Refleksi: Ada yang mengatakan bahwa demokrasi maupun sistem ekonomi mempunyai 
karakter kelas atau geolongan masyaratkat, jadi tentunya kalau mereka yang 
berkampanye "ekonomi " mengatakan ekonomi rakyat maka tentu  sekali 
pandangannya mereka didasarkan pada linkungan mereka berpijak,  dan oleh karena 
itu  bisa saja ada perbedaan bertolakbelakang dengan kepentingan mayoritas yang 
miskin melarat.  Hal ini telah  dibuktikan waktu kekuasaan  administrasi negara 
selama ini dipegang oleh mereka, jadi kalau berakar pada pandangan lain dari 
itu  maka tetntu sekali  sudah lama pandangan berlainan ini alias pandangan 
kerakyatan telah diterapkan. Bukankah begitu? 

http://www.bangkapos.com/news/read/7880/politikpemerintahan/Bertarung+Menjual+Ekonomi+Kerakyatan.html


Bertarung Menjual Ekonomi Kerakyatan
Edisi : Senin, 18.Mei.2009 | 10:48 wib


JAKARTA, SENIN - Setelah tiga pasang calon presiden (capres)-calon wakil 
presiden (cawapres) sudah jelas, mari kita mulai menelisik program-program yang 
mereka tawarkan. Dan salah satu yang paling penting adalah bagaimana program 
ekonomi mereka. Maklum, bagi kebanyakan warga Indonesia, inilah persoalan yang 
paling penting di tengah bayang-bayang krisis finansial global sekarang ini.

Meski belum terlalu konkret, tim sukses ketiga pasangan sudah mulai mengumbar 
janji. Pasangan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)-Boediono, misalnya, memastikan 
akan melanjutkan program ekonomi selama lima tahun terakhir ini. "Ide-ide yang 
sudah ada akan kami perkuat," kata Jumhur Hidayat, salah satu anggota tim 
sukses pasangan ini, kemarin.

Yang menarik, pemilihan presiden kali ini punya perbedaan yang sedikit lebih 
jelas ketimbang tahun 2004 dalam hal ekonomi. Setidaknya, ada perbedaan 
orientasi di antara pasangan SBY-Boediono dan Jusuf Kalla-Wiranto di satu sisi 
dengan Megawati-Prabowo (Mega-Pro) di sisi lain.

Mega-Pro dengan tegas akan menjual program ekonomi kerakyatan dengan basis 
petani dan nelayan yang sekarang seolah kembali menjadi tren. "Pak Prabowo akan 
mengurusinya," cetus Megawati, pekan lalu.

Tapi, pasangan lain juga tak mau kalah dengan mengklaim akan mengusung ekonomi 
kerakyatan. Ketua Dewan Pimpinan Pusat Partai Demokrat Max Sopacua menegaskan, 
meski masih dibahas, SBY-Boediono tidak akan menganut ekonomi liberal. 
"Pemerintahan harus diimplementasikan sebagai ekonomi prokerakyatan," tegasnya.

Jusuf Kalla-Wiranto pun enggan ketinggalan. Anggota tim suksesnya, Bambang 
Soesatyo, mengatakan, meski probisnis, pasangan ini juga melanjutkan program 
bantuan langsung tunai (BLT) yang merupakan bagian ekonomi kerakyatan. Selain 
itu, pasangan ini juga akan mewajibkan pemakaian produk dalam negeri dan 
merevisi peraturan pajak.

Sebetulnya, yang lebih penting adalah siapa menteri yang akan menerapkan 
"ekonomi rakyat" dari masing-masing kontestan. Sayang, belum ada transparansi 
untuk soal ini. (Martina Prianti, Anna Suci Perwitasari, Ewo Raswa/Kontan)


Kirim email ke