Yang salah itu bukanlah nganggurnya, juga bukan salah kerjaannya yang tidak ada, yang salah itu justru kesarjanaannya dari jurusan yang memang tidak ada lapangan kerjanya dibumi ini karena kerjanya berada di alam baka atau alam akhirat.
Sebenarnya jumlah sarjana yang menganggur itu ada lebih dari 5 juta orang, tapi yang terdaftar itu cuma 2,6 juta orang karena yang tidak terdaftar itu adalah mereka yang kesarjanaannya masih bisa dapat kerja2 kontrak jangka pendek yang masih cukup bisa diandalkan untuk hidup. Tapi 2,6 juta sarjana yang terdaftar sebagai penganggur ini satunya termasuk adalah Prof. Dr. Hidayad Nurwahid yang spesialisasinya adalah dakwah dan Jihad lulusan Universitas Madinah di Arab Saudia. Demikianlah, 2,6 juta sarjana pengangguran ini kesalahannya adalah jurusan yang diambil itu memang tidak ada pengusaha manapun yang bersedia menggajinya. Memang keahliannya ada kalanya banyak dibutuhkan misalnya dibutuhkan oleh organisasi terroris, tapi masalahnya organisasi terroris itu tidak pernah mau menggaji mereka yang bekerja untuk mereka karena gajinya nanti dibayar Allah dengan kurs pahala. Bayangin ya.... dana APBN untuk pendidikan 78% disedot untuk mengembangkan, pembangunan, pemeliharaan, maupun mempertahankan IAIN diseluruh Indonesia. Dari dana yang keluar ini tidak ada diharapkan bisa menghasil kembalian dari produktifitas sarjana2 yang dihasilkan. Di Amerika, juga ada kalanya pemerintah memberi dana besar untuk pembangunan polytechnic diseluruh state2 di Amerika ini. Namun hasil lulusannya dalam 10 tahun sudah mendapatkan pekerjaan dimana pemerintah sudah bisa menikmati pajak penghasilan yang ditariknya dari mereka dan juga pajak penjualan produk2 mereka yang dihasilkan dan diproduksi diseluruh dunia. Beda dengan IAIN, biaya sekolah dikeluarkan banyak sekali oleh pemerintah dan tidak akan ada hasil baliknya karena memang hasilnya sama sekali tidak produktif selain jadi penghasut seperti halnya Dr. Hidayat Nurwahid ini yang berhasil menghasut penjarahan sesama umat Islam dari Ahmadiah dan pembakaran semua mesjid2nya diseluruh Indonesia. Ny. Muslim binti Muskitawati. > "sunny" <am...@...> wrote: > > http://www.tribun-timur.com/read/artikel/34362 > > > Wuih... 2,6 Juta Sarjana Menganggur > Laporan: KOMPAS.com > > > Jumat, 19 Juni 2009 | 14:57 WITA > JAKARTA, TRIBUN - Jumlah pengangguran di Indonesia saat ini tercatat 40 juta > orang. Dari jumlah itu, 2,6 juat di antaranya adalah lulusan perguruan > tinggi. > > Dari jumlah penganggur berpendidikan tinggi itu, 1,2 juta orang di antaranya > benar-benar menganggur (pengangguran terbuka) dan 1,4 juta orang di antaranya > setengah menganggur. > > "Mereka merupakan lulusan perguruan tinggi, baik sarjana maupun diploma," > kata Ketua Jurusan Administrasi Bisnis Universitas Brawijaya Malang, Kusdi > Raharjo di Jakarta, Jumat (19/6). Menurut dia, yang menjadi penyebab > pengangguran adalah minimnya jumlah lapangan kerja di dalam negeri serta > rendahnya tingkat keahlian yang dimiliki oleh seseorang. > > Seharusnya, kata dia, lulusan perguruan tinggi harus memiliki keahlian yang > salah satunya adalah bidang wirausaha (bisnis). "Wirausaha adalah sangat > efektif untuk mengurangi masalah pengangguran. Namun pelaku harus memiliki > keahlian," katanya disela seminar "Peran Strategis School of Business > Menghadapi Persaingan Global" di Universitas Atma Jaya Jakarta. > > Dengan memilik keahlian wirausaha, seseorang akan bisa bersaing dengan yang > lain, termasuk serangan tenaga kerja luar negeri di tengah arus globalisasi. > "Yang menjadi masalah krusial sekarang adalah bagaimana mencetak wirausahawan > baru itu," katanya menegaskan. > > Ia menambahkan salah satu upaya untuk membentuk wirausahawan adalah dengan > membangun sekolah khusus yang menangani masalah bisnis. Selama ini di > Indonesia kurang fokus dalam hal kurikulumnya. > > Guru Besar UI bidang Bisnis Internasional, Ferdinand D Saragih, mengatakan, > kurikulum sekolah bisnis harus diperbaiki sesuai dengan kebutuhan seiiring > dengan arus globalisasi. "Pemimpin-pemimpin perusahaan bisnis masih terus > menginginkan supaya "business school" mendesain ulang program studi bisnis > untukomengakomodasi tantangan-tantangan globalisasi," katanya saat > dikonfirmasi. > > Kurikulum yang diinginkan oleh perusahaan bisnis adalah seperti yang > diaplikasikan di Harvard Business School, MIT School of Management, Wharton > School of Univesity of Pennsylvania.(*) >