Tingkatan Kualitas Nafs

By: Prof. Dr. Achmad Mubarok MA

Seperti telah dijelaskan dalam surat al-Syams 9-10 bahwa nafs itu diciptakan 
Allah SWT secara sempurna, tetapi ia harus tetap dijaga kesuciannya, sebab ia 
bisa rusak jika dikotori dengan perbuatan maksiat. Kualitas nafs tiap orang 
bereda-beda berkaitan dengan bagaimana usaha menjaganya dari hawa (QS 
al-Na-ziat/79:40), yakni dari kecendrungannya kepada syahwat, karena menuruti 
dorongan syahwat itu, seperti yang dikatakan oleh al-Marâghi, merupakan tingkah 
laku hewan yang dengan itu manusia telah menyia-nyiakan potensi akal yang 
menandai keistimewaannya.

Dalam bahasa Indonesia, syahwat yang menggoda manusia sering disebut dengan 
istilah hawa nafsu, yakni dorongan nafsu yang cendrung bersifat rendah.

Al-Quran membagi tingkatan nafs pada dua kelompok
 besar, yaitu nafs martabat tinggi dan nafs martabat rendah. Nafs martabat 
tinggi memiliki oleh orang-orang takwa, yang takut kepada Allah dan berpegang 
teguh kepada petunjuk-Nya serta menjauhi larangan-Nya. Sedangkan nafs martabat 
rendah memiliki oeh orang-orang yang menentang perintah Allah SWT dan yang 
mengabaikan ketentuan-ketentuan-Nya, serta orang-orang yang sesat, yang 
cenderung berperilaku menyimpang dan melakukan kekejian serta kemungkaran.

Secara ekplisit al-Quran menyebut tiga jenis nafs, yaitu
1. (al-nafs al-muthmainnah),
2. (al-nafs al-lawwamah), dan
3. (al-nafs al-ammarah bi al-su)

Ketiga jenis nafs tersebut merupakan tingkatan kualitas, dari yang terendah 
hingga yang tertinggi. Ayat-ayat yang secara ekplisit menyebut ketuga jenis 
nafs itu adalah sebagai berikut:

Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi 
diridlai-Nya. Maka masuklah ke dalam jama’ah hamba-Ku, dan masuklah
 kedalam surga-Ku (QS. al-Fajr / 89-27-30).

Aku besumpah dengan hari kiamat, dn aku bersumpah dengan jiwa amat 
menyesali(dirinya senderi) (QS al-Qiyamah / 75:1-2).

Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu 
itu selalu menyuruh kapada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh 
Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha penyayang (QS Yusuf / 
12:53).

Di samping tiga penggolongan tersebut, al-Qur’an juga menyebut term pada anak 
yang belum dewasa, seperti tersebut dalam surat al-Kahf / 18:73:

Maka berjalanlah keduanya hingga ketika keduanya berjumpa dengan seorang anak, 
maka khidir membunuhnya. Musa berkata: mengapa kamu bunuh jiwa yang suci, bukan 
dia membunuh orang lain? Sesungguhnya kamu telah melakukan sesuatu yang mungkar 
(QS. al-Kahf / 18-74).

Maka empat tingkatan itu dapat digambarkan bahwa pada mulanya, yamni ketika 
seorang manusia belum mukallaf, jiwamya masih
 suci (zakiyah). Ketika sudah mencapai mukallaf dan berinteraksi dengan 
lingkungan kehidupan yang menggoda, jika ia merspons secara positif terhadap 
lingkungan hidupnya maka nafs itu dapat meningkat menjadi nafs muthma’innah 
setelah terlebih dahulu memproses di dalam tingkatan nafs lawwamah telah 
mencapai tingkat muthma’innah pastilah ia menyandang predikat zakiyah pula. 
Akan tetapi jika nafs itu merespon lingkungan secara negative, maka ia dapat 
menurun manjadi nafs ammarah dengan segala karaterristik buruknya.

sumber, http://mubarok-institute.blogspot.com

Wassalam,
agussyafii

--
Tulisan ini dalam rangka kampanye program 'Amalia Cinta Bumi (ACIBU) Minggu, 
tanggal 17 Mei 2009, di Rumah Amalia, Jl. Subagyo Blok ii 1, no.23 Komplek 
Peruri, RT 001 RW 09, Sud-Tim, Ciledug. TNG. Program 'Amalia Cinta Bumi 
(ACIBU)' mengajak. 'Mari, hindari penggunaan kantong plastik berlebihan,
 bawalah kantong belanja sendiri. Sebab Kantong plastik jenis polimer sintetik 
sulit terurai- Bila dibakar, menimbulkan senyawa dioksin yang membahayakan- 
Proses produksinya menimbulkan efek berbahaya bagi lingkungan.' Mari kirimkan 
dukungan anda pada program 'Amalia Cinta Bumi' (ACIBU) melalui 
http://agussyafii.blogspot.com atau sms 087 8777 12431


      

Kirim email ke