Karena Tidak Ada Keberadaan, Tuhan Tidak Bisa Dibuktikan !!! Masih banyak umat Islam di Indonesia tetap ngotot memaksakan keberadaan Allah yang diyakininya. Celakanya, cara2 memaksakan keberadaannya itu sudah diluar batas2 nilai2 kemanusiaan bahkan melanggar nilai2 kemanusiaan seperti membakar gereja, membakar mesjid, menjarah harta benda sesama umat Islam dari aliran Ahmadiah, menutup sekolah2 Kristen, membomb Bali, dan berbagai terror2 yang dianggapnya sebagai jihad membela agama Islam dari mereka yang tidak mempercayainya.
Ada ulama yang menyatakan bahwa Allah tidak bisa dibuktikan ada tetapi juga tidak bisa dibuktikan "tidak ada". Jelasnya, pendapat ini sangat dungu, karena object yang tidak ada "tidak perlu dibuktikan". Karena semua yang tidak bisa dibuktikan keberadaannya selalu dianggap "tidak ada". Contohnya saja, kalo anda menyatakan bahwa anda punya simpanan uang di bank Eksim, maka kasir bank itu minta buktinya, dan anda paling tidak harus membuktikan nomor simpanan anda atau membuktikannya dengan buku tabungan anda. Sebaliknya, kalo anda menyatakan bahwa anda tidak punya simpanan di bank Eksim, maka tak perlu dibuktikan karena segala yang tidak ada memang tak perlu bukti. Kasirpun tidak akan meminta bukti kepada siapapun yang tidak punya simpanan. Secara ilmiah sekalipun, Tuhan itu bisa dibuktikan tidak ada karena tidak ada definisinya. Semua yang tidak ada definisinya otomatis dianggap tidak ada. Contohnya, kalo anda bilang "bangsat", kemudian tetangga anda juga bilang "bangsat", teman anda bilang "bangsat", sopir anda bilang "bangsat", musuh anda bilang "bangsat"............ Semua bilang "bangsat"........ meskipun kata "bangsat" itu sama, tapi object atau target yang dimaksudkan bangsat itu jelas tidak sama. Contoh lainnya, Muslim di Arab yang menyebut nama "Allah" maksudnya bukan Tuhan, maksudnya tiada Tuhan. Sebaliknya, Muslim di Asia, seperti di India, Pakistant, Afghanistant artinya lain lagi, kalo mereka menyebut nama "Allah" maksudnya adalah Tuhan. Bahkan umat Kristen kalo mendengar kata "Allah" atau kata "Tuhan", artinya adalah "Yesus". Dari semua pembicaraan dan contoh2 diatas, timbul pertanyaan, yang manakah jadinya yang paling benar ???? Jawabannya pasti, TIDAK ADA YANG PALING BENAR, BAHKAN TIDAK ADA YANG BENAR. Meskipun tidak ada yang benar, bukanlah berarti harus disalahkan, tidak ada satupun yang harus disalahkan meskipun tidak harus benar. Karena agama atau kepercayaan itu hanyalah angan2 dan angan2 tidak harus sama atau harus disamakan, tidak harus diseragamkan, tidak harus dipaksakan. Sama halnya seperti filem Superman yang meskipun tidak masuk akal ada manusia bisa terbang tetap saja tidak boleh dilarang karena angan2 ini merupakan entertainment atau hiburan bagi yang menyukainya. Apalagi Syariah Islam itu dipaksakan sebagai hukum negara, bisa dibayangkan hasilnya, yaitu saling bunuh bahkan belum juga jadi negara Syariah, ternyata Islam Ahmadiah sudah jadi korbannya. Bahkan Islam NU dan Islam Muhammadiah juga pernah bentrok dan saling membunuh, namun oleh pihak MUI dirahasiakan dilarang untuk diberitakan. Bukan cuma NU vs Muhammadiah tetapi juga antara sesama NU sendiri sempat terjadi saling membunuh antara kelompok Islam santri dan Islam abangan, namun kesemuanya dirahasiakan karena ajaran Islam melarang keburukan2 umat Islam itu disebar luaskan melainkan harus ditutupi menjadi se-olah2 baik. Semua agama dilindungi dalam deklarasi HAM, tidak ada agama yang lebih mulia dan agama yang kurang mulia seperti halnya syariah Islam yang cuma memuliakan Islam aliran penguasanya yang menang dan membasmi aliran2 Islam lainnya yang dianggapnya merusak akidah Islam yang dianutnya. Ny. Muslim binti Muskitawati.