=================================================  
THE WAHANA DHARMA NUSA CENTER [WDN_Center] 
Seri : "Membangun spirit, demokrasi, konservasi sumber daya, 
           nasionalisme, kebangsaan dan pruralisme Indonesia."  
================================================= 
[Spiritualism, Nationalism, Resources, Democration & Pruralism Indonesia 
Quotient] 
Menyambut Pesta Demokrasi 5 Tahunan - PEMILU 2009.  
"Belajar menyelamatkan sumberdaya negara untuk kebaikan rakyat Indonesia." 
Membongkar Akar Kemiskinan 
Kamis, 23 April 2009 | 03:14 WIB 
Oleh : Sjamsoe’oed Sadjad 
Semua figur politisi dari partai besar maupun kecil menyuarakan keinginan 
menghilangkan kemiskinan di negeri ini meski belum jelas bagaimana konsepsi dan 
programnya. 
Dunia kemiskinan tidak hanya ditemui di desa, tetapi juga di perkotaan. 
Keduanya terkait erat bila dihubungkan dengan proses urbanisasi yang 
mengumuhkan perkotaan. Namun, jika ditelusuri akar masalahnya, kemiskinan di 
desalah menjadi penyebab, sedangkan kemiskinan di perkotaan lebih sebagai 
akibat. 
Maka, jika kemiskinan di desa bisa diatasi, kemiskinan di kota dengan 
sendirinya bisa diperkecil. Atau, jika akar kemiskinan akan dibongkar, harus 
bertolak dari desa. 
”Zoning” kemiskinan 
Dalam era demokrasi perlombaan antara partai dan figur politisi tentu akan ada 
yang menang, setengah menang, maupun tidak kebagian menang. Dalam hal ini tidak 
ada yang kalah. Jika nanti ada yang menjadi pelaksana pemerintahan, pengawas 
pemerintahan, atau menjadi warga biasa, sebagai politisi semua harus tetap 
berkiprah menghilangkan kemiskinan. 
Jika akar kemiskinan ada di desa, apa wujudnya? Selama ini warga desa kita 
kurang mendapat pendidikan yang mengarah pada menghilangkan kemiskinan. 
Di suatu wilayah, katakan kabupaten, perlu diciptakan zoning kemiskinan yang 
dibuat bertingkat. Kriterianya bisa ditentukan atas dasar aktivitas ekonomi 
warga yang disesuaikan kondisi sumber dayanya, baik sumber daya alam (SDA) 
maupun sumber daya manusia (SDM). Kondisi zonasi kemiskinan itu menjadi bahan 
pendidikan yang harus dididikkan kepada masyarakat di desa. Masyarakat desa 
harus disadarkan tingkat kemiskinannya agar timbul gairah bersama bagaimana 
menghilangkannya. 
Dari zoning ini bisa ditentukan juga gambaran desa mana yang mampu menjadi 
trigger yang menyebabkan zona miskin bisa lebih bergerak ekonominya. Mungkin 
dengan perbaikan infrastruktur, pemberian modal, atau pelatihan untuk keahlian 
tertentu. Semua berkat dorongan trigger itu. 
Desa lebih hidup karena akar kemiskinan dikuasai. Pendidikan masyarakat yang 
mengarah pembongkaran akar kemiskinan akan bergerak lebih produktif lagi jika 
diisi pendidikan yang intensif dalam pembentukan modal usaha melalui 
pembangunan kelembagaan perbankan di pedesaan dan kiprahnya kalangan swasta 
yang sudah mapan serta thing tank dari perguruan tinggi. 
Kemiskinan relatif 
Proses rasionalisasi usaha perekonomian desa perlu menjadi pusat pemikiran para 
politisi yang kini sedang berlomba mendapat kedudukan politik di kelembagaan 
eksekutif maupun legislatif. Semua harus bisa menciptakan kemauan politik yang 
jelas terkait cara membongkar akar kemiskinan negeri ini. 
Diyakini, sebagian besar bentuk kemiskinan yang dihadapi tergolong kemiskinan 
relatif, bukan kemiskinan absolut. Karena itu, dengan pendidikan masyarakat 
yang solid, yang terprogram secara territorial specific oleh para pemangku 
otonomi daerah, diyakini kemiskinan bisa teratasi, dan kesejahteraan masyarakat 
akan tercapai. Semua bisa diwujudkan jika timbul kesadaran politik dalam 
membongkar akar kemiskinan di pedesaan. 
Amat diharapkan, kalangan perbankan menjadi pelopor dalam menghadapi akar 
kemiskinan, jangan hanya di-counter dengan pernyataan bahwa dulu sudah ada 
upaya perbankan ”khusus”, tetapi mengapa berubah menjadi bank umum. Bank 
pertanian pun dinyatakan maju-mundur dalam rencana pembentukannya. Konon, ada 
perundangan yang melarang berdirinya bank khusus. Jika benar, mungkin perlu ada 
revisi. 
Dalam kondisi politik masa depan, diharapkan hasil pemilu kali ini bisa 
membuahkan suasana berbeda untuk menghadapi kemiskinan bangsa. Dan, desa 
menjadi isu dominan, sedangkan penggerak utamanya ialah permodalan usaha yang 
dikelola mekanisme perbankan di desa. 
Pendidikan 
Bagaimana rasionalisasi pertanian dan masyarakat pedesaan diwujudkan. Salah 
satunya pendidikan dengan menanamkan mentalitas industrial yang setiap langkah 
usahanya mengejar nilai tambah. Jika semula hanya bisa menghasilkan produksi 
bahan baku, dengan industrialisasi di pedesaan diupayakan bisa diproduksi 
menjadi komoditas primer, sekunder, tersier, sampai kuarter, baru masuk pasar. 
Semua itu adalah proses pendidikan masyarakat yang akarnya ada di permodalan. 
Fokusnya tentu pada mekanisme perbankan. Terkait dengan pembangunan pedesaan 
berupa usaha mikro, kecil, dan menengah yang pada prinsipnya harus bisa 
dikreasi, diciptakan, dan diselenggarakan di pedesaan, termasuk model 
perbankan, oleh masyarakat desa dan menjadi milik warga desa. 
Kalau semua partai besar dan kecil serta politisinya menuju ke desa, kita 
berharap, akar kemiskinan bangsa segera dibongkar. Dari desalah pembangunan 
nasional kita ke depan.  [Sjamsoe’oed Sadjad Guru Besar Emeritus IPB] 
------- 
Menuju Indonesia sejahtera, maju dan bermartabat! 
Best Regards, 
Retno Kintoko 
  
The Flag 
Air minum COLDA - Higienis n Fresh ! 
ERDBEBEN Alarm 



 
SONETA INDONESIA <www.soneta.org>
Retno Kintoko Hp. 0818-942644
Aminta Plaza Lt. 10
Jl. TB. Simatupang Kav. 10, Jakarta Selatan
Ph. 62 21-7511402-3 
 


      

Kirim email ke