================================================   
THE WAHANA DHARMA NUSA CENTER [WDN_Center] 
Seri : "Membangun spirit, demokrasi, konservasi sumber daya, 
           nasionalisme, kebangsaan dan pruralisme Indonesia."  
================================================= 
[Spiritualism, Nationalism, Resources, Democration & Pruralism Indonesia 
Quotient] 
Menyambut Pesta Demokrasi 5 Tahunan - PEMILU 2009.  
"Belajar menyelamatkan sumberdaya negara untuk kebaikan rakyat Indonesia." 
PEMILU : Aman, lancar dan damai 
Kerja keras serentak pekerjaan KPU oleh Panitia Pemilu Setempat (PPS) di 
seluruh Indonesia tanggal pada hari Kamis, 9 April 2009 patut mendapat acungan 
jempol. Luar biasa sukses! Namun ketidaksempurnaan dan ketidak cermatan KPU 
menginventaris DPT pun sangat bertentangan dengan maksud dan tujuan pemilu itu 
sendiri. Saat ini masyarakat semakin paham mana yang urgent dan penting dan 
mana yang tidak perlu. Dan kejadian ini tidak boleh terulang di Pilpres Juli 
2009 mendatang. 
Saya melihat para pelaksana pemilu di TPS 2 di sekitar tempat tinggal kita 
sangat tekun melaksanakan tugasnya, dengan penuh semangat menuntaskan tugas 
rumitnya perhitungan dan prosedural laporan pelaksanaan di TPS, sehingga harus 
di selesaikan hingga larut malam bahkan di banyak tempat selesai hingga dini 
hari [sedangkan hasil data instant pun sudah beterbangan kemana2 sejak sore 
hari]. Ada beberapa TPS yang pintar saat menunggu masyarakat giliran 
mencontreng sudah/langsung melaksanakan/mencicil pekerjaan sehingga laporan 
bisa selesai lebih cepat dari TPS lain, karena apabila mengikuti prosedur yang 
ditetapkan KPU maka cenderung selesai larut malam bahkan hingga dini hari. 
Itulah bagian wujud dharma rakyat kepada bangsanya.
Lancar tenang dan damai 
Prediksi pemilu berjalan ramai dan tegang ternyata justru berjalan aman, tenang 
dan damai. Memang ada banyak peristiwa yang mengemuka, diantaranya; tidak 
tercantumnya banyak pemilih di DPT domisili mereka tinggal, bahkan istri pak RT 
juga ada yang menjadi korban ‘DPT error’. Kita tidak tahu apakah hal tersebut 
disengaja atau kelalaian manusiawi [human error], hal ini menjadi penting 
menjadi perhatian pihak terkait; KPU dan pemerintah. 
Pemilu kali ini rupanya sudah berganti wajah, dan sifatnya, walaupun tidak 
mengubah maksud, tujuan dan esensinya. Masyarakat semakin tambah mengerti, 
tambah pintar dan tambah sadar apa dan bagaimana sebenarnya pemilu itu 
dilaksanakan. Sikap masyarakat semakin dewasa, elegan dan tahu mana yang 
penting dan perlu, sehingga lebih bermartabat. Contohnya, ketika kampanye saya 
tidak lagi menemui pengendara sepeda motor/mobil peserta kampanye yang melepas 
knalpotnya [di Jl. Protokol Jakarta] dan menarik keras2 gasnya untuk menarik 
perhatian massa, ini berbeda sekali dengan beberapa kampaye pemilu terdahulu. 
Para pengendara dijalanan pun relatif sopan tidak ugal2an dengan ngebut atau 
berbonceng lebih dari tiga orang. Mungkin mereka sekarang massa sudah 
menyadarinya sehingga ada rasa malu yang kuat untuk melakukan hal-hal yang 
tidak perlu dan tidak penting..! Kemajuan dan perkembangan kesadaran berpolitik 
tersebut bisa dilihat diantaranya: Pertama, kampanyepun
 lebih terkonsentrasi di lapangan2 terbuka dan bukan di jalanan. Kedua, 
masyarakatpun sudah bisa menerima perbedaan satu sama lain tanpa menjadi 
masalah. Ketiga, berbeda dengan pemilu yang lalu, apabila sudah pernah bawa 
bendera salah satu partai maka rasanya tidak bisa/mau kenal dengan yang 
lainnya. Jadi masih ada rasa fanatisme sempit yang tidak perlu dan tidak 
penting. Keempat, sekarang masyarakat lebih terbuka pengertiannya, sehingga 
bisa menerima perbedaan pendapat, maka ketika pagi menerima atribut dari partai 
yang satu maka siang pun sudah bisa menerima kaos atau atribut dari partai yang 
lain dan sore pun tidak menolak untuk menerima dari yang lain lagi dengan 
tersenyum ramah. Semua ini menandakan keterbukaan dan toleransi masyarakatpun 
semakin baik. Kelima, perbedaan partai bukan lagi menjadi kendala untuk tetap 
menjalin hubungan dengan pihak lain. Keenam, sekarang tidak ada lagi istilah; 
fanatisme pokoke….. ikut partai A. Ketujuh, kepemimpinan
 nasional Indonesia juga sudah terbukti bisa menerima pemimpin siapa saja, 
laki-laki, perempuan dari manapun ia dilahirkan dan berasal. Kedelapan, 
masyarakat selalu saja berharap ada perubahan, perbaikan dan kesejahteraan dari 
partai yang dipilihnya, sehingga apabila tidak terbukti, ya selanjutnya di 
pemilu berikutnya akan segera pindah ke lain hati, lihat saja perolehan partai2 
yang berlaga kali ini. 
Jadi rupanya secara perilaku sosial dan politik masyarakat Indonesia memang 
sudah cepat belajar, sudah berubah, lebih baik, lebih manusiawi dan lebih 
bermartabat. 
Jangan berharap bisa mengadu domba antar kelompok/individu lagi, kecuali anda 
sendiri memang domba. Ya silahkan saja.. 
Menuju Indonesia sejahtera, maju dan bermartabat! 
Best Regards, 
Retno Kintoko 



 
SONETA INDONESIA <www.soneta.org>
Retno Kintoko Hp. 0818-942644
Aminta Plaza Lt. 10
Jl. TB. Simatupang Kav. 10, Jakarta Selatan
Ph. 62 21-7511402-3 
 


      

Kirim email ke