Refleksi: Dikatakan bahwa ekonomi dan politik adalah  dua sejoli yang tidak 
terpisahkan sebab saling menpengaruhi satu dengan lain, jadi kalau ekonomi 
makin sulit sebab para pejabat sibuk berpolitik  bukan hal aneh bin ajaib,  
karena yang diurus adalah politik untuk ekonomi mereka. Bukankah pada umumnya 
pejabat adalah saudagar, jadi  dalam krisis gobal yang melanda ini tentunya 
kepentingan mereka yang harus terlebih dulu diselamatkan, dan bukan  ekonomi 
rakyat mayoritas. 

http://www.sinarharapan.co.id/berita/0903/02/sh01.html

Ekonomi Makin Sulit, Pejabat Sibuk Berpolitik  

Oleh
Mohamad Ridwan/
Sigit Wibowo



Jakarta - Mendekati pemilu legislatif yang dilaksanakan pada 9 April mendatang, 
aktivitas para pejabat pemerintah, baik pusat maupun daerah, makin meningkat. 

Ironisnya, para pejabat pemerintah tersebut ternyata lebih sering berada di 
luar kantor untuk berkampanye bersama partai politiknya masing-masing, 
ketimbang menjalankan tugas pokok mereka mengabdi pada negara. "Saya khawatir, 
perekonomian kita akan makin sulit, karena saat ini para birokrat, baik di 
tingkat pusat maupun daerah, lebih sibuk mengurusi partainya masing-masing 
daripada mengurus negara," kata Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia 
(Apindo) Sofjan Wanandi kepada SH, Senin (2/3) pagi. 


Menurut Sofjan, jajaran pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono-Jusuf Kalla di 
akhir masa kepemimpinannya ini, seharusnya lebih serius menyelesaikan 
masalah-masalah perekonomian sebagai bentuk pertanggungjawaban mereka kepada 
rakyat. Terlebih lagi, jalannya roda perekonomian di tahun ini diprediksi akan 
makin sulit dibandingkan tahun-tahun sebelumnya sebagai dampak krisis finansial 
global. "Kalau melihat kondisi saat ini, saya tidak yakin pemerintah bisa 
menjalankan perekonomian seperti yang dirumuskan dalam RAPBN (Rancangan 
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara-red) yang baru. Saya khawatir, karena 
para pejabat negara sibuk berkampanye, pelaksanaan RAPBN tersebut terhambat," 
ungkapnya. 

Perlu Keteladanan
Sofjan menambahkan, dalam situasi yang sulit seperti saat ini, pemerintah 
seharusnya lebih memfokuskan perhatian pada upaya memulihkan sektor 
perekonomian. "Para birokrat seharusnya jangan ikut berpolitik seperti halnya 
di luar negeri, karena roda pemerintahan dan perekonomian di sana tidak akan 
terganggu sekalipun situasi politik sedang memasuki masa kampanye seperti saat 
ini," tandasnya.

Hal senada dilontarkan Sekretaris Eksekutif Asosiasi Pertekstilan Indonesia 
(API) Ernovian G Ismy yang menilai para birokrat saat ini lebih banyak 
berkampanye ketimbang bekerja. "Saya khawatir janji-janji pemerintah seperti 
paket stimulus ekonomi, cuma isapan jempol belaka. Pemerintah cuma berwacana 
agar mendapat simpati dari kalangan pengusaha. Tapi pada kenyataannya, sampai 
saat ini kita belum menerima paket stimulus tersebut," kata Ernovian. Sementara 
itu, Ketua Forum Rektor Indonesia Edy Suandi Hamid mendesak Yudhoyono-Kalla 
memberikan keteladanan dan tidak terjebak dalam persaingan dalam pemilu dan 
mengorbankan kepentingan masyarakat. 


"Persaingan para menteri atau pejabat yang sekaligus pengurus partai politik 
sudah pasti berpengaruh pada efektivitas kebijakan ekonomi," kata Edy. Sebagian 
energi mereka tentu tercurah pada partai politik masing-masing, dan mereka akan 
cenderung menomorduakan urusan negara.


Ia menambahkan perlu ada peraturan jelas mengenai aturan main sehingga mereka 
tidak menjadikan fasilitas negara sebagai ajang kampanye. Di Indonesia tidak 
cukup hanya dengan etika politik, karena hal itu akan diabaikan. Presiden dan 
Wakil Presiden harus menjadi teladan sehingga para menteri juga tidak 
sembarangan mengabaikan tugas dan tanggung jawab mereka.


Edy mencontohkan klaim bahwa keberhasilan ekonomi dilakukan satu partai, jelas 
tidak berpijak pada kenyataan. Partai politik seperti itu merupakan partai yang 
tidak tahu diri dan tidak mengerti permasalahan. "Biarkan masyarakat yang 
menilai. Tidak perlu rebutan klaim, karena sesungguhnya tidak banyak yang 
dibanggakan," tandasnya. Ekonom UGM Sri Adiningsih menyatakan, kebijakan 
ekonomi dalam situasi seperti ini tidak efektif jika para menteri dan pejabat 
lain tidak fokus. Krisis keuangan yang terjadi saat ini merupakan permasalahan 
serius sehingga semua harus fokus pada tugas masing-masing.  "Seluruh anggota 
tim ekonomi harus berkonsentrasi dan tidak mengorbankan kepentingan 
masyarakat," tegasnya.

Kirim email ke