http://nasional. kompas.com/read/xml/2009/03/17/ 2113334/prabowo.kasus.jatim. 
sangat.mencemaskan

SIDOARJO, KOMPAS.com - Calon Presiden dari Partai Gerakan Indonesia Raya, 
Prabowo Subianto, mengaku sangat cemas dan khawatir dengan kejadian mundurnya 
mantan Kapolda Jatim Inspektur Jenderal (Pol) Herman Surjadi Sumawiredja dari 
kepolisian. Seperti diwartakan, mundurnya Herman terkait kekecewaannya dicopot 
dari jabatannya tadi, menyusul kasus dugaan pemalsuan Daftar Pemilih Tetap 
(DPT) dalam pemilihan Gubernur Jawa Timur di sejumlah kabupaten beberapa waktu 
lalu.

Usai menggelar kampanye nasional perdana Partai Gerindra di Sidoarjo, Jawa 
Timur, Selasa (17/3), Prabowo, juga mendesak Komisi Pemilihan Umum (KPU) segera 
menyerahkan DPT, yang sampai saat ini tidak kunjung diberikan. "Kejadian itu 
sangat mencemaskan, apalagi ketika sebagai bangsa kita ini sudah sama-sama 
sepakat memilih jalan berdemokrasi dalam mengatur kehidupan berbangsa dan 
bernegara di Indonesia," ujar Prabowo.

Dengan begitu, jika sampai terdapat kecurangan yang dilakukan secara sistematis 
oleh institusi negara terkait, hal seperti itu dinilai Prabowo sangat 
membahayakan kehidupan berdemokrasi sekaligus masa depan bangsa Indonesia.

Partai Gerindra, tambah Prabowo, mendesak pihak terkait segera menjawab dan 
memberi penjelasan menyusul langkah drastis yang diambil seorang perwira tinggi 
mantan pejabat Kapolda Jatim tersebut. "Selain itu kami juga minta KPU segera 
menyerahkan DPT secepatnya, baik hard-copy maupun soft-copy. Sekarang pemilu 
legislatif sudah tinggal kurang dari sebulan lagi. Kok DPT masih belum ada 
juga. Hal seperti itu berbahaya, DPT harus segera diserahkan," tegas Prabowo.

Lebih lanjut Prabowo menegaskan dirinya dan Partai Gerindra akan berinisiatif 
menggagas pertemuan dengan sejumlah parpol lain untuk membahas persoalan 
tersebut dan sekaligus untuk memutuskan langkah bersama apa yang dapat 
ditempuh. "Nanti kita akan bahas bersama soal itu. Sekarang kami sudah 
bicarakan dengan Partai Kebangkitan Bangsa KH Abdurrahman Wahid dan bersma 
mungkin kami juga akan undang yang lain. Kalau benar ada seperti itu berbahaya 
sekali," ujar Prabowo.

DWA


http://nasional. kompas.com/ read/xml/ 2009/03/18/ 05032275/ 
Manipulasi.DPT.Bisa.Bahayakan.Demokrasi

Manipulasi DPT Bisa Bahayakan Demokrasi

JAKARTA, KOMPAS.com - Dugaan manipulasi daftar pemilih tetap seperti yang 
terjadi pada Pemilihan Kepala Daerah Jawa Timur harus dicegah agar tidak 
terjadi dalam Pemilihan Umum 2009. Praktik-praktik semacam itu dapat merusak 
dan membahayakan bangunan demokrasi Indonesia.

"Apa yang terjadi di Sampang dan Bangkalan saat Pilkada Jatim adalah amat 
kasar," kata Sekretaris Jenderal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Pramono 
Anung, Selasa (17/3).

Sebelumnya, mantan Kepala Kepolisian Daerah Jatim Inspektur Jenderal Herman 
Surjadi Sumawiredja mengatakan, pemalsuan DPT di Bangkalan dan Sampang diduga 
mencapai 345.034 orang atau 27,65 persen dari total pemilih yang jumlahnya 
1.244.619. Herman telah menyatakan mengundurkan diri karena kecewa diintervensi 
Mabes Polri saat menangani kasus itu (Kompas, 17/3).

Pramono mengingatkan, dengan persiapan pemilu seperti sekarang, antara lain di 
tengah minimnya sosialisasi dan adanya perubahan tata cara pemberian suara dari 
mencoblos ke mencontreng, kecurangan serupa dikhawatirkan akan mudah kembali 
terulang.

"Kondisi ini akan mempermudah terjadinya kecurangan seperti yang terjadi di 
Sampang dan Bangkalan. Ada satu NIK yang digandakan hingga puluhan kali," kata 
Pramono.

Hal senada disampaikan Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Partai Golkar Muhammad 
Jusuf Kalla, yang juga Wakil Presiden. Menurut dia, setiap indikasi kecurangan 
dalam proses pemilu, termasuk pemilihan langsung kepala daerah, dapat 
membahayakan kelangsungan proses demokrasi.

"Oleh sebab itu, jika ada yang tidak jujur dan tidak adil dalam proses pemilu, 
tidak boleh dibiarkan," kata Kalla dalam pernerbangan kampanye menuju Provinsi 
Sumatera Utara.

Di Sidoarjo, calon presiden dari Partai Gerakan Indonesia Raya, Prabowo 
Subianto, mengaku sangat cemas dan khawatir dengan kejadian di Jatim itu.. 
Prabowo mendesak KPU segera menyerahkan DPT, yang sampai saat ini tidak kunjung 
diberikan.

"Kejadian itu sangat mencemaskan, apalagi ketika sebagai bangsa kita ini sudah 
sama-sama sepakat memilih jalan berdemokrasi dalam mengatur kehidupan berbangsa 
dan bernegara di Indonesia," ujar Prabowo seusai berkampanye di Sidoarjo, Jatim.

Menurut Prabowo, jika sampai terdapat kecurangan yang dilakukan secara 
sistematis oleh institusi negara terkait, hal seperti itu sangat membahayakan 
kehidupan berdemokrasi sekaligus masa depan bangsa Indonesia.

Partai Gerindra, lanjut Prabowo, mendesak pihak terkait segera menjawab dan 
memberikan penjelasan menyusul langkah drastis yang diambil seorang perwira 
tinggi mantan pejabat Kepala Polda Jatim tersebut.

Ketua Umum Partai Hati Hurani Rakyat Wiranto menuturkan, partainya bersama 
sembilan partai lain yang tergabung dalam Poros Penegak Kebenaran (PPK) 
mendesak adanya transparansi dalam penentuan DPT. KPU harus membuka diri untuk 
membeberkan DPT di setiap daerah pemilihan.

"Kasus di Jatim juga harus diusut tuntas. Dengan cara ini, akan terbangun 
kepercayaan dari parpol dan masyarakat. Kemungkinan terjadinya kecurangan 
seperti yang diduga terjadi di Sampang dan Bangkalan dapat dicegah," kata 
Wiranto.

Ketua Partai Demokrat Anas Urbaningrum menyatakan percaya jika KPU telah 
menyusun dan menetapkan DPT berdasarkan data yang benar dan telah melewati 
tahap verifikasi. Namun, di lapangan, pengawasan perlu dilakukan.

Tak bisa jamin

Menanggapi kekhawatiran kejadian di Jatim terulang pada Pemilu 2009, Ketua KPU 
Abdul Hafiz Anshary tidak bisa menjamin DPT akan bersih dari manipulasi. Ia 
hanya menegaskan, KPU akan berupaya semaksimal mungkin mencegah adanya 
manipulasi data pemilih.

"KPU sudah meminta KPU se-Indonesia untuk menginventarisasi data pemilih. Kalau 
ada nama ganda atau salah, kami minta supaya dicoret. Ini masih boleh dilakukan 
pada waktu pemilihan (hari-H pemungutan suara)," tutur Hafiz.

Dalam kaitan itu, tim kuasa hukum mantan pasangan calon gubernur-wakil gubernur 
Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa-Mudjiono (Kaji), M Makruf, mengatakan, 
Kaji ingin ada kejelasan atas kelangsungan laporan mereka tentang manipulasi 
DPT Pilkada Jatim. "Kalau memang dinilai tidak layak, kami minta Polda 
menerbitkan SP3 (surat perintah penghentian penyidikan) atas kasus ini," ungkap 
Makruf.

Sementara itu, Fahmi Bachmid, kuasa hukum mantan Ketua KPU Jatim Wahyudi 
Purnomo, mengatakan, penetapan Ketua KPU (saat itu) sebagai tersangka pemalsuan 
DPT adalah salah alamat. Sebab, pembentukan DPT tidak dilakukan KPU.

Secara terpisah, Wakil Kepala Polri Komisaris Jenderal Makbul Padmanagara 
membantah Mabes Polri melakukan intervensi terhadap perkara dugaan pemalsuan 
DPT Jatim. Makbul mengatakan, Polri wajib melalukan supervisi terhadap 
anggotanya supaya penanganan perkara tidak melenceng.

Makbul mengatakan, Mabes Polri tidak bisa disebut mengintervensi dalam perkara 
tersebut. Melalui Kepala Badan Reserse Kriminal Mabes Polri Komisaris Jenderal 
Susno Duadji, Polri memberikan supervisi atas perkara tersebut. Susno, lanjut 
Makbul, berkewajiban melakukan supervisi itu dalam kapasitasnya sebagai pembina 
fungsi teknis dalam reserse.

Di Istana Negara, Kepala Polri Jenderal (Pol) Bambang Hendarso Danuri juga 
menampik tuduhan adanya intervensi dalam kasus Jatim itu.

"Kalau satu kasus belum dilakukan penyidikan, apa bisa kita katakan ada 
tersangka. Ingat, ini kasus tindak pemilu. Yang harus melaporkan itu Panwas. 
Saat itu tidak ada laporan dari Panwas. Ini perlu saya klarifikasi. Motifnya 
apa, tidak jelas. Yang dilakukan Kepala Polri bisa dipertanggungjawabk an," 
ujarnya.

Anggota Komisi Kepolisian Nasional, Novel Ali, mengatakan, polemik tersebut, 
bagaimanapun mengundang tanda tanya bagi publik terkait dengan profesionalitas 
Polri. Jika memang benar penyelidikan yang dilakukan Polda Jatim masih 
prematur, bagaimana bisa sudah ada penetapan tersangka.(nwo/ dwa/ina/raz/ dee/ 
abk/inu/sf/har/ mzw)

Sumber : Kompas Cetak
 
 
http://www.jawapos. com/
WAPRES JUSUF KALLA : SIDIK PENGAKUAN MANTAN KAPOLDA JATIM
 
Wakil Presiden Jusuf Kalla meminta Polri segera melakukan penyelidikan terkait 
pengunduran diri sekaligus pengakuan mantan Kapolda Jatim Irjen Pol (pur) 
Herman Suryadi Sumawiredja. Dia meminta lembaga tertinggi polisi itu mencermati 
setiap indikasi adanya pelanggaran.

''Kita kan sepakat bahwa pemilu, termasuk di dalamnya pilkada, harus jujur dan 
adil. Setiap indikasi terjadinya pelanggaran harus dicermati dan diperhatikan, 
'' tegasnya di sela-sela perjalanan Jakarta-Medan dalam rangka kampanye 
kemairn. 

Apa yang disampaikan Herman, kata JK, harus dipelajari. Namun, yang ditekankan, 
kata dia, bukan pada intervensinya. Tapi, pada muatan pelanggaran itu. Yakni, 
adanya penggelembungan suara dengan pemilih fiktif. ''Kalau soal intervensi, 
kan sudah ada strukturnya di kepolisian. Yang penting muatan pelanggaran itu. 
Apakah memang ada,'' katanya.

Menurut JK, itu lebih penting daripada membahas intervensi. Sebab, apabila 
pelanggaran benar-benar terjadi, insiden itu akan mencoreng proses 
demokratisasi di Indonesia. Apalagi, dari segi penyelidikan kasus itu dianggap 
selesai. 

''Ini akan menunjukkan bahwa pemilu tidak kredibel. Masyarakat jadi tidak 
percaya. Kalau masyarakat tidak percaya pada demokrasi, susah kita. Karena 
demokrasi itu intinya adalah pada kepercayaan rakyat,'' katanya.

Polri, kata JK, harus mengusut tuntas kasus tersebut. Hal itu agar pelanggaran 
serupa tidak terjadi pada pemilu yang segera digelar. ''Kalau itu terjadi lagi, 
pemilu akan cacat jurdil,'' katanya.



Kirim email ke