Dear moderator, maaf numpang posting. Terima kasih.
Kursus Jurnalisme Sastrawi – Pantau Angkatan XVII Jakarta, 25 Mei – 5 Juni 2009 ”Pola kerja media hari ini tak pernah lengkap menceritakan sesuatu, apabila hanya berupa straight news. Itu hanya short memory. Hari ini menulis gempa, esoknya tsunami, besoknya lagi BBM.”Goenawan Mohamad, Guest spekar kelas jurnalisme sastrawi angaktan ke XV Juni 2008 “Berita buruk bagi industri koran di dunia adalah kita mulai kehilangan relevansi. Apa yang disajikan koran sebenarnya sudah bukan berita lagi. Tapi news rewriter.” Endy Bayuni, guest speaker kelas jurnalisme sastrawi angkatan ke XVI januari 2009 Hari ini hampir tak ada warga yang mendapatkan breaking news dari suratkabar. Mereka mendapatkannya dari televisi, radio, SMS, telepon atau internet. Tantangan baru muncul: bagaimana cara menulis panjang? Bukankah relevansi suratkabar makin terletak pada kemampuannya menyajikan analisis? Inilah pentingnya The New Journalism. Ia mengawinkan disiplin paling keras dalam jurnalisme dengan daya pikat sastra. Ibarat novel tapi faktual. Gerakan ini dimunculkan Tom Wolfe pada 1973 di New York. Genre ini kemudian dikenal dengan nama literary journalism atau narrative reporting. Suratkabar-suratkabar Amerika banyak memakai elemennya ketika kecepatan televisi dan dotcom memaksa mereka tampil dengan laporan-laporan yang analitis dan mendalam. Suratkabar tak mungkin bersaing cepat dengan televisi. Pantau mulai mengadakan kursus ini tahun 2001. Total, Pantau sudah mengadakan 16 kali kursus. Peserta datang dari berbagai kota, dari Banda Aceh hingga Jayapura. Alumninya, kini mulai bermunculan. Ada yang menulis buku. Ada yang jadi pemimpin redaksi. Ada yang sekolah lanjut. INSTRUKTUR Janet Steele -- Profesor dari George Washington University, spesialisasi sejarah media, mengajar mata kuliah narrative journalism. Menulis buku The Sun Shines for All: Journalism and Ideology in the Life of Charles A. Dana dan Wars Within: The Story of Tempo, an Independent Magazine in Soeharto’s Indonesia, yang ahlibahahaskan oleh Arif Zulkifli dan diterbitkan oleh P..T. Dian Rakyat tahun 2007. Juga menulis tentang jurnalisme di Timor Leste dan Malaysia. Andreas Harsono -- Wartawan feature service Pantau, anggota International Consortium of Investigative Journalists, mendapatkan Nieman Fellowship di Universitas Harvard. Menyunting buku Jurnalisme Sastrawi: Antologi Liputan Mendalam dan Memikat. Kini menyelesaikan buku From Sabang to Merauke: Debunking the Myth of Indonesian Nationalism, membahas hubungan media dengan kekerasan etnik, agama dan nasionalisme di Indonesia dan Timor Lorosae. INSTRUKTUR TAMU Lin Neumann -- konsultan Southeast Asia Press Alliance, Senior editor Jakarta Globe. SYARAT DAN BIAYA Kursus ini akan berlangsung dua minggu. Peserta adalah orang yang biasa menulis untuk media. Setidaknya berpengalaman sekitar lima tahun. Peserta maksimal 16 orang agar pengampu punya perhatian memadai buat semua peserta. Calon peserta diharapkan mengirim biodata dan contoh tulisan agar pengampu mengetahui kemampuan dasar peserta lebih awal. Biaya Rp 3 juta. Biaya tersebut sudah termasuk buku dan materi kursus non buku sekitar 200 halaman serta coffee break dan makan siang. Informasi: Siti Nurrofiqoh P a n t a u Jl.. Raya Kebayoran Lama No 18 CD Jakarta Selatan 12220 Telp/Fax. 021 722-1031/021-7221055 Email. siti_pan...@yahoo.com Website. www.pantau.or.id Mobile. 0813 82 460 455 – 0858 1414 5669 Lebih aman saat online. Upgrade ke Internet Explorer 8 baru dan lebih cepat yang dioptimalkan untuk Yahoo! agar Anda merasa lebih aman. Gratis. Dapatkan IE8 di sini! http://downloads.yahoo.com/id/internetexplorer/