Kiat Mendidik Anak Menjadi Insan Mulia

By: agussyafii

Satu malam datang seorang Ibu bersama suami tercintanya. Ibu ini bertanya pada 
saya bagaimana mendidik anak menjadi insan mulia. Saya katakan padanya, anak 
akan menjadi insan mulia jika anak diperlakukan dengan penuh kemuliaan. 
Pendidikan yang memuliaan anak berarti meningkatkan kualitas spiritual pada 
diri anak. Maka perlu pendidikan spiritual bagi anak agar kelak mereka menjadi 
insan mulia.

Tidak ada yang mengingkari bahwa kualitas manusia itu diukur dari kualitas 
jiwanya, moralnya atau akhlaknya, meski masih pula terdapat kelompok manusia 
yang lebih menghargai dimensi jasmaninya.  Kesehatan jasmani manusia tumbuh 
bersama gizi yang dikonsumsi sebagaimana kesehatan jiwa juga tumbuh bersama 
konsumsi rohaniah. Dalam perjalanan hidupnya manusia selalu berjumpa dengan 
konflik yang berkesinambungan; konflik antara dorongan instink, syahwat dan 
hawa nafsu dengan nilai-nilai akumulatif akidah, konflik antara kejujuran 
dengan kebohongan, antara kebaikan dengan kejahatan, antara egoisme dengan 
mementingkan orang lain (itsar).

Akal dapat berfikir, membantu manusia memecahkan masalah (problem solving), dan 
untuk meningkatkan kualitas akal (intelektualnya) dapat diupayakan melalui 
pendidikan yang bersifat kognitip. Hati atau kalbu (qalb), meski karakternya 
tidak konsisten, tetapi ia dapat membantu manusia memahami peristiwa yang 
rumit. Lebih dari itu manusia masih memiliki hati nurani yang konsisten 
menyuarakan kebenaran dan kejujuran. Meski demikian, tetap saja ada (bahkan 
kebanyakan) manusia yang bodoh, tidak berperasaan dan nuraninya mati.

Dulu orang mengedepankan kecerdasan intelektual sebagai kunci kesuksesan. 
Belakangan orang menganggap peran kecerdasan intelektual (IQ) itu hanya 20 %, 
selebihnya oleh kecerdasan emosional (EQ). Terakhir orang lebih menengok 
kecerdasan Spiritual (SQ) sebagai penentu yang dominan. Ketika bangsa Indonesia 
terpuruk pada krisis yang memalukan seperti sekarang ini, orang menyalahkan 
sistem pendidikan nasional sebagai penyebab, yakni pendidikan yang terlalu 
mengedepankan aspek kognitif, mengabaikan aspek afektif. Jika krisis ekonomi 
dapat diperbaiki dalam waktu singkat, tidak demikian dengan krisis moral, 
apalagi jika krisis itu sudah mencapai keruntuhan moral bangsa. Mendidik moral 
manusia membutuhkan waktu yang panjang, konsistensi, konprehensif dan 
berkesinambungan. Masyarakat Indonesia dewasa ini sudah sangat mendesak 
kebutuhannya pada pendidikan spiritual.

Pendidikan adalah satu proses yang bertujuan membentuk pola perilaku; misalnya 
pendidikan kemiliteran, pendidikan kewiraswastaan, pendidikan agama.  Proses 
itu biasanya membutuhkan peran seorang pendidik, tetapi manusia juga bisa 
mendidik diri sendiri setelah berjumpa dengan pengalaman yang mendidik. 

Oleh karena itu pendidikan spiritual lebih menekankan pada pemberian kesempatan 
agar anak mengalami sendiri suatu pengalaman spiritual. Jika bercermin kepada 
perilaku Nabi Muhammad, maka nampaknya lembaga pendidikan spiritual yang 
dialami oleh Muhammad bertafakkur, mengasah nurani, menajamkan hati, dan 
mengelola emosi serta mengendalikan nafsu. 

Dalam perspektif Islam, Pendidikan spiritual adalah  proses tranformasi sistem 
nilai Qur’ani ke dalam potensi kejiwaan pada anak melalui  perjuangan dan 
pelatihan jiwa (mujahadah) agar setiap kali merespon stimulus dalam kehidupan, 
jiwanya tunduk kepada nilai-nilai tersebut dengan tenang, senang dan yakin. 
Wujud mujahadah itu adalah zikir, puasa sunnat, sholat dhuha.

Maka anak yang telah memiliki kecerdasan spiritual disebut sebagai ‘arif atau 
min al ‘arifin, secara sosiologis sering disebut sebagai yang arif bijaksana. 
Ma‘rifat tidak menetap, melainkan sesaat-sesaat (sa‘atan sa‘atan), seperti 
disebut dalam hadis riwayat Hanzalah, tetapi pengaruhnya menghunjam dalam 
kejiwaan pada anak, mempengaruhi persepsi dan mewarnai perilaku. Kelak anak 
menjadi insan mulia. Insya Alloh.

Wassalam,
agussyafii

---
Tulisan ini dibuat dalam rangka program kegiatan "Amalia Cinta Rasul" (ACR), 
Hari Sabtu, tanggal 20 Maret 2009 di Rumah Amalia, Jl. Subagyo Blok ii 1, no.23 
Komplek Peruri, RT 001 RW 09, Sud-Tim, Ciledug. TNG. silahkan kirimkan dukungan 
dan komentar anda di 087 8777 12 431 atau http://agussyafii.blogspot.com




      

Reply via email to