Refleksi: Kalau dok reparasi kapal di Surabya di bom (Malaysia), maka tamatlah 
riwayat kapal rusak. 

Jawa Pos

[ Kamis, 28 Mei 2009 ] 

Jika Rusak, Kapal RI Ditarik ke Surabaya 

JAKARTA - Kapal-kapal perang RI terus bersiaga penuh di sekitar perairan 
Ambalat, Kalimantan Timur. Sejak armada Malaysia mengusik Ambalat Selasa lalu, 
kapal-kapal tersebut tidak akan ditarik dari wilayah perbatasan.

"Mereka berjaga, ada atau tidak ada kapal Malaysia," kata Kepala Dinas 
Penerangan TNI Angkatan Laut Laksamana Pertama Iskandar Sitompul kepada Jawa 
Pos di Jakarta kemarin (27/5). "Nanti, kalau lowong, Malaysia lewat, terus 
bagaimana?" imbuhnya. 

TNI-AL menyiagakan tujuh kapal perang dan 20 kapal patroli ringan. Kepala Dinas 
Penerangan Armada Timur TNI-AL Letnan Kolonel (KH) Toni Syaiful menambahkan, 
dalam patroli rutin itu kapal dalam kondisi siap perang. "Kita sudah siapkan 
untuk kondisi darurat. Mulai pertahanan udara, pertahanan permukaan, dan 
kemampuan pertahanan bawah air," ungkapnya. 

Jadi, jika terjadi kontak fisik, kapal perang Indonesia tak akan surut ke 
belakang. "Kita bela kedaulatan meski sejengkal sekalipun," tegas Toni. Sayang, 
jika terjadi kerusakan kapal, armada harus ditarik ke Makassar atau ke 
Surabaya. 

"Yang paling lengkap di Surabaya. Sudah ada tempat pengisian logistik, 
perawatan kapal, dan pengisian bahan bakar," jelasnya. Karena itu, TNI-AL 
sedang berusaha merintis sebuah pangkalan utama di Tarakan. 

Jika pangkalan utama TNI-AL dibangun di Tarakan, kapal perang tak harus ke 
Surabaya atau Makassar. "Jaraknya terlalu jauh dan kurang efektif," terang 
perwira murah senyum itu. Saat ini, prosesnya masih berjalan. "Kami berharap 
bisa segera rampung. Itu sangat membantu dalam operasional pengamanan di 
wilayah perbatasan," katanya. Sambil menunggu, TNI-AL mengandalkan kapal perang 
dan bantuan patroli udara dari pesawat Nomad Pusat Penerbangan AL. (rdl/iro)

Kirim email ke