Konseling Pendidikan

By: Prof. Dr. Achmad Mubarok MA

Kualitas manusia diukur dengan tingkat kecerdasan dan ketinggian 
budipekertinya. Pada dasarnya setiap manusia  telah dibekali perangkat untuk 
mengembangkan tingkat kecerdasan dan ketinggian budi pekertinya. Dari segi 
kejiwaan, sejak lahir manusia telah memiliki kapasitas yang berda-beda, tetapi 
dari segi pendidikan, manusia lahir dalam keadaan sama, yaitu bersih, dalam 
keadaan fitrah. Perjalanan hidupnyalah nanti yang akan menentukan corak dan 
tingkat kecerdasan serta kepribadiannya. 

Ada manusia yang memiliki kapasitas tertentu mampu secara otodidak memahami 
fenomena alam dan sosial untuk kemudian menyimpulkannya sendiri tanpa bantuan 
suatu program, dan orang itu kermudian menjadi orang pandai, orang terpelajar. 
Sebaliknya ada orang yang telah diikutkan dalam suatu program pendidikan yang 
reguler, tetapi karena keterbatasan kapasitas dirinya, maka program pendidikan 
reguler yang diikutinya itu tak terlalu berhasil untuk mentransfer budaya yang 
ditawarkannya, sehingga  meski jenjang pendidikannya panjang tetapi, tetapi 
ciri-ciri orang pandai tidak nampak pada orang itu.
Pendidikan dalam artinya yang luas , bermakna merubah dan memindahkan nilai 
kebudayaan kepada setiap individu dalam masyarakat. Proses pemindahan nilai 
budaya itu menurut Prof Hasan Langgulung dapat melalui;

(a). pengajaran, yakni pemindahan pengetahuan, bisa di sekolah, di rumah, di 
tempat bermain dan bisa dimana-mana. Proses pengajaran adalah memindahkan 
pengetahuan yang dimiliki seseorang kepada orang lain yang belum memilikinya 
dengan mengajarkan sebab-akibat dan memilah-milah  suatu masalah.

(b). Proses pelatihan. Dalam hal menyetir mobil atau main sepakbola misalnya, 
maka  pelatihan merupakan proses memindahkan budaya yang lebih cepat dibanding 
dengan proses pengajaran teori.

(c). Indoktrinasi, yaitu proses yang melibatkan seseorang untuk meniru atau 
mengikuti apa yang diperintahkan oleh orang lain.

Ketiga pendekatan itu; pengajaran, latihan dan indoktrinasi nampaknya digunakan 
sekaligus dalam proses pendidikan di masyarakat.
Pendidikan adalah transfer budaya, sementara masya¬rakat manapun serta dalam 
tingkat manapun mereka dalam sejarah peradaban manusia, kebudayaannya 
mengandung  unsur-unsur; (a) akhlak atau etik, (b) estetika atau keindahan, (c) 
sain atau ilmu pengetahuan, dan (d) teknologi.

Sejarah peradaban manusia  menunjukkan bahwa setiap bangsa berbeda dalam 
menitik beratkan pendidikan, ada yang mengutamakan segi etik sambil 
menomorduakan yang lain, ada yang mengutamakan pendidikan teknologi sambil 
menomorduakan yang lain dan seterusnya. Idealnya keempat unsur itu diperhatikan 
secara proporsional dalam kebijakan pendidikan, tetapi kebijakan pendidikan 
pada suatu masyarakat belum tentu ditentukan oleh ahli pendidikan, terkadang 
pertimbangan politis justeru lebih dominan dalam penentuan kebijakan 
pendidikan, sehingga hasilnya secara makro tidak seperti yang diharapkan.

Secara individual, jika langkah pendidikan yang ditem¬puh tidak sesuai dengan 
kebutuhan atau kapasitasnya sering menimbulkan problem-problem kejiwaan. 

Tujuan dan Lingkup Pendidikan
Setiap pendidikan mempunyai tujuan, dan tujuan pendidikan biasanya diazaskan 
pada falsafah dan pandangan hidup yang  dianggap sesuai untuk kepentingan 
mengembangkan dan membentuk suatu generasi mendatang sebagai pewaris generasi 
sekarang. Falsafah hidup orang Barat yang liberal misalnya, falsafah 
pendidikannya yang bersifat pragmatis, untuk membentuk manusia yang pragmatis 
juga, sementara pendidikan di Rusia bertujuan untuk membentuk manusia komunis, 
dan Indonesia yang menganut falsafah Panca Sila, tujuan pendidikan yang 
ditetapkan oleh Pemerintah juga untuk membentuk manusia Pancasilais. 

Adanya bidang studi kewiraan, SPPB, dan last but not least Penataran Panca Sila 
adalah mengacu kepada tujuan pendidikan tersebut. Demikian juga bagi ummat 
Islam yang memiliki ideologi Islam pastilah juga memiliki falsafah pendidikan 
Islam.

Sedangkan lingkup obyek pendidikan adalah aspek kepribadian (psikologik) dan 
aspek psikopisik atau psikomotorik.  Istilah yang populer di kalangan Depdiknas 
adalah kognitip, afektip dan psikomotorik yang kemudian dipopulerkan menjadi 
cerdas, trampil dan takwa, maksudnya bahwa sasaran dan obyek pendidikan 
nasional Indonesia adalah membentuk generasi yang cerdas secara intelektual,  
memiliki kepribadian manusia Indonesia yang beragama serta  trampil dalam 
bekerja, atau sebagai manusia Indonesia seutuhnya. 

sumber, http://mubarok-institute.blogspot.com

Wassalam,
agussyafii



      

Kirim email ke