Ada benarnya juga, bahwa bekerja itu bukan karena se-mata2 untuk dapat duit.  
Yang paling afdol itu adalah bekerja hanya untuk Allah, karena kalo kita 
tawakal bekerja hanya untuk Allah, maka Allah juga akan membukakan kepada kita 
sumber2 yang bisa menjadi duit.

Contohnya, ada teman2 saya yang rajin shalat 5 waktu dan tahajut setiap hari, 
padahal dia pengangguran, tidak bekerja bukan karena malas melainkan yakin kalo 
Allah akan membukakan jalan.

Dan sungguh ajaib, beberapa minggu kemudian datang teman2nya dari MUI yang 
memberi lahan yaitu menjarah harta benda umat sesama Islam dari Islam aliran 
Ahmadiah.  Dia diberi tahu bahwa MUI sudah mengeluarkan fatwanya yaitu halal 
menjarahi harta benda umat Ahmadiah.

Tidak tanggung2, sehari sehabis penjarahan teman saya itu sudah punya mobil, 
punya kulkas, bahkan sudah punya rumah beserta tanahnya yang ditinggalkan 
pemiliknya umat Ahmadiah karena mereka dilarang menginjakkan tanah milik milik 
Allah.  Meskipun tanahnya masih nama pemilik lama, namun kawan2 dari MUI sudah 
bersedia membantu untuk memutihkannya untuk balik nama karena kantor agraria 
yang membuat surat2 tanah itu semuanya merupakan anggauta2 MUI juga.

Allahu akbar..... disinilah letaknya kebesaran Allah, tak perlu bekerja, tak 
perlu cari kerja, tapi cukup tawakal semua tindakan kita hanya untuk Allah dan 
barulah terserah Allah berapa mau dibagikan kepada kita.

Ny. Muslim binti Muskitawati.







--- In CIKEAS@yahoogroups.com, Erwin Arianto <erwinaria...@...> wrote:
>
> Merenung dan Berfikir pada gelap malam, apa yang saya cari ketika saya
> bekerja...? apakah saya melakukan semua pengorbanan untuk bekerja hanya
> karena mencari uang, atau ada faktor lain yang saya tuju. mungkin pertanyaan
> yang pernah saya alami waktu lalu masih juga terdapat pada diri beberapa
> sahabat. Memang tidak bisa dipungkiri jutaan orang bekerja karena
> berorientasi uang, karena uang yang bisa menjadi dan meyokong kehidupan kita
> bukan.
> 
> Beberapa rekan HRD yang pernah berdiskusi dengan saya mengatakan bahwa
> Pekerja yang berorientasi bekerja hanya karena uang memiliki perbedaan
> motivasi kerja dan kreativitas  dibanding pekerja yang berorientasi pada
> prestasi, tapi terkadang banyak pekerja yang mengeluh bahwa Perusahaan tidak
> memperhatikan prestasi yang dibuat oleh karyawanya, sehingga membuat jatuh
> mental pekerja atau karyawan untuk berprestasi.
> 
> Berfikir nakal sedikit, mungkih kah saya bekerja tanpa niat mendapat uang
> atau gaji, kebanyak kita pasti menjawab tidak bisa, karena bekerja tanpa
> mengharapkan gaji/uang itu adalah irasional, mungkin kita semua menyadari
> bahwa Gaji atau mendapat uang adalah suatu hal yang sangat penting, manusia
> sangat manusiawi ketika bekerja menginginkan imbalan Gaji atau uang. tapi
> apakah kita bekerja hanya mengejar gaji?
> 
> Banyak juga sahabat saya yang memilih keluar dari kantor yang menawarkan
> gaji atau uang yang besar dan mereka bergabung disuatu tempat yang memberi
> kenyawaman, atau kesempatan karyawannya untuk berprestasi. jadi hal ini juga
> membuat pertanyaan di dalam diri saya, apakah benar bahwa bekerja hanya
> karena uang? ternyata Pekerja memiliki Sedikitnya ada dua sikap yang biasa
> kita gunakan dalam menyikapi pekerjaan kita. Pertama, sikap menjadikan uang
> sebagai sasaran tunggal (Hanya Uang) dan kedua, sikap menempatkan uang
> sebagai salah satu dari sasaran aktivitas (Selain Uang). Hal yang harus kita
> sadari bersama bahwa perbedaan pilihan, akan membawa dampak mental yang
> berbeda.
> 
> Jika uang dikatakan sebagai sasaran, berarti posisi uang adalah Akibat dari
> sebuah Sebab. Uang dengan kata lain adalah hasil pencapaian usaha tertentu
> yang kita niatkan untuk mendapatkan uang. Kalau posisinya untuk menduduki
> posisi atau jabatan atau mencari prestasi Akibat, berarti uang tidak punya
> kekuasan sebagai faktor penentu. Usahalah yang menjadi penentunya.Jika usaha
> yang menjadi penentu maka semua usaha itu punya konsekuensi yang tidak bisa
> kita pilih, yaitu antara meleset dan tepat sasaran. Berdasarkan tabiat hukum
> alam, meskipun semua usaha itu sudah dijamin pasti mendapatkan balasan
> tetapi balasan itu variatif: ada yang langsung, diundur, diberikan sebagian,
> dan diberikan keseluruhan. Balasan yang variatif inilah yang memiliki
> hubungan korelatif dengan pola penyikapan yang kita pilih.
> 
> Ketika kita tidak memilih uang, maka secara langsung kita melatih diri kita
> untuk berfikir dan berusaha, beberpa teori ilmiah menyatakan ternyata alam
> fikiran manusia itu memiliki kemampuan yang lebih dahsyat dari yang paling
> optimal sanggup kita bayangkan.Menurut yang sebenarnya pikiran ini malah
> lebih senang kalau diberi tugas mencapai sasaran yang banyak. Pikiran ini
> menurut penjelasan pakar pendidikan - kalau dinyalakan tidak berarti bahan
> bakarnya akan habis tetapi malah makin bertambah, atau ada istilah pikiran
> itu seperti pisau makin diasah makin tajam bukan. tapi kita seringkali tidak
> meberi makan yang cukup kepada fikiran kita, karena tanpa disadari ketika
> kita memilih orientasi bekerja hanya karena uang, Pikiran tidak kita beri
> tugas untuk memikirkan sasaran hidup atau kita beri "makanan" berupa
> tantangan dan pelajaran hidup yang sedikit sekali, terbatas, dan hanya
> terpusat pada uang.
> 
> Adapun persoalan imbalan dalam konteks hubungan kita dengan manusia, tentu
> tergantung kesepakatan yang telah kita buat. Namun, kita tetap bisa
> mengajarkan diri kita untuk ikhlas baik dengan imbalan atau tanpa imbalan.
> Sebab, pokok utamanya adalah sikap mental dalam menjalankan tanggung jawab
> hidup. Karena keikhlasan ini merupakan elemen hidup, maka semua orang
> sebetulnya punya kapasitas untuk belajar mempraktekkan ajaran keikhlasan ke
> tingkat yang lebih tinggi untuk membangun sikap positif terhadap kerja,
> selain uang semata. keihklasan, adalah melakukan sesuatu dengan sasaran tak
> terbatas pada satu objek sasaran saja. Pakar pengetahuan seperti Abraham
> Maslow dan lain-lain, menamakan sasaran tak terbatas itu dengan prestasi,
> aktualisasi-diri, atau optimalisasi potensi yang tak mengenal batas.
> 
> Pertanyaannya, bagaimana supaya motivasi kerja kita tetap tinggi dan
> kreativitas kita tetap hidup, pada saat gaji di rasa kurang memadai, jarak
> ke kantor jauh dan macet, fasilitas kurang memadai, dsb. Di sinilah kita
> perlu mencari kebahagiaan yang dapat ditemukan, melalui keikhlasan diri
> dalam berkarya dan berkreasi. Dengan cara itu, setiap pekerjaan dan kreasi
> akan menjadi sebuah oase yang memberikan kesegaran, dan pertumbuhan bagi
> setiap orang dalam karya dan usahanya. Jadi, jika kita memusatkan pikiran
> pada "bagaimana mengembangkan diri dari dalam", maka kita akan terpacu dan
> termotivasi untuk menghadapi tantangan yang jauh lebih besar dan bernilai
> pada diri kita, karena hasil (uang) bukan lagi menjadi sebuah tujuan, namun
> suatu proses  penciptaan, penguasaan, penaklukkan dari setiap tantangan,
> itulah yang jauh lebih bermakna dan memberikan kepuasan dalam bekerja.
> 
> Semoga ulasan ini bisa berguna bagi diri sendiri dan sahabat lainya untuk
> bisa bekerja tidak selalu berfokus pada uang, ingat asalah diri anda terus
> menerut, tuangkan prestasi tertinggi anda, Berbuatlah yang terbaik, dan
> berbagi dengan sesama, maka secara tidak langsung Uang akan datang tanpa
> kita jadikan sebuah tujuan dalam bekerja, karena ada satu hal yang bisa
> menjadi tujuan kita dalam bekerja disamping uang, yaitu Kebahagian hidup dan
> Aktualisasi diri anda. Jadi selamat bekerja untuk mencapai kebahagian
> hidup.Bagaimana pendapat anda....?(EA)
> 
> " Bekerja Bukan semata Karena Duit, tapi Do IT"
> 
> 6 Mei 2009
> 
> -- 
> Best Regard
> Erwin Arianto,SE
> ¥¨¥ë¥¤¥ó ¥¢¥ê¥¢¥ó¥È ¡ÊÆâÉô´Æºº»ö̳¶É¡Ë
> -------------------------------------
> SINCERITY, SPEED,  INOVATION & INDEPENDENCY
> ----------------------------------
> Pengharapan itu sauh yang kuat dan aman bagi jiwa kita
> yang telah dilabuhkan sampai kebelakang tabir.
> 
> - Terus mengharapkan yang terbaik, maka kita akan menghasilkan yang terbaik.
> - Jangan bersungut-sungut tetapi mengucap syukurlah  senantiasa.
>


Kirim email ke