=================================================  
THE WAHANA DHARMA NUSA CENTER [WDN_Center] 
Seri : "Membangun spirit, demokrasi, konservasi sumber daya, 
           nasionalisme, kebangsaan dan pruralisme Indonesia."  
================================================= 
[Spiritualism, Nationalism, Resources, Democration & Pruralism Indonesia 
Quotient] 
Menyambut Pesta Demokrasi 5 Tahunan - PEMILU 2009.  
"Belajar menyelamatkan sumberdaya negara untuk kebaikan rakyat Indonesia." 
ANALISIS EKONOMI 
Pemilu dan Janji Perubahan 
Senin, 6 April 2009 | 02:56 WIB 
Oleh : FAISAL BASRI 
Perubahan adalah kata yang paling banyak diusung selama masa kampanye Pemilihan 
Umum 2009 ini. Memang, pemilu merupakan sarana untuk melakukan pembaruan 
kontrak politik, menuju kehidupan berbangsa dan bernegara yang lebih baik. 
Partai yang sedang berkuasa mengklaim keberhasilan yang telah dicapai dan 
berjanji akan lebih baik lagi kalau kembali berkuasa. Sejumlah partai, terutama 
partai-partai baru, menawarkan perubahan mendasar, pembalikan haluan ekonomi, 
dan perombakan strategi pembangunan. Seberapa menjanjikan perubahan itu? 
DPR mendatang akan sangat berbeda. Jumlah partai di DPR akan menciut, 
diperkirakan tak akan lebih dari 10 partai, sebagai konsekuensi penerapan 
parliamentary threshold 2,5 persen. 
Ketentuan peraih suara terbanyak, bukan nomor urut calon anggota legislatif, 
yang berhak melenggang ke Senayan, membuat sebagian besar anggota DPR yang ada 
sekarang akan tergusur. 
Muka-muka baru yang akan muncul adalah politisi yang sudah teruji paling dekat 
dengan rakyat. Hubungan mereka dengan pemilihnya lebih langsung, tak lagi 
tersekat oleh birokrasi partai. 
Sebagai anggota DPR, mereka akan senantiasa menjaga hubungan dengan 
konstituennya. Berdasarkan mazhab rational choice (pilihan rasional), hanya 
dengan berbuat demikian mereka akan bisa berhasil sebagai politisi dalam 
menapaki jenjang-jenjang kekuasaan yang lebih tinggi. 
Untuk itu, mereka akan memperjuangkan alokasi anggaran lebih besar bagi daerah 
pemilihannya, dan memastikan pelaksanaannya sesuai dengan tujuan. 
Akan lebih lengkap lagi apabila anggota DPR mewujudkan janji-janji kampanye 
mereka dengan makin produktif menelurkan undang-undang yang bermutu. 
Penataan institusi 
Pembangunan dan penataan institusi adalah tantangan terberat bagi anggota DPR 
baru. Dengan institusi yang baik, kepastian bagi perbaikan yang terukur akan 
lebih terhadirkan. 
Harapan tersebut akan terwujud apabila anggota DPR mau lebih banyak mendengar, 
mengundang, lebih sering melakukan public hearing, dan lebih kerap mendengar 
langsung keluhan konstituennya. 
Tak boleh lagi proses pengambilan keputusan dilakukan secara tertutup di 
hotel-hotel mewah. 
Hubungan antara DPR dan pemerintah tampaknya juga akan mengalami perubahan. 
Dengan jauh lebih sedikit partai di DPR, pengelompokan antara partai-partai 
pendukung pemerintah dan partai-partai oposisi akan lebih tegas sehingga 
meningkatkan efektivitas pemerintahan dan fungsi checks and balances. 
Pemilu legislatif kali ini sudah memberikan petunjuk sementara ke arah mana 
pengelompokan yang bakal terjadi. Pengelompokan tampaknya tak berdasarkan 
orientasi ideologis yang kental, atau bahkan tak berorientasi ideologi sama 
sekali. 
Buktinya, penjajakan koalisi sangat cair dan bisa berubah setiap saat. Bertolak 
dari kecenderungan ini, bisa diduga bahwa perubahan mendasar masih sangat sulit 
terjadi. 
Partai-partai besar yang ada sekarang masih akan menjadi penentu utama karena 
merekalah yang paling berpeluang untuk mengajukan calon presiden dan wakil 
presiden. 
Dengan kemungkinan konfigurasi politik pascapemilu seperti itu, kita tak bisa 
berharap terjadi perubahan radikal. Ruang gerak yang cukup terbuka baru sebatas 
bagi perbaikan gradual. Masalahnya, bagi Indonesia, lebih baik saja tak cukup. 
Harus ditata ulang 
Dewasa ini kita sedang berada di tengah krisis ekonomi global. 
Persoalan-persoalan fundamental mengemuka. Makin disadari bahwa perekonomian 
dunia yang berlandaskan financially-driven capitalism dewasa ini sangat rapuh, 
dan oleh karena itu harus ditata ulang. 
Ironisnya, perekonomian Indonesia berada di jalur yang sesat itu, dan kian 
terseret di dalamnya. Lebih mengkhawatirkan lagi, kita tak memiliki 
jaring-jaring pengaman yang memadai sehingga sangat rentan dalam menghadapi 
guncangan eksternal. 
Modal dasar kita yang sebetulnya cukup memadai untuk menggerakkan perekonomian 
domestik bisa porak-poranda seketika akibat kerapuhan sektor finansial kita. 
Lalai 
Kita lalai membangun basis kekuatan domestik. Segala potensi yang kita miliki, 
termasuk pendanaan, tak didayagunakan. Pemerintahan sekarang belum menunjukkan 
keberhasilan nyata dalam penerimaan pajak. 
Nisbah pajak (tax ratio) tetap saja bertengger di aras 12 persen, dengan 
kecenderungan yang menurun. Juga kegagalan memoneterisasikan kekayaan alam kita 
sehingga belum kunjung menjadi berkah bagi pembangunan. 
Kelalaian itulah yang membuat kita semakin bergantung pada luar negeri. 
Akibatnya, utang pemerintah kian menumpuk, itu pun hanya sebatas untuk memenuhi 
kebutuhan jangka pendek, untuk tahun ini semata. 
Pemerintah tak mampu mengalokasikan cukup dana untuk paket stimulus agar 
perekonomian tak terempas dalam oleh dampak krisis global. 
Tantangan berat yang kita hadapi tak bisa hanya dibebankan kepada partai dan 
politisi. Setelah mencontreng nanti, tugas kita belum selesai. Segala tuntutan 
dan konsep perubahan harus terus dikumandangkan dan dikawal. 
Selama 11 tahun sejak reformasi, masyarakat dan dunia usaha sudah membuktikan 
bahwa mereka mampu berubah. Sekarang, saatnya kita mengawal perubahan yang 
lebih hakiki. Memilih wakil-wakil rakyat yang terbaik adalah langkah awalnya. 
[Faisal Basri Pengamat Ekonomi] 
------- 
Menuju Indonesia sejahtera, maju dan bermartabat! 
Best Regards, 
Retno Kintoko 
  
The Flag 
Air minum COLDA - Higienis n Fresh ! 
ERDBEBEN Alarm 



 
SONETA INDONESIA <www.soneta.org>
Retno Kintoko Hp. 0818-942644
Aminta Plaza Lt. 10
Jl. TB. Simatupang Kav. 10, Jakarta Selatan
Ph. 62 21-7511402-3 
 


      

Kirim email ke