah kehilangan yang amat menakutkan adalah kehilangan 
waktunya sendiri. Tak punya orientasi waktu, ia pun tak tahu sedang menjejak di 
mana dan mesti melangkah ke mana. 
Sejarah dipotong-potong, lalu direkonstruksi sebagai makhluk tak berbentuk yang 
mendukung kepentingan pendek kekuasaan. Begitulah setiap periode kekuasaan 
menjadikan sejarah sebagai musuhnya untuk mengangkat rezimnya sebagai masa kini 
yang membimbing Indonesia ke masa depan yang cerah. Dan pendidikan diperlakukan 
sebagai mesin pencetak, mereduksi siswa yang akan menulis masa depan sebagai 
sumber daya, obyek — dan bukan manusia. 
Atau mungkinkah terlalu berlebihan untuk berharap agar negara ini tak menjadi 
daun yang hanyut di sungai atau batu yang tenggelam? Agar cukup menjadi manusia 
yang mampu berenang dan menentukan arahnya?  [Geger Riyanto Alumnus Sosiologi 
Universitas Indonesia] 
-------- 
Petani Negeri
Saya melihat kesabaran dan keteladanan para petani di pelosok negeri ini. 
Dengan tekun menggarap, menanam, merawat, menyiangi sawah ladangnya, dan 
menanti dengan sabar waktu masa panen, pun demikian semuanya itu untuk 
dipersembahkan demi melanjutkan periode waktu yang diberikan olehNya di dunia 
ini. Itulah siklus kehidupan para petani.  
Nah sekarang bagiamana dengan para petani penggarap negeri Indonesia tercinta 
ini, khususnya di bidang pemerintah, birokrasi, legislatif, yudikatif yang 
berlomba-lomba menjadikan semua itu sebagai profesi, dan sandaran hidupnya, 
maka diharapkan dapat mengemban amanah dan tanggung jawab yang diberikan 
oleh-Nya [rakyat] dapat dipersembahkan kembali untuk kesejahteraan dan kemajuan 
rakyat. Karena ladang itu bukan ladangmu, bukan milikmu, bukan ladang kita atau 
ladang kami, melainkan itu ladang milik rakyat Indonesia dan generasi Indonesia 
masa depan. Demikian pula periode waktu pun milik rakyat semua. 
Maka di saat ratusan lowongan kerja petani mandat, wakil rakyat di legislatif 
terbuka lebar setiap lima [5] tahun, mengikuti siklus demokrasi indonesia yang 
telah disepakati selama ini. Maka dengan berbagai argumentasi dan latar 
belakang, berduyun-duyun lah, banyak yang merasa terpanggil ingin dapat 
mengabdikan diri dengan prestasi, kinerja, semangat, prestasi, dan teladannya 
bagi bangsa dan rakyat Indonesia. Memang sangat banyak calon petani penggarap 
yang terpanggil, namun kita tahu hanya sedikit yang akan terpilih. 
Maka di saat-saat ini adalah saatnya mencari, carilah, gapailah mandat rakyat 
dan jadikan mandat rakyat itu jalan hidup bagi kebaikan, kemajuan, 
kesejahteraan rakyat, bangsa dan Negara Indonesia tercinta ini. 
Selamat berkompetisi untuk meraih simpati… 
Berlomba2lah untuk memberikan perhatian, dukungan dengan tindakan terpuji untuk 
berbagai kebaikan di tengah-tengah masyarakat. Maka mungkin nantinya siapa tahu 
diantara kita pun akan menjadi salah satu yang dipilih sekaligus menjadi 
pilihan rakyat. Semoga. 
Menuju Indonesia sejahtera, maju dan bermartabat! 
Best Regards, 
Retno Kintoko 
  
The Flag 
Air minum COLDA - Higienis n Fresh ! 
ERDBEBEN Alarm 



 
SONETA INDONESIA <www.soneta.org>
Retno Kintoko Hp. 0818-942644
Aminta Plaza Lt. 10
Jl. TB. Simatupang Kav. 10, Jakarta Selatan
Ph. 62 21-7511402-3 
 


      

Kirim email ke