Mengubah Bara Api Menjadi Air

By: agussyafii

Kondisi lingkungan kita bagaikan bara api. Mudahnya kita menemukan sesuatu yang 
terbakar. Di jalanan, di kantor, dirumah bahkan dipelataran parkir sekalipun. 
Ketakutan terhadap kegagalan, ketakutan terhadap masa tua, takut terhadap 
kesuksesan orang lain bertemu dengan lingkungan bara api menjadikan mudahnya 
tersulut kehidupan kita. merubah lingkungan yang penuh bara api tentunya 
tidaklah mungkin namun meredam bara api diri kita dengan menjadikannya air yang 
menyejukkan bukanlah hal yang mustahil. Termasuk meredam bara api didalam 
keluarga untuk diubah menjadi air yang menyejukkan bagi keluarganya. Kisah ini 
sebuah pengalaman menarik bagaimana tidak mudahnya mengubah bara api menjadi 
air dalam sebuah keluarga.

Ada seorang ibu muda. mempunyai  tiga orang anak, dua orang duduk di SMA dan 
satu orang kelas III SMP, suaminya seorang pejabat, datang kepada saya 
mengajukan pertanyaan yang  sangat definitif. Mas Agus, saya sudah kemana-mana, 
tetapi selalu disuguhi teori. Saya tidak membutuhkan teori, tetapi butuh 
jawaban praktis. Menurut pandangan agama Islam, apa yang harus saya lakukan 
dalam menghadapi problem yang sedang saya hadapi?

Ibu itu menceriterakan bahwa suaminya telah kawin lagi dengan janda muda usia 
17 tahun yang ditemukan di Panti pijat. Sekarang sudah dibelikan rumah, bahkan 
ibu dari isteri mudanyapun sudah di bawa ke Jakarta, tingal di rumah baru itu 
menemani anaknya. Yang tidak bisa difahami oleh ibu kepala sekolah tadi adalah 
sikap anak-anaknya, yaitu semuanya membela bapaknya, bahkan mereka mengancam, 
jika ibu macam-macam kepada Bapak, nanti kami semua mau pindah saja ke rumah 
ibu tirinya, padahal sepengetahuannya, dalam setiap kasus poligami, anak-anak 
selalu membela ibunya. Karena ibu itu seorang muslimah, dan kenal dengan saya 
dalam sebuah pengajian, maka pertanyaannya 'Apa yang harus saya lakukan menurut 
tuntunan agama Islam?'

Dalam percakapan yang mendalam, ibu itu akhirnya membuka seluruh permasalahan 
yang dihadapi. Ia menceriterakan bahwa kasus kawin lagi suaminya bukan yang 
pertama. Suaminya sudah sering diam-diam memiliki isteri simpanan, tetapi 
setiap kepergok kemudian dicerai. Ia juga mengaku bahwa suaminya termasuk 
'orang kuat' di tempat tidur sehingga ia sering merasa kewalahan dalam 
melayaninya. Ia menduga bahwa jika suami sedang tidak mempunyai isteri 
simpanan, maka ia suka 'observasi' ke tempat-tempat hiburan, buktinya isteri 
muda yang sekarang juga ditemukan di panti pijat tradisional.

Di sisi lain ia juga mengakui bahwa suaminya itu orang baik, baik kepada 
keluarga dan juga kepada tetangga. Suaminya juga idola bagi anak-anaknya. 
Suaminya seorang muslim juga tetapi tidak rajin salat, masih rajin salat 
anak-anaknya. Ibu itu juga mengaku menjalankan salat tetapi sering tinggal 
terutama jika lagi sibuk.  Sebagai suami, kata ibu itu, ia adalah suami yang 
penuh perhatian dan suka mengalah, terbukti setiap kali kepergok juga segera 
memutuskan hubungan. Tetapi dengan isteri muda yang terakhir ini, dia 
mengatakan bahwa ia akan menceraikan isteri mudanya nanti setelah melahirkan, 
karena ia sedang hamil 4 bulan. 

Ibu itu bercerita bahwa terkadang ia tergoda untuk melabrak kepada madunya itu 
seperti yang dulu dilakukan kepada madu-madu sebelumnya, tetapi sikap 
anak-anaknya yang membela bapaknya membuatnya menjadi bingung. Sebagai wanita 
karir di kota besar, ia merasa tabah menghadapi ulah suami, tetapi menghadapi 
sikap anak-anaknya betul-betul membuatnya bingung. Ia tak faham apa dan siapa 
yang sebenarnya sedang ia hadapi, suami atau anak-anaknya. Terkadang terfikir 
pula untuk melaporkan perbuatan suaminya kepada atasannya karena  sebagai 
pejabat tinggi suaminya jelas melanggar PP 10, tetapi lagi-lagi, 
sikap-anak-anaknya itu lebih menyita perhatiannya.

Kasus ini sebenarnya adalah problem  yang berhubungan dengan kodrat kejiwaan 
manusia. Ibu itu mengalami konflik interest, fikiran dan perasaannya tidak 
sejalan, qalb, nafs, akal dan hati nuraninya tidak sedang dalam kondisi harmoni 
sehingga ia merasa tidak mampu membuat keputusan. Ia juga kesulitan menempatkan 
dirinya di antara suami, anak-anak dan Alloh SWT,  tetapi ia sadar bahwa ada 
kekuatan yang bisa membantunya tetapi belum ditemukan. Ia sadar, bahwa sebagai 
muslimah ia kurang taat dalam menjalankan agama, tetapi ia berharap bahwa agama 
akan membantu membimbingnya dalam membuat keputusan atas apa yang akan 
dilakukan, sehingga pertanyaannya kepada saya juga sudah definitif, yaitu apa 
yang harus dilakukan menurut tuntunan agama Islam.

Karena ibu itu sudah siap menerima tuntunan agama, maka terapi psikologis yang 
saya sampaikan juga merupakan paket yang konkrit. Kepadanya  saya menyampaikan 
bahwa agama memberikan kebebasan kepada ibu untuk memilih.

Pilihan pertama, labrak saja isteri muda itu dan laporkan kepada atasannya 
supaya kapok, saran saya. Akan tetapi ibu harus bisa membayangkan bahwa 
barangkali untuk kali ini  suami ibu tidak akan mengalah. Jika kemudian suami 
ibu ditindak oleh atasan karena melanggar PP 10, maka di mata suami, ibu adalah 
biang keladi dari kegagalan karirnya, dan ia akan simpati kepada isteri muda 
yang di labrak oleh ibu, dan dalam persepsinya isteri mudanya itu teraniaya 
(mazlum) sementara ibu dianggap sebagai penganiaya (zalim). Pilihan pertama ini 
biasanya dilakukan oleh wanita kebanyakan, bukan wanita pilihan, langkah yang 
manusiawi, dapat dimengerti tetapi hasilnya merugikan diri sendiri.

Pilihan yang kedua, ibu bisa sabar menunggu sampai isteri muda itu melahirkan, 
dan setelah itu tagih janji suami ibu untuk menceraikannya. Langkah ini juga 
dapat difahami, rasional dan manusiawi, tetapi belum mengandung nuansa 
keindahan.

Pilihan ketiga, adalah pilihan yang biasanya dilakukan oleh wanita utama. Jika 
ibu memilih langkah ini, maka ibu harus memandang isteri muda suami ibu bukan 
hanya sebagai  madu, tetapi sebagai hamba Alloh yang harus dihormati dan 
dibantu, sebagai makhluk yang membutuhkan pertolongan orang lain, seperti ibu 
juga sedang membutuhkan pertolongan orang lain. Dalam kehidupan, wanita sering 
tidak bisa menentukan jalan hidupnya, tetapi harus tunduk kepada tangan kokoh 
sistem sosial yang terkadang tidak menyenangkan. 

Coba ibu renungkan, apakah wanita yang sekarang menjadi madu ibu itu senang 
bekerja di panti pijat, dan kira-kira apa yang akan dia lakukan jika dicerai 
oleh suami ibu. Untuk bisa menjadi wanita utama, ibu harus berpihak kepada 
wanita, peduli kepada nasib wanita. Dalam menghadapi masalah ibu, ibu dapat 
melakukan suatu bargaining dengan suami, misalnya nanti setelah wanita madu 
anda itu melahirkan, ibu bisa berkata kepada suami. Sudahlah pak, biar dia 
tidak usah dicerai, saya kasihan kepada masa depan dia, sebab jika dicerai 
hampir dapat dipastikan ia akan kembali ke panti pijat, dan selanjutnya akan 
ada lagi wanita lain yang menderita karena suaminya tergoda kepadanya.  Akan 
tetapi saya punya permintaan, yaitu sejak hari ini Bapak harus taat beragama, 
rajin menjalankan solat, dan jauhi segala macam kemaksiatan. Doakan agar saya 
mampu hidup lurus dan kuat menghadapi realita ini.

Ibu, kata saya, pilihan ke tiga ini pilihan wanita utama, oleh karena itu berat 
dan tidak semua wanita dapat melakukannya, karena manusia itu lemah. Alloh SWT 
juga tahu bahwa wanita dan juga, manusia pada umumnya memiliki kelemahan, oleh 
karena kepada orang yang sedang mengalami persoalan seperti ibu, agama 
mengajarkan doa-doa untuk memperkuat diri.

Mendengar kata-kata terakhir tadi, ibu tersebut tersentak dan dengan sangat 
antausias minta diajarkan doa yang saya maksudkan.  Rupanya kata kunci doa, 
menggetarkan batin ibu itu untuk berani menerima kenyataan dan siap melakukan 
apa yang diangap baik menurut agama meskipun berat. Kepada ibu itu kemudian 
saya berikan teks doa yang sebenarnya doa umum, tetapi karena kehausannya 
kepada hubungan dengan Alloh SWT maka doa itu dianggapnya sebagai doa khusus 
untuk dia sendiri.

Ketika saya tanyakan apakah ibu bisa membaca Qur'an, ia menyatakan bisa 
sekedarnya, ketika saya tanyakan apakah ibu suka menjalankan salat tahajjud, 
ibu itu mengatakan.  alhamdulillah setelah ada kasus ini saya sekarang sudah 
kenal salat tahajud, padahal dulu boro-boro tahajud, salat lima waktu saja 
sering tertinggal.

Mendengar pengakuannya itu maka secara langsung saya tanamkan logika baru. 'Nah 
bu, sebenarnya dari dulu Alloh SWT menginginkan agar ibu menjadi manusia yang 
dekat dengan Nya, tapi ibu dipanggil-panggil tak mau mendengar, ibu sibuk 
urusan sendiri saja. Sekarang Tuhan membentak ibu dengan kasus ini, dan ibu 
baru mendengar panggilan Tuhan. Jadi kasus ini adalah rahmat Alloh SWT yang 
diberikan kepada ibu dalam bentuk tamparan agar ibu menjadi orang yang dekat 
dengan Nya. Jika manusia sudah merasa dekat dengan Nya, maka selain Alloh. 
misalnya  suami, anak, jabatan dan harta menjadi urutan berikutnya. Saya yakin 
ibu mampu menghadapi cobaan ini, dan ibu insya Alloh akan lulus, menjadi hamba 
Alloh yang dekat  dengan Nya, menolong seorang wanita, membuat suami rajin 
beribadat dan anak-anak ibu akan tetap bersama ibu.

alhamdulillah, beberapa bulan kemudian, terakhir saya mendapatkan kabar bahwa 
suaminya bisa berkumpul kembali dengan Sang Ibu dan anak-anaknya. Ibu itu 
akhirnya menerima dengan ikhlas keberadaan 'madu'nya yang baru melahirkan 
bahkan juga turut merawat anak dan istri 'muda' suaminya. Katanya, 'Alloh 
melimpahkan anugerah didalam hidup saya dengan berbagai masalah. Saya menerima 
ikhlas dan saya bahagia bisa membuat semua pihak menjadi lebih baik. 
alhamdulillah..terima kasih Mas Agus. Tuturnya dipenghujung suratnya. begitulah 
seorang ibu yang mengubah dirinya dari bara api menjadi air yang menyejukkan 
bagi keluarga tercintanya.

Wassalam,
agussyafii

--
Tulisan ini dalam rangka kampanye program 'Peduli Kasih Amalia (PKA)' Senin, 
tanggal 20 Juli 2009, di Rumah Amalia. Silahkan bagi teman2 yang berkenan 
mewaqafkan buku2, Majalah, Komik, Novel, Cerpen,Kaset VCD, CD, DVD ( ISLAMI 
),IPTEK,buku Pelajaran, peralatan sekolah, baju layak pakai untuk Program 
kegiatan Peduli Kasih Amalia (PKA). kirimkan ke Rumah Amalia,Jl. Subagyo Blok 
ii 1, no.23 Komplek Peruri, RT 001 RW 09, Sudimara Timur, Ciledug. TNG. . Mari 
dukung pada program 'Peduli Kasih Amalia (PKA)' melalui 
http://agussyafii.blogspot.com, http://www.facebook.com/agussyafii atau sms 087 
8777 12431





      

Kirim email ke