=================================================  
THE WAHANA DHARMA NUSA CENTER [WDN_Center] 
Seri : "Membangun spirit, demokrasi, konservasi sumber daya, 
           nasionalisme, kebangsaan dan pruralisme Indonesia."  
================================================= 
[Spiritualism, Nationalism, Resources, Democration & Pruralism Indonesia 
Quotient] 
Menyambut Pesta Demokrasi 5 Tahunan - PEMILU 2009.  
"Belajar menyelamatkan sumberdaya negara untuk kebaikan rakyat Indonesia." 

[Minggu, 22 Februari 2009] 
 
Albert Wibisono Mengantar 
House of Sampoerna Menjadi Ikon Wisata Surabaya 
Letaknya cukup ''nyelempit'' di antara permukiman penduduk. Tapi, House of 
Sampoerna (HoS) cukup dikenal, terutama di Surabaya. Tempat itu adalah gabungan 
galeri seni, kafe, dan museum berisi memorabilia keluarga Sampoerna. Bekal 
bangunan berarsitektur indah dan sejarah keluarga yang kuat dimanfaatkan 
maksimal oleh Albert Wibisono. 
Apakah sejak awal HoS dirancang dengan konsep seperti ini? 
Sebenarnya tidak. Jadi begini, tempat ini dulu bernama Plant Taman Sampoerna. 
Dipakai untuk tempat produksi dan kantor marketing area Surabaya. Pada 2002, 
tempat ini direstorasi. Rencananya untuk tempat kunjungan mahasiswa. Biasa kan, 
banyak mahasiswa yang melakukan company visit ke suatu perusahaan. 
Nah, karena banyak. Kami tidak mungkin menerima semuanya di pusat kami di 
Rungkut sana. Nanti kami tidak bisa bekerja karena menerima mereka 
terus-menerus. Hehehehe. Akhirnya, diputusin untuk merenovasi tempat ini. 
Nanti, semua company visit diarahkan ke sini. 
Mengapa sekarang konsep tersebut berubah? 
Nah itu. Kabar restorasi terdengar oleh Bu Katie Sampoerna, istri Pak Putera 
Sampoerna. Beliau termasuk orang yang tidak mau yang setengah-setengah. 
Akhirnya, daripada hanya dibuat company visit, dia minta dibikin sesuatu yang 
jauh lebih bagus. 
Pokoknya, kalau sama Bu Katie, tidak ada yang namanya biasa-biasa saja. Karena 
beliau orangnya artistik. Akhirnya, jadilah bangunan House of Sampoerna yang 
seperti ini. Saat restorasi berjalan, saya diminta mengurusinya. Saat itulah 
saya putuskan untuk menjadikan HoS sebagai tempat wisata di Surabaya. 
Apa pertimbangannya? 
Sebelum bergabung dengan Sampoerna, saya sempat menjadi dosen di Universitas 
Surabaya (Ubaya). Saya yang merintis program international village. Karena itu, 
saya sering mendapat tamu dari luar negeri. Waktu itu, saya sempat kesulitan 
mengajak mereka keliling Surabaya. Sebab, tidak ada objek wisata yang cukup 
menarik di sini. 
Tempat wisata alam tidak ada. Pantai, Anda tahu sendiri bagaimana. Nah, 
berbekal pengalaman itulah saya pikir kenapa tidak bikin museum aja. Tapi, yang 
memiliki konsep jelas. Nah, keluarga Sampoerna sudah punya bekal yang bagus. 
Bangunan mereka ada. Mereka juga punya sejarah yang bagus tentang bagaimana 
mengembangkan pabrik rokok yang kecil menjadi besar seperti sekarang dalam 
waktu yang cukup panjang. 
Anda yakin konsep tempat wisata seperti itu bisa berhasil, mengingat Surabaya 
memiliki banyak museum tapi sepi pengunjung? 
Memang berat ya. Tapi, saya yakin bisa. Apalagi, saya mendapat dukungan Pak 
Angky Camaro (sekarang Presdir PT HM Sampoerna). Beliau bilang, wis ndak papa. 
Kamu bikin aja. Paling tidak, ada saya dan tamu-tamu saya yang nanti 
berkunjung. Hehehe. Ternyata, sampai sekarang, tamu perusahaan hanya 5 persen 
dari total pengunjung HoS. Saya rasa, masyarakat Surabaya lah yang berperan 
besar mengembangkan HoS. 
Apa beda HoS dengan museum lainnya? 
Kemasan dan pelayanan. Itu kuncinya. Bagaimana kita mengemas benda yang 
dipamerkan beserta ceritanya. Agar ketika orang melihat, tahu kenapa benda itu 
bersejarah. Jadi, tidak hanya asal taruh. Mesin ketik kuno, misalnya. Kalau 
cuma dipajang, orang tidak akan tertarik. Tapi, kalau diberi kisahnya, apa saja 
yang terlahir dari mesin ketik itu, mereka akan menjadi semakin menarik. Lalu, 
pelayanan. Kami berusaha memberikan pelayanan semaksimal mungkin. Kami juga 
punya staf yang setiap saat siap membantu pengunjung museum. 
Apakah galeri seni, kafe, dan toko suvenir juga masuk dalam rencana awal? 
Pasti. Sekarang kita pakai logika saja. Kalau kita mengunjungi tempat wisata. 
Apa yang harus ada? Sesuatu untuk dilihat kan? Nah, kami sudah punya bangunan 
yang begitu indah dan bernilai sejarah. Lalu, benda-benda bersejarah milik 
keluarga. Itu kan bisa dinikmati. Agar bervariasi, ditambah galeri seni. 
Setelah melihat-lihat, orang pasti lapar. Makanya, ada kafe. Biasanya, kalau 
hendak pulang, orang pasti ingin suvenir dari tempat itu kan? Itu kami penuhi 
dengan toko suvenir. Jadi, semua kami padukan di sini. 
Sejak awal, HoS memang tidak ditujukan untuk mencari keuntungan. Karena itu, 
museum tidak mengutip biaya masuk. Karena itu, biaya operasionalnya kami 
ambilkan dari pemasukan kafe dan toko suvenir. 
Apakah benda yang dipamerkan di museum akan terus diperbarui? 
Kami memang punya satu orang yang diberi tugas sebagai history researcher. 
Sebab, kita tahu, berapa puluh tahun sudah generasi Sampoerna ini berkembang. 
Tapi, kalau benda, kami tidak secara khusus mencari. Malah, ada sebagian 
masyarakat yang peduli pada museum kami dan menyumbangkan koleksi mereka yang 
berkaitan. 
Misalnya, pemutar piringan hitam. Itu milik seorang kolektor yang diserahkan 
kepada kami setelah melihat tulisan Sampoerna Theater di baliknya. Lalu, ada 
pita cukai yang merupakan koleksi pencinta produk Sampoerna. Yang begitu itulah 
yang membantu kami berkembang dan bertahan sampai sekarang. [any rufaidah/dos - 
Jawapos] 
--------- 
Membangun kualitas jatidiri dan karakter bangsa tidak hanya melalui 
lembaga-lembaga Negara yang ada – baik itu eksekutif, legislatif, yudikatif, 
atau non departemen, namun bisa pula dilaksanakan oleh semua elemen dan 
komponen bangsa dengan segala kemampuan dan dedikasinya bagi perbaikan dan 
kemajuan rakyat dan bangsa Indonesia ke depan. 
Menuju Indonesia sejahtera, maju dan bermartabat! 
Best Regards, 
Retno Kintoko                                                                   
                                 
  
The Flag 
Air minum COLDA - Higienis n Fresh ! 
ERDBEBEN Alarm 
--------



 
SONETA INDONESIA <www.soneta.org>
Retno Kintoko Hp. 0818-942644
Aminta Plaza Lt. 10
Jl. TB. Simatupang Kav. 10, Jakarta Selatan
Ph. 62 21-7511402-3 
 


      

Reply via email to