Bumi menangis, kemelaratan membebani kehidupan manusia.

  ----- Original Message ----- 
  From: peduli.hutan 
  To: CIKEAS@yahoogroups.com 
  Sent: Sunday, March 29, 2009 10:36 AM
  Subject: CiKEAS> Dicari Reporter Hijau (Green Reporter Indonesia), Pingin?


  Bumi kini sedang menangis sedih. Tetumbuhan tengah dilanda lara-lapa yang 
sangat, akibat tertimpuk oleh gergaji dan kampak-kampak yang tak kenal ampun. 
Air dan tanahnya juga sedang termehek-mehek menahan lukanya yang terlalu amat, 
akibat terkooptasi oleh berbagai limbah yang mematikan mereka. Global warming, 
benar-benar menjadi ancaman yang sedang melilit denyut nadi keselamatan bumi 
dan lingkungan hidup ini.

  Semata-mata demi usaha maksimal penyelamatan dunia dari ancaman global 
warming lengkap dengan musibah-musibah yang menyertainya akibat kerusakan 
lingkungan hidup yang mengakut dan kronis; jelaslah dibutuhkan kesadaran 
kolektif dari kita semua. Langkah jitu pertama yakni menstimulusi agar setiap 
orang bisa menjadi "WargaHijau"-yakni orang-orang yang peduli (cinta, tresno, 
love, hubb, libbe) pada upaya-upaya pelestarian alam dan lingkungan hidup. Pada 
tataran selanjutnya diperlukan para juru warta, penulis, inspirator yang kuasa 
memercik-percikkan informasi tentang urgensitas pelestarian lingkungan hidup di 
tengah masyarakat. Maka kehadiran "Pewarta Hijau (Green Reporter)" menjadi 
perkara paling substantif yang tak bisa ditawar-tawar lagi.

  Memang, upaya-upaya penyelamatan lingkungan hidup tak harus perlu dimulai via 
langkah-langkah yang membutuhkan biaya finansial tinggi. Langkah-langkah kecil, 
taktis tetapi secara kontinyu digencarkan semisal seorang petani yang rajin 
menanam satu tanaman setiap minggu sekali, termasuk juga langkah cerdas. 
Memelihara kelinci untuk memakan sampah-sampah (limbah) organik di rumah tangga 
kita serta membuat lubang sampah pada tanah, memakai air (hidrogen monoksida) 
seirit mungkin, dan masih banyak lagi-pun include dalam usaha-usaha 
melestarikan lingkungan hidup.

  Boleh dikata, saat ini-bulatan pejal tanah liat raksasa bernama bumi yang 
kini dihuni hampir 7 miliar manusia lengkap dengan multispesies fauna dan 
jenis-jenis tumbuhan, tengah berada di ujung pintu gerbang "big bang" mesin 
penghancur batu. Kalau kita rajin membaca-baca berbagai jurnal ilmiah atau 
minimal telaten mengudap-kudapi media cetak dan elektronik, ternyata kerusakan 
lingkungan di jagat raya ini kian parah. Bulu kuduk kita dijamin seribu persen 
bisa dibikin berlari-lari ke sana kemari pascatahu ancaman "kiamat" segera 
datang akibat ulah kerakusan tabiat umat manusia sendiri. Sebab nasib bumi 
sedang dalam status "gawat darurat" alias dinyatakan "Save Our `SOS' Soul".

  Detik-detik ini pula, para pemimpin negeri berpenghuni 230 juta ini masih 
minim yang peduli pada kelestarian lingkungan hidup. Para pengusaha, 
konglomerat juga bisa dihitung dengan jempol berapa banyak yang peduli pada 
kelestarian alam. Artinya, sementara ini kita tak bisa menggantungkan dua 
ratus, tiga ratus persen akan nasib perbaikan dan kelestarian lingkungan hidup 
hanya kepada kaum konglomerat dan pemimpin negeri ini. Toh, mereka mayoritas 
tidak banyak peduli. Itu cuma jadi bahan retorika yang terus utopis.

  Dengan demikian, amat dibutuhkan kesadaran mutlak kita (umat/rakyat) 
sendiri-yang jumlahnya lebih mendominasi untuk melakukan gerakan swadaya nan 
terstruktur untuk mencari solusi cerdas atas kerusakan lingkungan hidup itu. 
Para petani yang amat melekat dengan kehidupan alam, yang jumlahnya jutaan 
orang itu bisa segera diberdayakan (bukan malah diperdayai) untuk melakukan 
gerakan massal peduli nasib lingkungan. Pedagang, pelajar, mahasiswa dan buruh 
pabrik juga perlu diprovokasi agar segera melek lingkungan hidup.

  Serupa dengan itu; para nelayan, polisi, tukang parkir, karyawan swasta dan 
profesi lain yang tak tercatat dalam peta pekerjaan formal-bisa memprakarasai 
munculnya kesadaran kolektif untuk care pada alam, hewan, tumbuhan dan 
kelestarian bumi ini. Penting pula membangunkan kepedulian dan partisipasi para 
budayawan, sineas, aktor/aktris, penulis, jurnalis, tokoh agama dan pejabat 
selalu mendahulukan kelestarian lingkungan hidup.

  Guna menumbuhkan kesadaran dalam melestarikan lingkungan hidup itulah, maka 
Yayasan Peduli Hutan "YPHL" Lestari secara terbuka mengajak Anda tanpa mengenal 
batasan usia, perbedaan SARA, gender dan ras serta bahasa, bangsa-untuk jadi 
voluenteer Pewarta Hijau (Green Reporter Indonesia) dalam lingkup komunitas 
"WargaHijau (Green Citizen Indonesia)" 

  Bagi Anda yang tertarik, cukup dipersilahkan kirim email maupun Curriculum 
"CV" Vitae-nya ke alamat email: 
  reporter[at]wargahijau.org


  

Kirim email ke