Insan Mulia Dalam Konstruksi Yang Terbaik 

By: agussyafii

Diskusi dengan anak-anak Pengajian Amalia selalu saja menarik, pertanyaan, "Kak 
agus, kenapa Allah SWT menciptakan dua telinga? kenapa tidak satu? hidung kita 
kenapa lubangnya dua, kenapa tidak tiga? pertanyaan-pertanyaan seperti ini 
hampir selalu saja saya temui setiap harinya.

Alquran juga menyebut bahwa Allah SWT telah menciptakan insan dalam kondisi 
mulia dengan konstruksi yang terbaik (laqad khalaqna al insane fi ahsani 
taqwim). Sebagian mufasir menyebut bentuk tubuh manusia sebagai tafsir dari 
ahsani taqwim (Q / 95:4), tetapi, sebenarnya yang lebih tepat, tafsir ahsani 
taqwim adalah struktur psikologis yang paling prima, karena ayat itu menyebut 
insan, dan bukan menyebut basyar. Sebagaimana tersebut di muka insan adalah 
makhluk psikologis, sementara bentuk tubuh yang indah merupakan karakteristik 
dari basyar.

Dalam Alquran terdapat terma al khair dan fahisyah. Al khair mengandung arti 
kebaikan normatif yang datangnya dari Allah SWT dan bersifat universal, seperti 
keadilan, kejujuran, berbakti kepada orang tua, menolong yang lemah. Pandangan 
ini secara fitri dimiliki oleh semua manusia sepanjang zaman, bahkan pada 
masyarakat primitif yang belum mengenal pendidikan. Sedangkan bagaimana cara 
menegakkan keadilan dan kejujuran, atau bagaimana caranya berbakti kepada orang 
tua, atau bagaimana caranya membela orang lemah, tidak lagi masuk kategori al 
khoir, tetapi masuk apa yang ada dalam Alquran disebut al ma’ruf, ya’muruna bi 
al ma’ruf (Q / 3:104). 

Ma’ruf adalah sesuatu yang secara sosial dipandang memiliki kepantasan. Secara 
lughawi, al ma’ruf artinya sesuatu yang diketahui, tetapi kemudian diartikan 
sebagai kebaikan; mengandung makna bahwa pada dasarnya secara fitri manusia 
mengetahui nilai-nilai kepantasan, nilai-nilai keputusan, yang secara sosial 
dipandang sebagai kebaikan. Sedangkan fahisyah mengandung arti sesuatu yang 
secara universal dipandang sebagai kekejian. Dalam Alquran (Q / 4:15) fahisyah 
sering digunakan untuk menyebut perbuatan zina. 

Artinya secara fitri semua manusia sepanjang sejarah kemanusiaan pada dasarnya 
mengerti bahwa hubungan seks diluar nikah (zina) adalah perbuatan keji. Para 
pezina profesional pun tersinggung jika istrinya dizinahi orang lain karena 
secara fitri zina adalah fahisyah, sesuatu yang jelas kekejiannya. Berbeda 
dengan fahisyah adalah munkar. Terma munkar disebut Alquran (wayanhauna’an al 
munkar) untuk menyebut perbuatan jahat yang diperdebatkan. Perbuatan munkar 
adalah kejahatan yang dilakukan sebagai wujud dari kecerdasan seseorang 
sehingga kejahatannya bisa disembunyikan atau dilapisi dengan logika, seakan 
perbuatan itu tidak jahat. Munkar adalah prestasi negatif dari kecerdikan. Mark 
up atau komisi adalah contoh perbuatan munkar, tidak nampak nyata kejahatannya, 
terhindar dari pasal-pasal hukum meskipun berdampak sangat buruk bagi kehidupan 
masyarakat.

Dalam surat as Syams ayat 9-10 tersebut di atas disebutkan bahwa sungguh 
beruntung manusia yang bisa memelihara kesucian jiwanya dan sungguh rugi orang 
yang mengotorinya. Ayat ini mengandung arti bahwa desain jiwa yang sempurna dan 
suci ini dapat ditingkatkan hingga menjadi suci secara aktual-disebut an nafs 
al muthma’innah-dan bisa juga terprosok kepada kehinaan sehingga menjadi kotor 
dan hina; disebut an nafs al ammarah. Jarak antara an nafs al muhma’innah dan 
an nafs al’ammarah itulah medan jati diri insan dimana terkadang berada dalam 
suasana psikologi lupa, terkadang mesra, dan terkadang bergejolak.

Desain awal jiwa manusia berikut berbagai karakteristiknya merupakan konsep 
baku dan universal yang diciptakan Allah SWT. Allah SWT menciptakan manusia 
bukan tanpa tujuan. Kerumitan dan kesempurnaan jiwa (dan raga) manusia sebagai 
makhluk menggambarkan keagungan Sang Pencipta. Semakin diteliti secara empirik 
akan semakin diketahui bahwa medan yang belum dikatahui justru semakin lebar. 
Perkembangan teori-teori psikologi, misalnya, dari teori psikoanalisa hingga 
psikologi humanistik menggambarkan bagimana manusia melakukan trial and error 
dalam merumuskan konsepsi manusia berdasarkan temuan empirik. Manusia bagaikan 
kumpulan orang buta yang berusaha merumuskan karakreristik gajah berdasarkan 
rabaan tangan mereka. 

Wacana kajian kecerdasan intelektual, emosional dan spiritual mengisyaratkan 
betapa banyaknya rahasia desain fitrah manusia yang hingga kini belum ditemukan 
secara empirik. Memang dalam Islam, manusia dipandang sebagai tajalli Allah 
SWT, sebagai perwujudan dari kebesaran Sang Pencipta. Manusia juga disebut 
sebagai mikrokosmos, sebagai miniatur alam semesta. Jika alam semesta bisa 
dipelajari hukum-hukumnya hingga Dinas Meterologi dan Geofisika bisa meramalkan 
kapan turun hujan, dan astronomi bahkan bisa meramalkan secara akurat kapan dan 
dimana terjadi gerhana total, demikian juga hukum-hukum (sunnatullah) yang 
berlaku pada jiwa manusia.

Tingkat pemahaman manusia terhadap anatomi manusia searti dengan kemampuannya 
memahami Sang Pencipta. Barang siapa bisa mengenal siapa dirinya, ia akan 
mengenal siapa Tuhannya, man’arafa nafsahu faqad’arafa robbahu; demikian kata 
bijak yang sudah dikenal sejak zaman Plato. Apa pun kata teori manusia, fitrah 
manusia, seperti yang disebut Alquran tidak berubah (Q / 30:30).

Secara umum fitrah sebagai potensi psikologis seperti yang disebutkan Alquran 
hanya disebut sebagai kemampuan memahami keburukan dan kebaikan. Akan tetapi, 
sesuai dengan kenyataan kehidupan bahwa manusia memang dipersiapkan Allah SWT 
untuk mengarungi kehidupan sebagai hamba, sebagai khalifah, sebagai makhluk 
sosial,  sebagai makhluk yang berpasangan, sebagai makhluk yang unik, maka, 
dalam potensi awal itu niscaya sudah pula dipersiapkan oleh Sang Pencipta 
segala subpotensi yang diperlukan  ketika manusia hidup secara aktual sebagai 
manusia di tengah masyarakat manusia. Misalnya ketika jatuh cinta, menghadapi 
ancaman, ketika bersaing, ketika menyadari kemampuannya, ketika menyadari 
kelemahannya, dan realitas lainnya.


Wassalam,
agussyafii

--
Tulisan ini dibuat dalam rangka program kegiatan "Amalia Cinta Rasul" (ACR), 
Hari Kamis, tanggal 26 Maret 2009 di Rumah Amalia, Jl. Subagyo Blok ii 1, no.23 
Komplek Peruri, RT 001 RW 09, Sud-Tim, Ciledug. TNG. silahkan kirimkan dukungan 
dan komentar anda di 087 8777 12 431 atau http://agussyafii.blogspot.com

    



      

Kirim email ke