Jawa Pos [ Rabu, 27 Mei 2009 ]
Amien Rais Kecewa, PAN Tak Ngoyo Dukung SBY Instruksi dalam Rakornas yang Tidak Dihadiri Soetrisno Bachir JAKARTA - Kekecewaan Ketua Majelis Pertimbangan Partai (MPP) Partai Amanat Nasional (PAN) Amien Rais terhadap sikap SBY yang menolak Hatta Rajasa sebagai cawapres masih belum terobati. Dalam taushiyah rapat koordinasi nasional (rakornas) pemenangan pilpres PAN di Hotel Sultan, Jakarta, kemarin (26/5) Amien meminta kadernya tak ngoyo memenangkan SBY-Boediono. "Dalam menghadapi pilpres ini, kita setel kendo saja. Tidak perlu ngoyo-ngoyo seolah-olah masa depan bangsa ditentukan dalam pilpres ini saja. Kalau ada yang seperti itu, itu hanya bisikan setan. Itu hanya permainan. Karena permainan, kita enteng-enteng saja," katanya lantas disambut tepuk tangan para peserta rakornas. Rakornas yang dipimpin Sekjen PAN Zulkifli Hasan tersebut dihadiri hampir semua pejabat teras partai berlambang matahari itu. Bahkan, politisi PAN yang dianggap membelot ke pasangan capres-cawapres JK-Win ikut hadir. Mereka adalah Alvin Lie dan Dradjad Wibowo. Yang tidak hadir justru Ketua Umum Soetrino Bachir. "Beliau sakit dan menjalani pemeriksaan di Singapura," tutur Zulkifli. Amien menyatakan sebenarnya masih tak terima dengan keputusan SBY memilih Boediono sebagai cawapres. Dia mengatakan cocok dengan SBY, tapi tidak Boediono. Sebab, komitmen mantan gubernur Bank Indonesia tersebut terhadap ekonomi kerakyatan, menurut dia, masih diragukan. Bahkan, Amien menjelaskan tidak akan ikut berkampanye untuk SBY-Boediono. Dia bingung mengomunikasikan kepada simpatisan PAN tentang figur Boediono. "Lidah saya telanjur lancar bicara SBY-Hatta. Kalau SBY-Boediono, terus terang saya tidak bisa," ucapnya. Salah satu penyebab kebingungan itu, papar Amien, selain dianggap anti terhadap ekonomi kerakyatan, Boediono tidak merepresentasikan pluralisme pasangan capres-cawapres. SBY-Boediono sama-sama berasal dari Jawa Timur. "Saya sudah kirim surat kepada Pak SBY bahwa pluralisme tetap menjual. Soekarno dan Hatta adalah dwitunggal. JK-Win sudah melakukan politik simbol itu," terang dia. (pri/aga/tof ++++ Jawa Pos [ Rabu, 27 Mei 2009 ] PAN Memainkan Politik Tiga Kaki Pengamat politik dari Lembaga Survei Indonesia (LSI) Burhanudin Muhtadi menilai pernyataan Amien Rais tersebut menegaskan posisi politik PAN yang memainkan politik tiga kaki. "Itu cara PAN sebagai gentleman agreement untuk menengahi konflik internal," jelas alumnus Australia National University (ANU) tersebut. Menurut dia, fenomena itu juga membuktikan bahwa dukungan PAN ke Demokrat sebenarnya hanya setengah hati. Konsekuensinya, dukungan kepada SBY-Boediono pasti tidak maksimal. Sebab, kader-kader PAN di lapisan bawah bakal kebingungan dengan manuver para elitenya. "Kompetitor SBY-Boediono jelas diuntungkan," ujar dia. Selain itu, imbuh dia, kader PAN, Hatta Rajasa, yang ditunjuk menjadi ketua tim sukses SBY-Boediono, tentu akan dipermalukan dengan dinamika di internal partai tersebut. "Alih-alih mengawal dukungan partai lain, Hatta justru dianggap gagal meyakinkan partai sendiri," tuturnya. Perpecahan internal juga terasa sangat kencang di internal Partai Bulan Bintang (PBB). Ketua DPP PBB Ali Mochtar Ngabalin mengklaim sekitar 85 persen DPC PBB se-Indonesia mendukung JK-Wiranto. Sementara, dukungan formal PBB kepada SBY-Boediono melalui Ketua Umum DPP PBB M.S. Kaban dan Sekjen Sahar L. Hasan.