Sudah dijelaskan oleh Allah untuk memilih yang genep saja koq dibingungkan, 
jangan memilih yang ganjil (=aneh), kan sudah semuanya jelas, ikuti sajalah, 
walaupun yang genep juga kemungkinan besar masih ada kesalahannya, tapi lebih 
baik yang genep daripada yang sudah dinyatakan ganjil
 
Pilih Capres yang Mampu Atasi Persoalan Bangsa
 
 


[JAKARTA] Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) mengharapkan kepada 
masyarakat, khususnya umat Kristiani untuk memilih calon presiden 
(capres)-calon wakil presiden (cawapres) yang memiliki kemampuan dan 
keterampilan mengatasi persoalan bangsa Indonesia, terutama yang cakap dan 
mampu meningkatkan kesejahteraan rakyat yang masih diimpit oleh belenggu 
kemiskinan. 

Pemimpin yang dicari ialah pemimpin yang takut akan Tuhan, yaitu pemimpin yang 
menjalankan tugasnya dengan mengandalkan kekuatan moral, menjauhkan diri dari 
kebohongan, dan segala bentuk manipulasi politik.

Demikian Surat Pengembalaan PGI yang dikeluarkan di Jakarta baru-baru ini dan 
disebarluarkan ke seluruh Tanah Air. Surat pengembalaan yang dikeluarkan 
menjelang berlangsungnya Pilpres 8 Juli 2009 tersebut, ditandatangani Ketua 
Umum PGI AA Yewa- ngoe dan Sekretaris Umum Richard M Daulay dan diterima SP 
Rabu (17/6). Dalam surat itu disebutkan, pemilihan presiden (pilpres) makin 
mendekat, dan kampanye pilpres sedang berlangsung. 

"Kita bersyukur sebab demokrasi berada dalam proses pertumbuhan, kendati masih 
banyak hal yang harus dibenahi sehingga demokrasi tidak sekadar memenuhi 
prosedur yang ada, tetapi sungguh-sungguh memperhatikan dan merefleksikan 
nilai-nilai yang tercantum di dalam Pancasila dan UUD 1945," katanya.


Rekam Jejak

Di dalam surat pengembalaan itu, PGI menyampaikan pula pemimpin yang akan kita 
pilih dalam pilpres nanti mereka yang dapat dipercaya, yaitu mereka yang 
terbukti melakukan apa yang dia ucapkan. "Telusurilah rekam jejak setiap 
kandidat sehingga saudara dapat mengetahui siapa dari antara mereka yang dapat 
dipercaya dan siapa yang tidak".

Ditegaskan, pemimpin yang dibutuhkan adalah mereka yang benci kepada pengejaran 
suap, yaitu mereka yang selain jujur dan tidak korupsi, mereka juga harus 
bertekad untuk memberantas korupsi yang menghancurkan perekonomian negara ini.

Dalam Surat Pengembalaan, PGI menegaskan pula, pemimpin yang kita akan pilih 
ialah mereka yang tetap mempertahankan Pancasila dan nilai-nilai yang 
terkandung di dalamnya sebagai acuan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan 
bernegara. 

"Presiden dan Wakil Presiden haruslah sungguh-sungguh mempunyai komitmen teguh 
kepada Pancasila, UUD 1945, Negara Republik Indonesia, Bhinneka Tunggal Ika 
(masyarakat majemuk, setara dan bersatu), dan cita-cita Proklamasi Kemerdekaan 
Indonesia."

Diingatkan, dampak Pilpres 2009 ini tidak hanya untuk periode 2009-2014 saja, 
melainkan berdurasi sangat panjang yang ikut menentukan nasib bangsa kita pada 
masa depan. Salah memilih berarti membawa bangsa ini kepada penyimpangan yang 
berakibat fatal bagi kelestarian bangsa. 

"Kita memilih bukan hanya capres dan cawapres, melainkan juga bangunan koalisi 
yang ada di belakangnya. Saudara-saudara harus melihat dengan jeli manakah dari 
pasangan koalisi itu yang tidak secara jelas menjadikan Pancasila sebagai 
solusi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, melainkan ideologi yang lain," 
katanya.

Warga gereja perlu memperhatikan sikap partai-partai politik selama ini yang 
tidak tegas menolak undang-undang yang cenderung diskriminatif, seperti UU 
Pornografi dan Perda-perda yang diskrimnitif di berbagai daerah.

Ditambahkan, warga gereja juga perlu jeli untuk melihat bagaimana sikap 
partai-partai politik terhadap kebebasan beragama dan berkeyakinan di Indonesia 
selama 4-5 tahun terakhir ini.

Dipertanyakan apakah golongan Kristen misalnya di beberapa tempat mempunyai 
kebebasan untuk mendirikan gedung-gedung ibadah atau malah sering dihambat, 
sedangkan tindakan konkret pemerintah hampir tidak terlihat. Pada akhirnya, 
kami ingin menyatakan bahwa visi pembangunan bangsa kita bukan hanya untuk lima 
tahun mendatang, melainkan jauh melampauinya. "Maka yang terutama adalah 
bagaimana membangun sistem demokrasi yang sehat, bukan sekadar kalah/menang 
dalam pilpres."

Dalam surat pengembalaan itu, dinyatakan PGI dan gereja-gereja anggotanya 
bukanlah partai politik atau organisasi yang menjalankan politik praktis, yaitu 
politik yang berusaha merebut kekuasaan dalam negara. Politik gereja (baca: 
PGI) adalah politik moral atau yang bertujuan menyampaikan pesan-pesan moral 
atau suara kenabian di tengah zaman. 

Ditegaskan, dalam kaitan itu, PGI dan gereja-gereja ikut bertanggung jawab 
dalam kehidupan bersama di dalam polis (negara) Indonesia. Orang Kristen 
Indonesia sebagai bagian integral bangsa harus mampu hidup bersama secara 
proaktif di dalam masyarakat Indonesia yang majemuk. 

 
--- On Sat, 6/20/09, sunny <am...@tele2.se> wrote:


From: sunny <am...@tele2.se>
Subject: CiKEAS> Pilih Capres yang Mampu Atasi Persoalan Bangsa
To: undisclosed-recipi...@yahoo.com
Date: Saturday, June 20, 2009, 9:48 PM









Refleksi : PGI seperti gembala kehilangan domba-dombanya. Siapa diantara capers 
ini bisa mengatasi kesulitan rakyat? 
 
http://www.suarapem baruan.com/ index.php? detail=News&id=8721
 
2009-06-20 
Pilih Capres yang Mampu Atasi Persoalan Bangsa
 
 

[JAKARTA] Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) mengharapkan kepada 
masyarakat, khususnya umat Kristiani untuk memilih calon presiden 
(capres)-calon wakil presiden (cawapres) yang memiliki kemampuan dan 
keterampilan mengatasi persoalan bangsa Indonesia, terutama yang cakap dan 
mampu meningkatkan kesejahteraan rakyat yang masih diimpit oleh belenggu 
kemiskinan. 

Pemimpin yang dicari ialah pemimpin yang takut akan Tuhan, yaitu pemimpin yang 
menjalankan tugasnya dengan mengandalkan kekuatan moral, menjauhkan diri dari 
kebohongan, dan segala bentuk manipulasi politik.

Demikian Surat Pengembalaan PGI yang dikeluarkan di Jakarta baru-baru ini dan 
disebarluarkan ke seluruh Tanah Air. Surat pengembalaan yang dikeluarkan 
menjelang berlangsungnya Pilpres 8 Juli 2009 tersebut, ditandatangani Ketua 
Umum PGI AA Yewa- ngoe dan Sekretaris Umum Richard M Daulay dan diterima SP 
Rabu (17/6). Dalam surat itu disebutkan, pemilihan presiden (pilpres) makin 
mendekat, dan kampanye pilpres sedang berlangsung. 

"Kita bersyukur sebab demokrasi berada dalam proses pertumbuhan, kendati masih 
banyak hal yang harus dibenahi sehingga demokrasi tidak sekadar memenuhi 
prosedur yang ada, tetapi sungguh-sungguh memperhatikan dan merefleksikan 
nilai-nilai yang tercantum di dalam Pancasila dan UUD 1945," katanya.


Rekam Jejak

Di dalam surat pengembalaan itu, PGI menyampaikan pula pemimpin yang akan kita 
pilih dalam pilpres nanti mereka yang dapat dipercaya, yaitu mereka yang 
terbukti melakukan apa yang dia ucapkan. "Telusurilah rekam jejak setiap 
kandidat sehingga saudara dapat mengetahui siapa dari antara mereka yang dapat 
dipercaya dan siapa yang tidak".

Ditegaskan, pemimpin yang dibutuhkan adalah mereka yang benci kepada pengejaran 
suap, yaitu mereka yang selain jujur dan tidak korupsi, mereka juga harus 
bertekad untuk memberantas korupsi yang menghancurkan perekonomian negara ini.

Dalam Surat Pengembalaan, PGI menegaskan pula, pemimpin yang kita akan pilih 
ialah mereka yang tetap mempertahankan Pancasila dan nilai-nilai yang 
terkandung di dalamnya sebagai acuan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan 
bernegara. 

"Presiden dan Wakil Presiden haruslah sungguh-sungguh mempunyai komitmen teguh 
kepada Pancasila, UUD 1945, Negara Republik Indonesia, Bhinneka Tunggal Ika 
(masyarakat majemuk, setara dan bersatu), dan cita-cita Proklamasi Kemerdekaan 
Indonesia."

Diingatkan, dampak Pilpres 2009 ini tidak hanya untuk periode 2009-2014 saja, 
melainkan berdurasi sangat panjang yang ikut menentukan nasib bangsa kita pada 
masa depan. Salah memilih berarti membawa bangsa ini kepada penyimpangan yang 
berakibat fatal bagi kelestarian bangsa. 

"Kita memilih bukan hanya capres dan cawapres, melainkan juga bangunan koalisi 
yang ada di belakangnya. Saudara-saudara harus melihat dengan jeli manakah dari 
pasangan koalisi itu yang tidak secara jelas menjadikan Pancasila sebagai 
solusi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, melainkan ideologi yang lain," 
katanya.

Warga gereja perlu memperhatikan sikap partai-partai politik selama ini yang 
tidak tegas menolak undang-undang yang cenderung diskriminatif, seperti UU 
Pornografi dan Perda-perda yang diskrimnitif di berbagai daerah.

Ditambahkan, warga gereja juga perlu jeli untuk melihat bagaimana sikap 
partai-partai politik terhadap kebebasan beragama dan berkeyakinan di Indonesia 
selama 4-5 tahun terakhir ini.

Dipertanyakan apakah golongan Kristen misalnya di beberapa tempat mempunyai 
kebebasan untuk mendirikan gedung-gedung ibadah atau malah sering dihambat, 
sedangkan tindakan konkret pemerintah hampir tidak terlihat. Pada akhirnya, 
kami ingin menyatakan bahwa visi pembangunan bangsa kita bukan hanya untuk lima 
tahun mendatang, melainkan jauh melampauinya. "Maka yang terutama adalah 
bagaimana membangun sistem demokrasi yang sehat, bukan sekadar kalah/menang 
dalam pilpres."

Dalam surat pengembalaan itu, dinyatakan PGI dan gereja-gereja anggotanya 
bukanlah partai politik atau organisasi yang menjalankan politik praktis, yaitu 
politik yang berusaha merebut kekuasaan dalam negara. Politik gereja (baca: 
PGI) adalah politik moral atau yang bertujuan menyampaikan pesan-pesan moral 
atau suara kenabian di tengah zaman. 

Ditegaskan, dalam kaitan itu, PGI dan gereja-gereja ikut bertanggung jawab 
dalam kehidupan bersama di dalam polis (negara) Indonesia. Orang Kristen 
Indonesia sebagai bagian integral bangsa harus mampu hidup bersama secara 
proaktif di dalam masyarakat Indonesia yang majemuk. [M-















      

Kirim email ke