Seluk-beluk dan hiruk-pikuk Pemilu 2009 (6)


Berhubung dengan banyaknya persoalan-persoalan yang « rumit » dan parah yang
berkaitan dengan pemilu 2009, dan untuk memberi kesempatan kepada banyak
kalangan mengikuti sekedarnya perkembangan hal-hal itu, maka disajikan di
bawah ini kumpulan berita  tulisan atau analisa (pendapat) yang terbaru
tentang pemilu lesgislatif dan pemilu presiden 2009. Biasanya, kumpulan
berita dan tulisan ini disajikan juga di website
http://kontak.club.fr/index.htm,Tetapi berhubung dengan kesulitan teknis,
maka untuk sementara waktu website tersebut tidak bisa diperbarui, sampai
kesulitan teknis itu dapat diatasi.  Harap maklum, dan minta ma'af.



A. Umar Said



=========     ===========



Detik. Com, 28 April 2009

Amien: Golkar Gamang, Cawapres SBY antara PKS atau PAN



Jakarta - Siapa cawapres pendamping SBY belum jelas. Namun setelah Partai
Golkar memutuskan bercerai dengan Partai Demokrat, peluang PKS dan PAN untuk
mendudukan kadernya sebagai cawapres SBY kian menguat.

"Setelah Golkar gamang, dalam menentukan cawapres tinggal PKS dan PAN saja,"
ujar Amien kepada wartawan usai mengikuti rapat konsultasi PAN di Rumah PAN,
Jalan Warung Buncit, Jakarta Selatan, Senin (27/4/2009).

Amien berani mengatakan seperti itu lantaran ia mengaku mendapat bocoran
dari salah seorang anggota tim 9 Partai Demokrat yang bertugas menggodok
cawapres pendamping SBY.

"Saya dapat bocoran dari tim 9," akunya.

Amien juga mengatakan, PAN tidak akan mengikuti cara PKS yang menyodorkan
nama cawapres secara tertutup. PAN, kata Amien, akan menyampaikan nama
cawapres secara terbuka.

Soal nama-nama yang akan disodorkan PAN sebagai cawapres SBY, mantan Ketua
Umum PP Muhammadiyah ini mengaku ada 2 nama yang berpotensi diusung partai.

"Kita punya jago 2 yaitu Pak Hatta Rajasa dan ketum (Sutrisno Bachir),"
jelasnya.



* * *

Tempo Interaktif, 28 April 2009

Kalla Curiga Perpecahan Internal Partai Marak
TEMPO Interaktif , Jakarta: Ketua Umum Golkar Jusuf Kalla, mempertanyakan
penyebab perpecahan di internal partainya menjelang pemilu presiden.
Alasannya, perpecahan bermodus serupa terjadi pada Partai Persatuan
Pembangunan dan Partai Amanat Nasional.

"Banyak sekali pandangan berbeda tetapi ini harus dicermati. Sudah tiga
partai politik yang mau berbeda pandangan di internal, caranya sama. PPP
begitu, PAN begitu. Kami akan cari siapa di balik ini, apa ada terencana,"
kata Ketua Umum Golkar, Jusuf Kalla, usai rapat dengan pengurus harian dan
pengurus daerah tingkat provinsi di posko Golkar dua yang terletak di Jalan
Ki Mangun Sarkoro nomor 1, Senin malam (27/4).

Sebelumnya, 25 pengurus daerah tingkat provinsi menyerahkan tiga lembar
surat ke Ketua Umum Golkar. Surat itu berisi anjuran untuk berkoalisi
kembali dengan Partai Demokrat. Selain itu, pengurus daerah mengajukan enam
tokoh Golkar untuk diajukan sebagai calon pendamping Susilo Bambang
Yudhoyono dalam pemilu presiden.

Menurut dia, perbedaan pandangan sangat wajar terjadi di internal Golkar.
Apalagi, Golkar merupakan partai terbuka. Namun, perpecahan dengan modus
serupa terjadi pada tiga partai politik dalam waktu bersamaan.
" Saya tidak katakan itu (ada operasi) sistematis. Tapi tiga partai
bersamaan. Punya kasus yang sama," ujarnya.

Dia menegaskan soliditas di internal Golkar akan dijaga. Kalla pun secara
lugas menyatakan kepercayaan pada sejumlah pengurus harian yang hadir dalam
jumpa pers Senin malam.

"Saya percaya soliditas teman-teman di sini. Burnap (Burhanuddin
Napitupulu), Sekjen (Sumarsono), Fahmi (Fahmi Idris), Ical (Aburizal
Bakrie), Syamsul (Syamsul Muarif)," katanya.

Kalla pun enggan mengungkapkan adanya musuh dalam selimut di internal
Golkar. Namun, dia tak menghalangi ambisi fungsionaris Golkar maju dalam
pemilu presiden. "Tentu wajar-wajar saja punya rencana selama tetap harus
jaga soliditas partai," ujarnya.

Perpecahan pandangan di internal partai itu diawali dengan ancaman
mengungkap kasus korupsi yang dilakukan kader partai. Padahal, kasus
tersebut telah terjadi bertahun lampau dengan dugaan nilai kerugian negara
tak signifikan. " Teman-teman di daerah terpecah belah pandangannya.
Ditakut-takuti, ditangkapi. Orang yang perkaranya 10 tahun lalu cuma
beberapa juta ditangkapi tiba-tiba," ujarnya.

Ketua Umum Golkar mengatakan seluruh unsur masyarakat harus melawan budaya
politik yang memecah belah partai tertentu. Dia menegaskan hukum harus
ditegakkan namun harus disertai keadilan.
" Itu salah satu faktor banyak teman-teman yang khawatir akan terjadi
seperti itu. Ada nuansa seperti itu maka harus dilawan. Itu artinya
demokrasi tidak berjalan," katanya.

Pengurus Golkar daerah yang hadir dalam rapat di antaranya adalah Ketua DPD
Maluku Utara, Ahmad Hidayat Mus dan Ketua DPD Gorontalo, Fadel Muhammad.

*       * *

Media Indonesia, 28 April 2009

Tamatnya Ideologi dan Latar Belakang
ADA kecenderungan yang sangat kuat bahwa ideologi sudah tamat riwayatnya.
Itulah kecenderungan yang terjadi dalam konteks mencari wakil presiden yang
sedang giat-giatnya dilakukan elite partai. Proses masih terus berjalan,
tetapi kecenderungan itu sudah dapat dilihat.

Pencalonan SBY menjadi presiden dari Partai Demokrat kiranya akan didukung
empat partai yang berbasiskan Islam, yaitu PKB, PKS, PAN, dan PBB, serta
partai berbasiskan Kristen PDS.
Sementara itu, calon presiden Megawati Soekarnoputri yang diusung PDI
Perjuangan akan berkoalisi dengan Gerindra dan Hanura serta banyak disebut
dengan PPP yang berlambang Kabah. Bila itu yang terjadi, itulah perkawinan
paham kebangsaan dengan Islam.

Bagaimana dengan calon presiden Jusuf Kalla yang dijagokan Partai Golkar?
Sampai kemarin belum jelas Golkar akan berkoalisi dengan partai apa.

JK telah bertemu dengan Megawati dan Prabowo, tetapi belum ada tanda-tanda
terjadi koalisi.
Yang jelas, sulitnya mendapatkan 25% suara rakyat atau 20% kursi DPR
menyebabkan koalisi untuk mencari cawapres menjadi cair dan longgar.

Gejala umum yang muncul ke permukaan adalah pengelompokan parpol-parpol
dalam koalisi tidak lagi terikat kepada kesamaan ideologi. Partai-partai
atau tokoh-tokoh yang berbeda secara ideologis ternyata tidak memiliki
hambatan berkoalisi untuk mengusung kepentingan yang sama.
Bahkan, latar belakang sejarah yang berlawanan pun tidak menjadi perkara.
Itulah yang mengundang banyak pertanyaan.

Dalam gerbong yang mengusung incumbent SBY sebagai capres misalnya, ada
Partai Demokrat, PKS, dan PDS yang dalam konteks ideologis sesungguhnya
terpaut jarak cukup jauh. Namun, perbedaan itu tidak menghalangi
partai-partai tersebut untuk berkoalisi.

Koalisi Megawati dan Prabowo adalah koalisi dua latar belakang yang saling
berseberangan. Soemitro Djojohadikusumo adalah ayah Prabowo yang merupakan
'musuh politik' Bung Karno yang adalah ayah Megawati.

Ayah keduanya berseberangan secara politik, tetapi kini pada generasi anak,
ternyata dapat bertemu dan bersatu untuk mengusung kepentingan bersama.
Pertanyaannya adalah mengapa partai-partai atau tokoh-tokoh yang secara
ideologis dan latar belakang sejatinya ibarat air dan minyak itu dapat
berkumpul dalam sebuah koalisi? Tidakkah yang sepenuhnya bekerja semata
pragmatisme? Demi kepentingan sesaat, ideologi partai dapat disingkirkan.

Demi memperoleh kursi kabinet, perbedaan dapat dilupakan. Pertanyaannya
adalah berapa lama kekompakan itu bisa bertahan? Kabinet Indonesia Bersatu
tentu saja dapat menjadi bukti bahwa koalisi rapuh karena terlalu banyak
yang diakomodasi tanpa mempersoalkan platform.

Koalisi yang sehat adalah koalisi yang didasarkan pada kesamaan platform.
Bisakah kesamaan platform itu dibentuk secara mendadak? Singkatnya, pemilu
presiden kali ini jelas sebuah medan persaingan yang unik. Yaitu tidak soal
siapa berkoalisi dengan apa dan siapa, yang penting bisa menang menjadi
presiden.





·         * *



Tempo Interaktif, 25 April 2009

Gerindra Pengumpul Dana Terbesar, Rp 308 Miliar
TEMPO Interaktif, Jakarta: Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra)
merupakan partai yang menghimpun sumbangan kampanye terbesar. Berdasarkan
data yang diserahkan ke Komisi Pemilihan Umum, sumbangan yang dilaporkan
diterima Gerindra sebesar Rp 308,835 miliar. Dari sumbangan yang dilaporkan
itu, Gerindra menggunakan Rp 308,77 miliar.

Posisi kedua ditempati Partai Demokrat dengan pemasukan Rp 234,819 miliar
dan pengeluaran Rp 234,632 miliar. Sedangkan Partai Golkar mengaku mendapat
sumbangan Rp 145,583 miliar dengan pengeluaran Rp 234,632 miliar.

Berdasarkan data dari Badan Pengawas Pemilihan Umum yang ikut mengawasi
penyerahan laporan dana kampanye menyebutkan, Partai Demokrasi Indonesia
Perjuangan mengumpulkan Rp 10,583 miliar.

Kepala Bagian Administrasi Hukum Komisi Pemilihan, Ahmad Fayumi, mengatakan
semua partai politik telah menyerahkan laporan dana kampanye. “Sehingga tak
ada partai di tingkat pusat yang calon legislator terpilihnya dicoret,” kata
Fayumi.

Undang-undang Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pemilihan Legislator mewajibkan
partai di setiap tingkatan dan calon anggota DPD menyerahkan laporan dana
kampanye 15 hari setelah pemungutan suara. Jumat (24/4) malam merupakan
batas akhir pengumpulan laporan dana kampanye bagi partai politik dan calon
anggota Dewan Perwakilan Daerah. Penyerahan ke kantor akuntan publik di
kantor Komisi Pemilihan Umum.



* * *

No virus found in this outgoing message.
Checked by AVG.
Version: 7.5.557 / Virus Database: 270.12.4/2080 - Release Date: 25/04/2009
08:29

Kirim email ke